Wahyudi Thamrin

Kalau Cerdik Jangan Membuang Kawan




SalingkaLuak.Com ~ "Kok gapuak indak mambuang lamak. Kok cadiak indak mambuang kawan. Urang kampuang dipatenggangkan. Nagari jan binaso," demikian sebuah pribahasa usang di Minang Kabau sebagai rambu- rambu dalam pergaulan. Pribahasa tersebut, jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini, "kalau gemuk, tidak membuang lemak. Kalau cerdik, tidak membuang kawan. Orang kampung ditenggang-rasa. Jangan sampai negeri binasa." Diterjemahkan secara bebas maksudnya adalah, tidak ada yang tidak berguna. 


Tidak elok membuang sesuatu yang tidak disukai. Apa lagi bersikap tidak memiliki tenggang rasa. Nyaris kehancuran bisa terjadi dalam sebuah negeri, manakala bersikap otoriter. Dewasa ini, pribahasa Minang Kabau itu, masih relevan dipakai dalam kehidupan berorganisasi, maupun dalam pergaulan sehari-hari. Sebab, jika ada sebuah situasi perselisihan dan beda pendapat. Itu adalah hal biasa, dalam bersosialisasi. Jangan pula sampai blokir-memblokir, atau menghancurkan ikatan persahabatan, sesama manusia. Termasuk dalam berorganisasi. 

Jangan sampai ada membuang kawan, karena perbedaan pendapat dan sikap. Organisasi hanyalah sebagai wadah, untuk mengadu ide, pikiran, demi mencapai tujuan. Organisasi lahir karena adanya kesepahaman, dan kesepakatan antara satu orang dengan lainnya. Karena merasa sama-sama senasib, dan seperjuangan. Lalu, orang-orang itu berkumpul, membentuk persatuan, serta merumuskan cita-cita untuk kemajuan bersama. 

Nah, ketika semuanya sudah berjalan baik. Ada 1 atau 2 orang yang suka menganggu kenyamanan beberapa orang. Hendaknya, 1 atau 2 orang yang menganggu itu tidak perlu dibuang, tapi dirangkul, ditanya apa maunya? Diakomodir ide dan sarannya. Mereka juga ingin melakukan sesuatu. Barangkali caranya saja yang tidak tepat. Jika dibuang, alamat organisasi akan hancur, binasa. Respek teman lain akan berdatangan kepada orang terbuang. Untuk itu, kok gapuak, jan mambuang lamak. Kok cadiak, jan membuang kawan. Semua kita bersaudara. (Anton Wijaya)