Bupati Limapuluh Kota H. Irfendi Arbi menegaskan, seorang tenaga medis dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dalam menangani kegawatdaruratan medis. Terutama bagi tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam proses kehamilan dan persalinan, sehingga kematian ibu dan bayi dapat dicegah.
Penegasan itu disampaikan Bupati Irfendi Arbi dalam sambutannya ketika membuka pelatihan manajemen kegawatdaruratan obstetry dan neonatal di gedung Sago Bungsu Lubuak Batingkok Kecamatan Harau, belum lama ini.
“Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, kita berharap setiap tenaga medis terutama yang terlibat langsung dalam proses kehamilan dan persalinan benar-benar memiliki skill dasar dalam penanggulangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatus,” ungkap Bupati Irfendi.
Dikatakan, pelaksanaan pelayanan medis menuntut kecepatan, ketepatan dan kecermatan. Untuk seorang tenaga medis dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni, termasuk dalam menangani kegawatdaruratan, medis sehingga kematian ibu dan anak dapat dicegah.
Dalam kesempatan itu Bupati mengapresiasi keberhasilan jajaran dinas kesehatan yang mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi di daerah ini. Ia berharap keberhasilan itu bisa dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi ke depannya.
“Kita berharap pelaksanaan pelayanan medis di daerah ini terus ditingkatkan. Tak kalah pentingnya berharap agar tenaga kesehatan itu senantiasa mencerdaskan masyarakat untuk hidup sehat, serta meningkatkan profesionalisme, bekerja dengan tekun dan iklas, serta berusaha memberikan kepuasan terhadap masyarakat,” ujar Bupati Irfendi.
Lebih jauh Bupati Irfendi mengatakan, disamping mengharapkan upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan, ia juga mengaku sangat peduli dengan para penyandang gangguan jiwa yang dipasung. Selain itu ia juga sangat memprioritaskan BPJS kesehatan bagi warga miskin.
“Saya tidak mau lagi penyandang gangguan jiwa dipasung ataupun dikurung. Bila ada, segera laporkan kepada saya untuk berikutnya kita kirim ke rumah sakit jiwa,” tegas bupati.
Sementara itu Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota Wilda Reflita dalam laporannya menyebut pelatihan manajemen kegawatdaruratan obstetry dan neonatal itu berlangsung selama tiga hari, dengan peserta sebanyak 27 orang tenaga kesehatan.
Menurutnya, kematian ibu dan bayi bisa disebabkan beberapa faktor, salahsatunya kemampuan petugas kesehatan. Kemampuan petugas akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, terutama kemampuan mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan.
“Kita melaksanakan pelatihan manajemen kegawatdaruratan maternal ini sebagai salahsatu upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan yang berkaitan dengan kegawatdaruratan maternal,” terang Wilda.(*/rel)
Penegasan itu disampaikan Bupati Irfendi Arbi dalam sambutannya ketika membuka pelatihan manajemen kegawatdaruratan obstetry dan neonatal di gedung Sago Bungsu Lubuak Batingkok Kecamatan Harau, belum lama ini.
“Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, kita berharap setiap tenaga medis terutama yang terlibat langsung dalam proses kehamilan dan persalinan benar-benar memiliki skill dasar dalam penanggulangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatus,” ungkap Bupati Irfendi.
Dikatakan, pelaksanaan pelayanan medis menuntut kecepatan, ketepatan dan kecermatan. Untuk seorang tenaga medis dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni, termasuk dalam menangani kegawatdaruratan, medis sehingga kematian ibu dan anak dapat dicegah.
Dalam kesempatan itu Bupati mengapresiasi keberhasilan jajaran dinas kesehatan yang mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi di daerah ini. Ia berharap keberhasilan itu bisa dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi ke depannya.
“Kita berharap pelaksanaan pelayanan medis di daerah ini terus ditingkatkan. Tak kalah pentingnya berharap agar tenaga kesehatan itu senantiasa mencerdaskan masyarakat untuk hidup sehat, serta meningkatkan profesionalisme, bekerja dengan tekun dan iklas, serta berusaha memberikan kepuasan terhadap masyarakat,” ujar Bupati Irfendi.
Lebih jauh Bupati Irfendi mengatakan, disamping mengharapkan upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan, ia juga mengaku sangat peduli dengan para penyandang gangguan jiwa yang dipasung. Selain itu ia juga sangat memprioritaskan BPJS kesehatan bagi warga miskin.
“Saya tidak mau lagi penyandang gangguan jiwa dipasung ataupun dikurung. Bila ada, segera laporkan kepada saya untuk berikutnya kita kirim ke rumah sakit jiwa,” tegas bupati.
Sementara itu Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota Wilda Reflita dalam laporannya menyebut pelatihan manajemen kegawatdaruratan obstetry dan neonatal itu berlangsung selama tiga hari, dengan peserta sebanyak 27 orang tenaga kesehatan.
Menurutnya, kematian ibu dan bayi bisa disebabkan beberapa faktor, salahsatunya kemampuan petugas kesehatan. Kemampuan petugas akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, terutama kemampuan mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan.
“Kita melaksanakan pelatihan manajemen kegawatdaruratan maternal ini sebagai salahsatu upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan yang berkaitan dengan kegawatdaruratan maternal,” terang Wilda.(*/rel)