Tergopoh-gopoh kita mengeluarkan buku ini, yang maksudnya hendak menggambar dan menuliskan percobaan Onderwijs, yang rasanya cocok dengan keperluan dan cita-cita Rakyat, yang melarat.
Hampir semua lid SI Semarang kenal sama SI school. Mereka yang hampir pada tiap-tiap vergadering mendengarkan propaganda yang berhubungan dengan sekolah tiu, tentulah akan lebih suka lagi, kalau mempunyai suatu buku, yang lebih jelas menerangkan keadaan serta hal ikhwalnya sekolah itu. Dengan buku itu kita bisa pula mengumumkan haluan SI school dimana-mana , juga pada tempat-tempat yang sudah setuju dengan Semarang.
Buku ini tentu belum sempurna, sebab sekolah SI masih baru sekali. Lagi
pula kita sengaja bercerita pendek, buat menerangkan yang perlu saja,
sehingga orang yang tidak paham dalam hal ilmu didikan, juga bisa
mengambil arti yang berguna bagi dirinya sendiri.
Kita berharap, bahwa dengan cerita yang pendek itu, beserta gambar-gambaran, sampai maksud kita yakni hendak melukiskan didikan Rakyat yang kita katakan tadi. Sungguhpun kita belum tahu, akan hasil perbuatan kita, tetapi kalau kita tilik sikapnya pihak sana, maka kita boleh mengambil keyakinan, bahwa jalan kita ada baik.
Baru saja sekolah kita dibuka, Surabayasch Handelsblad serta konco-konconya sudah berteriak : “Hai, pemerintah awasi sekolah SI itu”. Wakil pemerintah di Semarang (Ass. Resident) sudah melarang membikin pasar derma (dengan art 520. WVS ??), yang selamanya ini boleh dilakukan, melarang anak-anak kromo meminta darma dengan menyanyi international (sepanjang art 154. WVS).
Pendeknya sekalian halang-halangan itu, yang dirasa menutup jalan untuk memperbaiki sekolah, sudah menimbulkan protest besar pada tanggal 13 Nopember ini, pada vergadering SI yang dikunjungi oleh kira-kira 5000 orang lelaki dan plm. 4000 orang perempuan. Perkara tanah yang juga penting buat Rakyat Semarang cuma memakan kira-kira 1 jam, sedangkan perkara onderwijs itu ada menghabiskan waktu kira-kira 2 ½ jam.
Selama kita tinggal di Semarang, belumlah pernah kita menyaksikan suara yang begitu tajam dan keras, baik dari pihak Destuur ataupun lid-lid SI. Sikapnya vergadering tadi seolah-olah seekor burung, yang anaknya disambar Elang. Di dalam di luar vergadering (di desa-desa) kita mendengar: SI school mesti terus:
Ya, SI school mesti terus, inilah jawab kita.
(Kutipan Buku: "SI Semarang dan Onderwijs" Karya Tan Malaka 1921)
Selengkapnya
Tan Malaka: SI Semarang dan Onderwijs (1921)
Kita berharap, bahwa dengan cerita yang pendek itu, beserta gambar-gambaran, sampai maksud kita yakni hendak melukiskan didikan Rakyat yang kita katakan tadi. Sungguhpun kita belum tahu, akan hasil perbuatan kita, tetapi kalau kita tilik sikapnya pihak sana, maka kita boleh mengambil keyakinan, bahwa jalan kita ada baik.
Baru saja sekolah kita dibuka, Surabayasch Handelsblad serta konco-konconya sudah berteriak : “Hai, pemerintah awasi sekolah SI itu”. Wakil pemerintah di Semarang (Ass. Resident) sudah melarang membikin pasar derma (dengan art 520. WVS ??), yang selamanya ini boleh dilakukan, melarang anak-anak kromo meminta darma dengan menyanyi international (sepanjang art 154. WVS).
Pendeknya sekalian halang-halangan itu, yang dirasa menutup jalan untuk memperbaiki sekolah, sudah menimbulkan protest besar pada tanggal 13 Nopember ini, pada vergadering SI yang dikunjungi oleh kira-kira 5000 orang lelaki dan plm. 4000 orang perempuan. Perkara tanah yang juga penting buat Rakyat Semarang cuma memakan kira-kira 1 jam, sedangkan perkara onderwijs itu ada menghabiskan waktu kira-kira 2 ½ jam.
Selama kita tinggal di Semarang, belumlah pernah kita menyaksikan suara yang begitu tajam dan keras, baik dari pihak Destuur ataupun lid-lid SI. Sikapnya vergadering tadi seolah-olah seekor burung, yang anaknya disambar Elang. Di dalam di luar vergadering (di desa-desa) kita mendengar: SI school mesti terus:
Ya, SI school mesti terus, inilah jawab kita.
(Kutipan Buku: "SI Semarang dan Onderwijs" Karya Tan Malaka 1921)
Selengkapnya
Tan Malaka: SI Semarang dan Onderwijs (1921)