Gempa
Palu-Doongga memang sudah melemah. Semakin lama proses relaksasi
bagian-bagian dari sesar yang baru saja pecah ini semakin stabil. Namun
tentusajaini tidak boleh diartikan bahwa kewaspadaan boleh mengendur.
Justru sebuah pelajaran baru ini harus menjadi pembelajaran.
"Iya Pakdhe, katanya Gusti Allah tidak akan menguji manusia diluar kemampuannya"
"Iya Thole, If it doesnot kill you, it makes you stronger. Bagi yang
meninggal kita doakan dan ihklaskan kepergiannya. Namun bagi kita harus
semakin kuat dan semakin waspada.
Saatnya para ahli meneliti.
Sebenarnya
para ahli kebencanaan khususnya ahli gempa, tidak tinggal diam saat
gempa terjadi. Mereka terus melakukan penelitian, walau dari kejauhan.
Karena bagaimanapun prioritas utama adalah penyelamatan (resque).
Memang
benar, para ahli harus segera ke lokasi untuk memberikan pengamatan
sedini mungkin sebelum dibersihkan. Data kondisi kerusakan selalu
memberikan arti tersendiri pada analisa. Dan sejatinya proses
kebencanaan gempa itu terjadi tidak hanya saat gempa utama.
Pada
saat kejadian, semua mata ahli gempa mengamati, hingga bebehari
berikutnya sudah muncul analisa data dari satelit yang melihat seberapa
besar dampaknya. Dimanasaja terjadi longsor, bagaimana dengan pergeseran
tanah (dislokasi dan rupture nya).
Selang
beberapa hari setelahnya, para ahli dari Badan Geologi juga segera
melihat dampaknya. Dan secara langsung melihat di lapangan. Pergeseran
hingga 5 meter lebih pun juga teramati di lapangan seperti gambar
diatas.
NAntinya
getaran-getaran gempa susulan juga akan diplot untuk melihat dan
memetakan kembali Sesar Palu-Koro. Perubahan konfigurasi ini tentunya
akan dilanjutkan untuk melihat bagaimana kemungkinan kedepannya.
Tidak
hanya di darat, bahkan beberapa kapal survey sudah mulai memetakan
bawah permukaan atau memetakan kedalaman laut dengan multibeam
bathymeti.
Semoga saja hasil-hasil penelitian ini akan meningkatkan kewaspadaan dan mampu mengurangi seandainya terjadi gempa lagi.
Semoga