Wahyudi Thamrin

Enam Perempuan Minang Dalam Sejarah Lahirnya Polwan


Selain personil laki laki berbadan tegap,di Institusi Polri juga ada yang perempuan tegas.Itulah mereka yang para polisi wanita Indonesia. Kehadiran Polisi wanita dalam kesatuan Polri ini tidak lepas dari campur tangan Ranah Bundo atau Sumatera Barat sekarang.  

Polwan lahir di saat bangsa ini gigih mempertahankan kemerdekaan yang sudah di proklamirkan 17 Agustus 1945. Dimana bangsa ini sedang menghadapi serangan agresi militer Belanda yang ke 2
Polisi wanita atau polwan Indonesia memiliki sejarah panjang sejak awal kemerdekaan republik ini. Keberadaan polwan dipicu perlunya penanganan khusus untuk kasus yang berkaitan dengan perempuan dan anak-anak.

Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948. Ketika itu, pemerintah darurat Republik Indonesia di Kota Bukittinggi harus menangani arus pengungsian besar-besaran akibat agresi militer Belanda.
Pengungsian besar-besaran itu berpotensi menimbulkan masalah jika ada penyusup atau kriminal di antara pengungsi yang masuk ke wilayah-wilayah yang dikuasai republik. Sayangnya, pengungsi perempuan menolak digeledah oleh polisi pria.

Pemerintah Indonesia lalu meminta Sekolah Polisi Negara di Bukittinggi untuk membuka pendidikan inspektur polisi bagi kaum Hawa.

Setelah melalui seleksi ketat, terpilihlah enam gadis remaja yang kesemuanya berasal dari ranah Minang. Mereka adalah Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher.

Keenam gadis remaja ini secara resmi mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi pada 1 September 1948. Tanggal itulah yang belakangan dinyatakan sebagai hari lahirnya polisi wanita.

Keenam polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di Tanah Air. Kini mereka semua sudah pensiun dengan rata-rata berpangkat kolonel polisi (kombes). (sumber IG Kabarantau)