Jakarta - Kendati pemilihan presiden (pilpres) masih setahun, namun sejumlah nama mulai dikaitkan dengan calon presiden dan wakil presiden 2019 mendatang. Nama nama tokoh yang berasal dari berbagai latar profesi dan politik mulai ramaikan bursa cawapres untuk pemilihan presiden 2019 nanti.
Ada tiga tokoh muda yang berpotensi, sebut saja Airlngga Hartarto, Agus Yudhoyono dan Puan Maharani.
Menurut pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie bisa jadi AHY menjadi jalur alternatif selain Airlangga Hartarto (politisi), Rizal Ramli (Ekonom) dan Jenderal (Purn) TNI Moeldoko.
Lanjut kata Jerry, AHY punya potensi mewakili voters atau pemilih pemula yang cukup besar di Indonesia.
"Nama AHY mulai diperhitungkan setelah sejumlah lembaga survei memposisikan dia sebagai representatif wapres. Memang ini bukan pekerjan mudah. Demokrat dalam hal ini harus intens melakukan komunikasi dengan Megawati, ada rayuan dan politik persuasif dengan PDI-P," tutur dia.
30 persen pemilih pemula kata Jerry, menjadi acuan politik bagi Agus dan Puan. Data KPU pemiluh 2019 mencapai 196,5 juta orang dan pemilih pemula perlu diperhitungkan.
Untuk potensi di second line ada Puan Maharani, Muhaimin Iskandar dan AHY serta Anies Baswedan.
"Tapi saya nilai peluang AHY lebih besar. Lantaran dia masih good and clean apalagi visioner, Agus harus bersaing dengan Puan," kata dia.
Jerry menyarankan PD melobi PDI-P jika mereka mau mengusung AHY. Jika hasil survei dia bagus bisa jadi berpotensi sebagai pendamping Jokowi. Ini merupakan langkah yang bagus, semua berpeluang memasangkan calonnya mendampingi Jokowi. Jika Jokowi -AHY bagus surveinya maka aspek probabilitas politik bisa terjadi. Politik itu kan statis anginnya terus berubah.
Selain AHY jelas dia, satu nama yang mulai diangkat ke publik yakni Puan Maharani.
"Kendati PDI-P baru menetapkan Jokowi menjadi jagoannya pada pilpres 2019 mendatang, tapi mereka langsung melobi sejumlah partai termasuk Partai Demokrat," ucapnya.
Sementara dia menilai, peluang Puan dipasangkan dengan Jokowi yakni hanya 25 persen.
"Bagi saya Puan belum punya banyak pengalaman untuk menjadi wapres. Dia (Puan, red) perlu di asa lagi di 5 tahun ke depan," ucapnya.
Calon cawapres lain yakni, Rizal Ramli punya kans lebih besar ketimbang ekonom dan enterpreneur lainnya di Indonesia seperti, Sri Mulyani, Chaerul Tanjung dan Bambang Brojonegoro.
Ditambahkannya, Rizal adalah figur yang cukup memahami baik itu ekonomi makro dan mikro dalam perspektif ekonomi maupun hulu, hilir, market share (pangsa pasar), market condition (kondisi pasar) sampai fiskal.
“Secara implisit dan eksplisit ekonom yang mampu mengembalikan economic growth (pertumbuhan ekonomi) yang saat ini berada di kisaran 5,07 persen sampai akhir Desember 2017 lalu, tak lain Rizal Ramli. Saya optimis beliau mampu mendongkrak GNP maupun PRDB di daerah,” ujar Jerry.
Memang ujarnya, ada nama Sri Mulyani yang menjadi saingan utama tapi untuk ekonomi secara keseluruhan Rizal lebih unggul.
Hanura juga tak mau kalah terang Jerry. Kali ini mereka mencoba memasangkan Ketua Pembina Jenderal TNI Purn Wiranto.
"Untuk itu saya lihat partai Hanura mulai gencar melakukan pencitraan. Salah satunya baliho Jokowi - Wiranto. Namun kendala Wiranto yakni jumlah suara di DPR hanya 16 kursi," ujarnya.
Selain nama Wiranto terang Jerry, nama Kepala Staf Presiden (KSP) Jend Purn Moeldoko punya kans juga. Mantan Panglima TNI ini mulai berkibar dan ada yang menilai dia bakal menjadi pendamping Jokowi.
"Kalau pilihan TNI/Polri maka dirinya berpotensi besar. Dia bisa menyingkirkan Wiranto dan Luhut Panjaitan. Nama lain yang mulai mencuat yakni, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin Ketua PKB yang mulai blusukan ke penjuru tanah air. Memang Cak Imin juga tak boleh dianggap sepele. Dia mewakili sana disebutkan bahwa warga NU di Indonesia mencapai 143 juta jiwa.LSI memunculkan jumlah pemegang hak pilih dari warga NU sekira 36% dari jumlah pemilih nasional. Hasilnya, 91,2 juta pemilih mengaku sebagai warga NU. Jadi Cak Imin juga punya kans mendampingi Jokowi," ungkap dia.
Lanjut tuturnya, dari sejumlah provinsi maka basis PKB di Jatim. Dimana mereka memiliki 20 kursi DPRD. Jadi mereka juga peluang kandidatnya berpasangan dengan Jokowi.(relis)
Ada tiga tokoh muda yang berpotensi, sebut saja Airlngga Hartarto, Agus Yudhoyono dan Puan Maharani.
Menurut pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie bisa jadi AHY menjadi jalur alternatif selain Airlangga Hartarto (politisi), Rizal Ramli (Ekonom) dan Jenderal (Purn) TNI Moeldoko.
Lanjut kata Jerry, AHY punya potensi mewakili voters atau pemilih pemula yang cukup besar di Indonesia.
"Nama AHY mulai diperhitungkan setelah sejumlah lembaga survei memposisikan dia sebagai representatif wapres. Memang ini bukan pekerjan mudah. Demokrat dalam hal ini harus intens melakukan komunikasi dengan Megawati, ada rayuan dan politik persuasif dengan PDI-P," tutur dia.
30 persen pemilih pemula kata Jerry, menjadi acuan politik bagi Agus dan Puan. Data KPU pemiluh 2019 mencapai 196,5 juta orang dan pemilih pemula perlu diperhitungkan.
Untuk potensi di second line ada Puan Maharani, Muhaimin Iskandar dan AHY serta Anies Baswedan.
"Tapi saya nilai peluang AHY lebih besar. Lantaran dia masih good and clean apalagi visioner, Agus harus bersaing dengan Puan," kata dia.
Jerry menyarankan PD melobi PDI-P jika mereka mau mengusung AHY. Jika hasil survei dia bagus bisa jadi berpotensi sebagai pendamping Jokowi. Ini merupakan langkah yang bagus, semua berpeluang memasangkan calonnya mendampingi Jokowi. Jika Jokowi -AHY bagus surveinya maka aspek probabilitas politik bisa terjadi. Politik itu kan statis anginnya terus berubah.
Selain AHY jelas dia, satu nama yang mulai diangkat ke publik yakni Puan Maharani.
"Kendati PDI-P baru menetapkan Jokowi menjadi jagoannya pada pilpres 2019 mendatang, tapi mereka langsung melobi sejumlah partai termasuk Partai Demokrat," ucapnya.
Sementara dia menilai, peluang Puan dipasangkan dengan Jokowi yakni hanya 25 persen.
"Bagi saya Puan belum punya banyak pengalaman untuk menjadi wapres. Dia (Puan, red) perlu di asa lagi di 5 tahun ke depan," ucapnya.
Calon cawapres lain yakni, Rizal Ramli punya kans lebih besar ketimbang ekonom dan enterpreneur lainnya di Indonesia seperti, Sri Mulyani, Chaerul Tanjung dan Bambang Brojonegoro.
Ditambahkannya, Rizal adalah figur yang cukup memahami baik itu ekonomi makro dan mikro dalam perspektif ekonomi maupun hulu, hilir, market share (pangsa pasar), market condition (kondisi pasar) sampai fiskal.
“Secara implisit dan eksplisit ekonom yang mampu mengembalikan economic growth (pertumbuhan ekonomi) yang saat ini berada di kisaran 5,07 persen sampai akhir Desember 2017 lalu, tak lain Rizal Ramli. Saya optimis beliau mampu mendongkrak GNP maupun PRDB di daerah,” ujar Jerry.
Memang ujarnya, ada nama Sri Mulyani yang menjadi saingan utama tapi untuk ekonomi secara keseluruhan Rizal lebih unggul.
Hanura juga tak mau kalah terang Jerry. Kali ini mereka mencoba memasangkan Ketua Pembina Jenderal TNI Purn Wiranto.
"Untuk itu saya lihat partai Hanura mulai gencar melakukan pencitraan. Salah satunya baliho Jokowi - Wiranto. Namun kendala Wiranto yakni jumlah suara di DPR hanya 16 kursi," ujarnya.
Selain nama Wiranto terang Jerry, nama Kepala Staf Presiden (KSP) Jend Purn Moeldoko punya kans juga. Mantan Panglima TNI ini mulai berkibar dan ada yang menilai dia bakal menjadi pendamping Jokowi.
"Kalau pilihan TNI/Polri maka dirinya berpotensi besar. Dia bisa menyingkirkan Wiranto dan Luhut Panjaitan. Nama lain yang mulai mencuat yakni, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin Ketua PKB yang mulai blusukan ke penjuru tanah air. Memang Cak Imin juga tak boleh dianggap sepele. Dia mewakili sana disebutkan bahwa warga NU di Indonesia mencapai 143 juta jiwa.LSI memunculkan jumlah pemegang hak pilih dari warga NU sekira 36% dari jumlah pemilih nasional. Hasilnya, 91,2 juta pemilih mengaku sebagai warga NU. Jadi Cak Imin juga punya kans mendampingi Jokowi," ungkap dia.
Lanjut tuturnya, dari sejumlah provinsi maka basis PKB di Jatim. Dimana mereka memiliki 20 kursi DPRD. Jadi mereka juga peluang kandidatnya berpasangan dengan Jokowi.(relis)