Gempa Palu-Donggala tanggal 28 September dengan Magnitudo 7.5 (USGS) masih meninggalkan pilu dan kesedihan tetapi kehidupan harus tetap berjalan. Peristiwa fenomena bencana alam ini hanya berlangsung sekitar beberapa detik goyangan dan diikuti fenomena susulannya berupa tsunami dan likuifaksi mungkin hanya satu jam saja setelahnya. Gempa susulan memang masih terus berlangsung mungkin dalam beberap pekan kedepan, proses penyelamatan (resque) sudah dengan segera dijalankan dan saat ini pemulihan sudah mulai dijalankan.
Pertanyaan-pertanyaan
selalu saja muncul, apa yang terjadi, bagaimana terjadinya. Juga sering
muncul mengapa selalu saja setiap ada bencana kita selalu kaget dan
merasa terlambat.
Para
ahli gempa tidak tinggal diam, bahkan banyak yang secara diam-diam
melakukan riset saat ini. Karena bagaimanapun gempa ini masih memberikan
signal-signal melalui gempa susulan, dan juga pengambilan data sedang
berlangsung. Salah satunya pengambilan data dari satelit.
Selain
mengetahui dimana saja kerusakan yang ditimbulkan, dan dimana saja yang
kemungkinan dampak yang diperlukan untuk proses penyelamatan korban,
salah satu hasil kajian gambar dari satelit ini menunjukkan beberapa hal
khususnya untuk kajian ilmiah.
Peta pergeseran.
Sesar
Palu-Koro yang diyakini sebagai patahan yang bergerak terlihat dalam
peta-peta satelit ini. Bahkan kajian data satelit menunjukkan pergeresan
sekitar 3-5 meter, bahkan mungkin 12 meter.
"Pakde kok ada yang katanya bergeser sampai 1 Km ?"
"Loh itu longsoran akibat likuifaksi yang membuat longsoran di Petobi yang panjangnya hingga sepanjang 2km di dongeng sebelum ini"
Hasil
dari mengintip lewat satelit dapat menunjukkan pergeseran yang detil.
Dengan Metode Insar ini sejatinya mampu melihat pergeseran hingga skala
centimeter saja.
Pecahan Baru Palu Koro
Kajian
ini tidak hanya melihat dilokasi perkotaan yang terdampak di Palu,
namun juga berlanjut untuk melihat sejauh mana patahan yang bergerak
ini.
Ada
hal menarik ternyata pergerakan yang terekam dari satelit ini
menunjukkan bahwa ada kemungkinan Gempa Palu September 2018 ini
disebabkan oleh pecahan baru dari Patahan Palu-Koro. Atau patahan lama yang belum terpetakan selama ini karena tertutup oleh sedimen yang muda.
Patahan
Palu Koro selama ini dipetakan sebagai patahan yang memiliki arah
NNE-SSW atau Utara Barat Laut - Selatan Tenggara. Patahan ini memanjang
teris sampai ke selatan bahkan sampai ke Matano di pantai Timur Pulau
Sulawesi.
Kemunculan
pecahan patahan baru dalam peta ini bukan hal baru. Sebelumnya pada
saat Gempa Pidie Aceh tahun 2016, Patahan Sipirok atau Patahan
Simalungun di Aceh juga diperkirakan membantuk atau memunculkan patahan
baru yang sebelumnya tidak terpetakan.
"Pakde, terus kalau ada pecahan baru begini kita harus bagaimana ?"
"Ya, kalau kamu bukan ahli gempa ya tunggu saja kajian selanjutnya. Jangan suka ngintip atau nguping pembicraan para saintis yang masih belum tuntas. Nanti kamu malah Panik !"
"Iya ya Pakde, kayak Patahan Baribis katanya menggayang Jakarta itu gimana ?"
Banyak
hal yang harus kita sadari, bahwa Geosaintis, ahli geologi termasuk
ahli gempa, tidak pernah berhenti dalam melakukan penelitiannya. Memang
terkesan terlambat kalau nanti ternyata ada bencana. Namun saintis itu
akan selalu berhati-hati dalam mengumumkan atau memberitahukan hasil
kajiannya. Ada ranah sains yang masih belum siap diumumkan juga pada
masyarakat awam.