Kentang merupakan
salah satu komoditas unggulan hortikultura di Indonesia. Dalam skala
global, kentang dianggap sebagai sumber bahan pangan setelah padi,
jagung dan gandum. Pengembangan kentang di Indonesia bertujuan memenuhi
kebutuhan kentang olahan maupun kentang meja.
Beberapa
kendala produksi kentang di Indonesia antara lain terbatasnya
lahan-lahan pertanaman dan hanya di daerah-daerah tertentu terutama
dataran tinggi. Tidak kalah penting adalah kendala serangan penyakit
terutama penyakit busuk daun disebabkan oleh Phytophthora infestans.
Petani
mengendalikan serangan penyakit ini dengan menggunakan penyemprotan
fungisida sebanyak 20-30 kali per musim tanam untuk memproleh hasil
seperti yang diharapkan tanpa mempertimbangkan dampak buruk terhadap
kesehatan dan lingkungan. Usaha pengendalian yang ramah dilakukan hanya
bisa dicapai dengan memanfaatkan varietas tahan terhadap penyakit busuk
daun.
Melalui
kerjasama antara Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), yaitu Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen)
dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), dalam wadah Agricultural
Biotechnology Support Project II/USAID diperoleh varietas tetua
Katahdin dari hasil Bioteknologi yang membawa gen tahan terhadap P.
infestans dengan spektrum ras yang luas.
Hasil
pengujian di beberapa lokasi menunjukkan bahwa turunan Granola tahan
dan Atlantic tahan menunjukkan ketahanannya terhadap P. infestans di
beberapa lokasi pertanaman di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ketahanan bisa
mencapai umur tanaman 50 hari tanpa penyemprutan fungisida.
Kentang
biotek ini telah dinyatakan aman pangan dan lingkungan oleh Badan POM
Indonesia serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk
antisipasi patahnya ketahanan kentang hasil biotek tersebut, melalui
dana dari USAID Balitbangtan (BB Biogen dan Balitsa) bekerjasama dengan
Michigan State University (USA) melalui Feed the Future Biotechnology
Potato Partnership (FtFBPP) Project mengembangkan kentang Granola tahan
P. infestans yang bersifat lebih lama atau berkelanjutan (durable).
Kentang yang dikembangkan mengandung tiga gen ketahanan berbeda dan
berspektrum ras yang luas.
Dalam
kunjungannya ke BB Biogen, salah satu Associate Profesor yang terlibat
di penelitian tersebut yaitu Dr. Phillip Wharton (Ahli Patologi Kentang
dari University of Idaho, USA) menyampaikan pentingnya pemanfaatan
varietas tahan dalam produksi kentang. Penggunaan varietas kentang tahan
P. infestans sangat membantu petani dalam produksinya.
“Kentang
yang memiliki gen ketahanan lebih dari satu tentunya akan lebih unggul
dibandingkan dengan yang mengandung gen tunggal karena bila suatu saat
satu gen tidak ampuh lagi maka gen lain akan meggantikan fungsi
ketahanannya,” kata Philip.
Selama
ini kerjasama antara Balitbangtan dengan MSU berjalan lancar dan
diharapkan varietas Granola yang dikembangkan mengandung tiga gen
ketahanan terhadap penyakit busuk daun akan memberikan manfaat besar
bagi petani kentang dan ramah lingkungan serta petani sejahtera.