Wahyudi Thamrin

Tour 2000 Km Pariaman - Empat Lawang


Pergerakan lajunya Ford Ranger semakin kencang melintasi jalan pesisir pantai menuju Desa Air Klisar Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan melewati Provinsi Bengkulu.

Perjalanan menuju Bengkulu menyita waktu kurang lebih empat belas jam dengan kecepatan rata rata enam puluh kilo meter perjam, tepatnya expedisi kami yang beranggotakan lima orang terdiri dari Muhammad Sugindo, Afrizal Sahar, Syamsul Bachri, Meidi dan Fajar, kami tiba di Kota Bengkulu sudah malam, jam menunjukan pukul delapan tiga puluh menit.

Di sebuah Restoran di Bengkulu dengan spesifik Pindang kami menikmati kuliner makan malam setelah menapaki kaki di Kota bersejarah semasa Bung Karno. Kelelahan tim tampak berat sehingga kami lansung menuju Hotel yang sebelumnya sudah di booking sebelum berangkat ke Kota Bengkulu.

Hotel yang cukup representatif itu menghentikan rasa lelah kami selama empat belas jam diatas mobil bergardan ganda tersebut. Istirahat yang cukup membuat kami kembali bugar dan segar bangun di pagi hari, sarapan pagi selasai jam delapan.

Disepanjang jalan menuju lokasi tujuan, berbagai informasi terkait Virus Covid-19 sempat menghantui pikiran kami, bahkan ada rencana untuk tidak melanjutkan perjalanan sampai tujuan.
Hari menunjukan pukul setengah sembilan pagi, selesai sarapan di lobbi Hotel melalui berbagai saran kami putuskan untuk melanjutkan misi expedisi tersebut dengan rencana semula, tetapi dengan syarat kita semua harus melakukan Rapid Test untuk memastikan kondisi kesehatan masing – masing.
Ada beberapa klinik dan rumah sakit kami santroni untuk melakukan Tes Rapit, sehingga kami memilih RS.Tiara Sella.

Tanpa menunggu antrian, kami lansung mendaftarkan diri, sambil menunggu hasil kami terus berseloroh meskipun ada juga yang merasa kuatir terhadap jangkitan virus yang sedang menghebohkan dunia sekarang ini.

Suara Dokter sang pemeriksa memanggil masing masing nama kami sembari memberikan amplop hasil Tes tersebut ke masing masing kami terus mambuka dan mengeluarkan selembar kertas yang ada di dalam amplop itu  Alhamdulillah” hampir bersamaan kami mengucapkan nya bahwasanya kami dinyatakan semua  Non Reaktif.

Melalui hasil tersebut kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sesuai rencana semula kedesa Air Klinsar Kecamatan Ulu Musi Kab.Empat Lawang kampung halamanya Pak Muhammad Sugindo yang sekarang menjabat sebagai Kasatlantas Polres Pariaman.

Pagi itu kami putuskan untuk meninggalkan Hotel tempat kita menginap ( Chek Out ) untuk melanjutkan perjalanan.

Jalanan yang cukup ekstrem kami tempuh dalam waktu tiga setengah jam ke Kabupaten Empat Lawang setelah melintasi Kabupaten Kapahiang salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu.
Senja menyonsong kami setiba di kediaman keluarga Pak Sugindo setelah melintasi perkebunan Kopi, Kakao, Lada, serta karet dan kelapa sawit disepanjang kiri kanan jalan.

Kehangatan silaturahmi dengan saudara “Pakwo” ( Saudara Bapak ) tertumpah seakan sudah lama rindu ini menanti kehadiran anak sulung beliau, begitu dengan kami.

Keluarga beliau begitu hangat dan akrab, candanyapun membuat kami semakin dekat bersamanya.
Semenjak ketibaan kami di kediaman orang tua Pak Sugindo di pelataran kaki Bukit Barisan Desa Air Klinsar yang damai dan dan asri dengan kesantunan masyarakatnya.
Meskipun kelihatan sederhana, keluarga beliau sangat dihormati di Kampung yang berpenduduk seribuan orang.

Pak, H. Arsi kelahiran Air Klinsar 56 tahun silam semasa kecil beliau bermasyarakat di desa kecil itu hidup bersama dengan profesi berkebun mengikuti Ayahnya.

“Menurut beliau, Ayahnya dulu mencari tanah perkebunan kesini masih hutan belantara penghuni desa ini cuma baru ada satu atau dua buah kepala keluarga.

“Sekarang sudah menjadi desa yang berpenduduk ribuan penghuni sekitar 150 KK bahkan disini sudah menjadi sentra penghasil Kopi, Saang(lada), dan Kakao.

Kami sempat berpindah pindah dari Lahat Palembang ke Bengkulu, Jawa Barat tepatnya di Bekasi jadi pengusaha Chatering. Meskipun kami berasal dari Lahat Sumatera Selatan, ucap pak Arsi.

Afrizal Sahar Termotivasi Dengan 'Saang'


Sembari jalan pagi kami melihat perkebunan masyarakat di Desa Air Klinsar Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Empat Lawang

Disepanjang sisi kanan kiri jalan menuju Desa tersebut seperti membelah perkebunan masyarakat yang di penuhi dengan tanaman komoditi Kopi dan Saang. Masyarakat setempat menyebutnya Saang, yang dikenal dengan Lada alias Merica. Lada atau merica di dijadikan oleh masyarakat Empat Lawang sebagai sumber ekonomi masyarakat disamping Kopi Robusta atau Kopi Luak.

Ekonomi masyarakat bergantung kepada tanaman Kopi, Lada, dan Kakao sebagai mata pencariannya. Tidak ada lahan tanah yang tersisa alias terlantar di desa tersebut semuanya ditanami komoditi itu. Salah satu misi perjalan kami juga dalam rangka studi banding terhadap perkebunan si Desa Air Klinsar di kampung halamanya Pak Sugindo

Pagi hari Sabtu, 22/8/2020 itu kami menelusuri Perkebunan Masyarakat dilokasi, masyarakat petani disana pagi sudah berangkat keladang masing-masing, ada yang memanen hasil kebun beliau, ada yang merawat, memupuk dan ada juga sekesar merambah gulma penganggu tanaman mereka
Afrizal Sahar, kordinator perjalanan kami termotivasi dengan sektor perkebunan masyarakat tani setempat. Hektaran hamparan tanaman kopi, lada, dan kakao membuat Afrizal semakin tertarik melihatnya.

Meskipun Afrizal seorang Perwira Polisi beliau juga hobbi dan mencintai sektor pertanian guna mengali serta mengembangkan potensi pertanian. Beliau melihat kehidupan petani disni jauh lebih sejahtera dibanding patani dikampung saya, ucap Kanit.

Ketika musim panen petani disini membawa hasil taninya sampai berton ton ke Pekan atau Pasar yang setiap hari Sabtu pagi. Transaksi mereka hingga ratusan juta ketika lagi musim. Ketika lagi musim harga perkilogram Saang mencapai Rp.30.000,- begitu Kopi, Kakao dan Kemiri ucap Pak Rudi salah seorang Petani didesa tersebut. Pak Rudi juga memiliki hamparan kebun kopi dan Kakao sebagai sumber utama penopang ekonomi keluarga beliau.

Setiap hari Pekarangan halaman masyarakat disana dipenuhi jemuran saang, kopi, kakao dan kemiri terlihat seperti apa yang diucapkan Pak Rudi.

Ketika menatap lansung dan pembuktian hamparan ladang perkebunan didesa Air Klinsar ini Pak Afrizal semakin terinspirasi melihatnya, kenapa masyarakat kita tidak dari dulu melakoni kegiatan bertani dalam mengolah lahan terlantar. Demi kesejahteraan masyarakat patani kita, insyallah kita akan bawa studi tiru ini ke kampung kita tentunya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada, sahut Kanit.

Afrizal berharap kepada masyarakat petani di kampungnya juga mampu mengolah lahan terlantar yang ada agar lebih produktif.

Hektaran lahan tidur Afrizal sudah melakukan pengolahan dengan menanam jagung hibrida untuk pakan ternak di Ulakan Tapakis.

Meskipun beliau seorang anggota Polisi, namun sangup dan tidak enggan untuk berkarya.
Dimasa Pandemi Covid – 19 ini Afrizal mengarap lahan tidur tersebut guna mengantisipasi ketahanan pangan dengan menanam komoditi jagung pakan ternak yang sekarang sedang di kembangkan di Kabupaten Padang Pariaman.

Disamping kerja sebagai Abdi Negara ia mampu menyisihkan waktunya melakukan kegiatan positif yang memiliki nilai guna dan hasil guna kepada masyarakatnya.

Adopsi Pinang Wanggi Sikucua


Sembari pulang untuk bersilaturahmi dengan keluarga ke Desa Air Klinsar IPTU Muhammad Sugindo, S.ik juga terinspirasi dengan Tanaman Pinang Wanggi yang ada di Sikucua Kab. Padang Pariaman untuk mencoba mengembangkanya di Pelembang Sumatera Selatan.

Komoditi pinang wanggi merupakan tanaman perkebunan penghasil buah untuk expor ke luar negri seperti India, Pakistan maupun Bangladesh disamping memenuhi kebutuhan produksi dalam negri.
Perkembangan tanaman pinang wangi di Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu penangkaran pembibitan terbesar di Sumatera Barat tepatnya di Sikucua Kecamatan V Koto Kampung Dalam.

Pengembangan pembibitan Pinang Wanggi sudah mengantongi Sertifikat Provinsi Sumbar untuk Kelompok Tani penangkaran penghasil bibit Pinang Wanggi.

Bibit pinang wanggi sekarang boleh dikatakan sebagai primadona dikalangan sejenisnya, Batara, Pinang kampung, serta variates pinang lainya.

Ketertarikan Pak Sugindo terhadap pinang wanggi merupakan tanaman perkebunan yang cukup prospek untuk dikembangkan di Daerah Sumsel tersebut.

Sementara sekarang ini komoditi yang ada di sana sebagai penopang perekonomian masyarakat yang lebih terkenal dengan Kopi, Lada, Kakao dan Kemiri.

Menurut beliau tidak ada salah nya kita mencoba Tananman jenis Pinang Wanggi ini sebagai penyangga ekonomi masyarakat di Aie Klinsar Kecamatan Ulu Musi Kab Empat Lawang.
Hamparan lahan perkebunan yang cukup memadai dan sangat cocok ditanami jenis Pinang Wanggi.
Untuk permulaan 1000 bibit pinang wangi diadopsi ke hamparan perkebunan keluarga beliau di Empat Lawang.
Reportase. : Syamsul Bachri.