Salingkaluak.com,- Dari dahulu dalam urusan candaan masyarakat Minang sudah sangat terkenal kentalnya. Apalagi mereka yang sudah nongkrong di lapau (warung) istilah lapau itu konon berasal dari kata talampau. Saking bebasnya canda gurau di lapau sehingga ada pameo di Lapau banyak nan talampau. tapi Ota lapau hanya sampai pintu sekali jangan dibawa pulang apalagi sampai sakit hati berujung dendam.
Sepanjang pengetahuan dan penulis temui dilapangan di Luak Limopuluah garah lapau menjadi khas tersendiri bagi kaum laki laki yang palapau (istilah buat yang rutin kewarung). Kenapa penulis bilang kaum laki kali? Karena yang datang dan duduk di lapau itu hanya kaum bapak alias laki laki. diwarung warung kopi tradisional yang disebut lapau dan ada juga yang menyebut pajak sangat tabu ada perempuan ikut nimbrung. Beda dengan lapau modern yang orang namakan cafe, lesehan atau lainnya yang sudah ikut zaman now.
Baca Juga: Diduga Depresi, Pria Ini Nekad Akhiri Hidupnya Dengan Gantung Diri
dilapau segala urusan akan jadi bahasan. Saat saling obral obrolan inilah ragam humor muncul. Mau urusan politik, adat budaya dan agamapun akan ada pelesetan kata dari mereka yang asyik ngobrol. Maka lapau disebut juga DPRD tingkat III diranah ini.
Jika ditulis semua apa yang jadi bahan humor di lapau bisa bisa kita yang kesandung UU ITE zaman sekarang. Akan ada yang membuat delik aduan jadinya nanti. Namun itulah romantika garah lapau di Luak Limopuluah khususnya, mungkin Sumbar umumnya.
Gurau lapau kalau sudah agak keras sering di sebuta garah kudo (gurauan Kuda). Karena kuda suka main tendang saja tanpa basa basi kalau sudah menyerang. Menyerang dalam gurau tersebut biasanya sudah masuk ranah pribadi atau kelompok. Paling itulah jawaban buat yang sudah memakai cara tersebut. Ko lah garah kudo ko mah kawan. Balasan paling muncul.
Ada beberapa contoh ungkapan garah lapau nan mengandung sindirian bermuatan came,eh. mungkin tidak akan ada yang tersinggung,
Kok Kayo Bana Awak Urang Ndak Ado Nan Mamintak,Maksudnya, Walau kita kaya tapi tidak ada orang mau minta tolong sama kita dalam hal materi dan kalaupun kita pintar, tapi tidak ada orang datang bertanya minta pendapat atau solusi kepada kita. Mau apalagi kita.
Kok Cadiak awak, tapi ndak ado urang datang batanyo, Kamanga Awak
tujuannya ungkapan ini tidak lebih menyindir orang orang yang sok kaya dan sok pintar. Sementara sehari hari dimata masyarakat tidak ada apa apanya.
Separah parahnya garah lapau paling siasat serangan balasan yang dipikirkan para palapau. Jika tidak saat itu esok atau lusa pasti akan membalas. Babaleh Cakak istilahnya. Serangan balik kata orang sekarang.
Duduk nongkrong diwarung kopi alias lapau bin kadai diranah ini seakan menjadi syarat seorang laki laki bergaul didalam kampung tersebut. Jika tidak pernah ke lapau akan jadi olok olok saat ada pertemuan. Apalagi seorang sumando dikampung tersebut tidak pernah datang ngumpul ngopi di lapau. Sudah akan jadi bullyian Sumando Lapiak Buruak nan hanya sibuk dengan anak bini.
Bahkan sampai disindir dengan sebutan penguasa nomor dua di rumah. yang nomor satu istri. Tidak jarang jika ada seperti ini saat berjumpa dijalan atau dimana saja saat sedang bersama istri akan ditanyai lansung ke bini. Nggak ada izinkan lakinya ke warung buat ngopi. Paling hanya tawa lepas jawabnya diselingi kata tidak.
Tapi semua itu tidak lepas dari gurauan penambah keakaraban dalam kehidupan berkorong berkampung diranah ini. Tidak akan ada dendam kesumat muncul ketika ada gurauan menyinggung seseorang.
Dan yang membuat betah duduk ngopi semalaman diwarung warung kopi tersebut tidak lepas dari canda tawa dalam ragam ota atau pembahasan dari urusan dunia sampai Akhirat.
Semoga Lapau tidak tersisih dengan menjamurnya cafe cafe atau lesehan elite saat ini.