Indonesian Public Institute
Fake account dan fake news adalah bagian black campaign terselubung juga saat pemilihan presiden di Amerika Serikat 2016 lalu.
Saya menilai bahwa media sosial merupakan sasaran empuk bagi para haters untuk menyebarkan berita fake news (berita bohong) atau lebih dikenal dengan "Hoax".
Donald Trump pun sempat diserang dengan isu "woman" sedangkan Hillary Clinton dengan 33 ribu fake email. Entah itu hoax, tapi itulah realita pada pilpres AS.
Sekarang ini, perang politik yang sebenarnya bukan lagi terjadi di darat , tapi on the air (atau di udara) atau on the sky (di angkasa). Disanalah orang saling melakukan black campaign. Istilah tersebut lebih keren dengan nama "Algoritma", ini merusak branding image tim Prabowo. Tapi anehnya, sandiwara politik ini diikuti.
Lihat saja gaya politik ular yang cerdik yang dimainkan Ratna Sarumpaet, tapi gagal juga. Harusnya kabar bohong ini jangan di blow up. Ataupun sebelum viral, Ratna harus langsung press confrence. Jangan sudah heboh baru dia mau mengungkap kebohongannya. Inilah sebuah great pretender and lie (kepura-puraan dan kebohongan terbesar) dari seorang aktivis Ratna Sarumpaet. Tapi salut terhadap kepolisian yang langsung mengungkap dan mengusut dibalik kebohongan Ratna tersebut.
Memang hoax jelang pilpres akan terus dimainkan. Begitu pun fake news. Dan ini bisa menurunkan tingkat elektabilitas pasangan capres masing-masing kubu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus lebih ketat lagi. Buat seperti yang dilakukan Kominfo dengan menutup situs-situs porno. Ini pembelajaran politik bagi warga Indonesia sampai politisi agar jangan bermain api. Ini strategi paling buruk dalam politik. Carilah strategi yang cerdas bukan menyerang lawan politik.
Saya melihat gerakan ini masih tetap menjadi komsumsi publik. Serangan terhadap lawan dengan hate speech masih akan marak. Belum lagi character assisanation (pembunuhan karakter) masih akan berlanjut. Seracen, PKI, pelanggaran HAM, Isu Cina, Isu Keturunan sampai ke keluarga akan terus diangkat ke publik. Ini bisa terjadi chaos jika tidak diantisipasi.
Ratna secara tidak langsung merusak tim koalisi Prabowo-Sandi. Dia terlalu over acting and over confidence. Bisa jadi dengan case ini suara Prabowo jeblok. Orang seperti ini tak pantas dijadikan tim pemenangan. Tapi ada juga yang percaya pada trik murahan Ratna. Jangan bikin gaduh, galau dan gamang.
Asa terbesar kita melihat pilpres tanpa skandal, hoax, konspirasi tapi jurdil.
telah tayang di: watyutink.com
Saya menilai bahwa media sosial merupakan sasaran empuk bagi para haters untuk menyebarkan berita fake news (berita bohong) atau lebih dikenal dengan "Hoax".
Donald Trump pun sempat diserang dengan isu "woman" sedangkan Hillary Clinton dengan 33 ribu fake email. Entah itu hoax, tapi itulah realita pada pilpres AS.
Sekarang ini, perang politik yang sebenarnya bukan lagi terjadi di darat , tapi on the air (atau di udara) atau on the sky (di angkasa). Disanalah orang saling melakukan black campaign. Istilah tersebut lebih keren dengan nama "Algoritma", ini merusak branding image tim Prabowo. Tapi anehnya, sandiwara politik ini diikuti.
Lihat saja gaya politik ular yang cerdik yang dimainkan Ratna Sarumpaet, tapi gagal juga. Harusnya kabar bohong ini jangan di blow up. Ataupun sebelum viral, Ratna harus langsung press confrence. Jangan sudah heboh baru dia mau mengungkap kebohongannya. Inilah sebuah great pretender and lie (kepura-puraan dan kebohongan terbesar) dari seorang aktivis Ratna Sarumpaet. Tapi salut terhadap kepolisian yang langsung mengungkap dan mengusut dibalik kebohongan Ratna tersebut.
Memang hoax jelang pilpres akan terus dimainkan. Begitu pun fake news. Dan ini bisa menurunkan tingkat elektabilitas pasangan capres masing-masing kubu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus lebih ketat lagi. Buat seperti yang dilakukan Kominfo dengan menutup situs-situs porno. Ini pembelajaran politik bagi warga Indonesia sampai politisi agar jangan bermain api. Ini strategi paling buruk dalam politik. Carilah strategi yang cerdas bukan menyerang lawan politik.
Saya melihat gerakan ini masih tetap menjadi komsumsi publik. Serangan terhadap lawan dengan hate speech masih akan marak. Belum lagi character assisanation (pembunuhan karakter) masih akan berlanjut. Seracen, PKI, pelanggaran HAM, Isu Cina, Isu Keturunan sampai ke keluarga akan terus diangkat ke publik. Ini bisa terjadi chaos jika tidak diantisipasi.
Ratna secara tidak langsung merusak tim koalisi Prabowo-Sandi. Dia terlalu over acting and over confidence. Bisa jadi dengan case ini suara Prabowo jeblok. Orang seperti ini tak pantas dijadikan tim pemenangan. Tapi ada juga yang percaya pada trik murahan Ratna. Jangan bikin gaduh, galau dan gamang.
Asa terbesar kita melihat pilpres tanpa skandal, hoax, konspirasi tapi jurdil.
telah tayang di: watyutink.com