Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada Tingkat Pendapatan

Oleh: Syaiful Anwar, S.E., M.Si

(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Kampus II Payakumbuh)


Adanya perbedaan nilai tukar juga mengakibatkan perbandingan tingkat pendapatan per kapita antara negara-negara maju dan Negara Sedang Berkembang (NSB) selalu timpang sehingga perbedaan tingkat kesejahteraan yang digambarkan jauh lebih besar daripada yang sebenarnya terjadi di antara kedua kelompok negara tersebut. Sebagai contoh, Usher (1963) mengestimasi bahwa perbandingan pendapatan per kapita antara Inggris dan Thailand adalah 1 : 13,06. Artinya, jumlah pendapatan per kapita Inggris adalah 13,06 kali lebih besar daripada pendapatan per kapita Thailand.

Angka perbandingan tersebut didapatkan jika pendapatan nasional Thailand dalam mata uangnya sendiri (baht) dikonversikan terhadap poundsterling pada tingkat kurs yang berlaku. Namun, jika pendapatan per kapita Inggris dan Thailand dinilai secara langsung pada tingkat harga di Thailand maka perbandingan tersebut hanya 1 : 6,27, dan jika pendapatan per kapita antara kedua negara tersebut dinilai pada tingkat harga di Inggris maka perbandingan tersebut akan turun menjadi 1 : 2,76. 

Sementara itu, pada awal dekade 1950-an, Millikan (1950) dalam Balassa (1961) juga mengestimasi tingkat pendapatan per kapita negara-negara di kawasan Asia (kecuali Timur Tengah). Menurut perhitungan konvensional, pendapatan per kapita negara-negara di kawasan tersebut adalah US $58, namun menurut hasil estimasi Millikan, pendapatan per kapita dari negara-negara di kawasan tersebut mencapai US $195. Untuk negara-negara di kawasan Afrika menurut perhitungan konvensional nilai pendapatan per kapita mereka adalah US $48, tetapi setelah dilakukan estimasi ulang ternyata nilai sebenarnya adalah US $117. 

Sebagai bahan pembanding, dari studi yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis (1956) diperoleh temuan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di beberapa negara maju ternyata lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendapatan per kapita mereka

Kesalahan dalam mengestimasi tingkat pendapatan per kapita di NSB disebabkan oleh adanya “ketidaksempurnaan” dalam metode penghitungan pendapatan per kapita. Ketidaksempurnaan tersebut disebabkan oleh dua hal yaitu: 

Adanya masalah dalam menentukan jenis-jenis kegiatan yang harus dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional. Selama ini jenis-jenis kegiatan yang dimasukkan ke dalam perhitungan pendapatan nasional adalah setiap kegiatan hasilnya dijual ke pasar. Hal ini berarti pemilik faktor produksi memperoleh balas jasa atas kegiatannya tersebut. Padahal di NSB banyak sekali kegiatan produktif yang tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional yang seharusnya dapat dinilai misalnya mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaan di rumah.

Adanya kesulitan dalam mengonversi nilai pendapatan per kapita dari mata uang suatu negara ke mata uang negara lainnya. Biasanya nilai tukar resmi mata uang suatu negara dengan negara lain tidak mencerminkan perbandingan tingkat harga di kedua negara tersebut. Misalnya, kita asumsikan nilai tukar resmi antara mata uang negara kita (rupiah) terhadap dolar Amerika Serikat adalah 1 US $ = Rp10.000. Secara teoritis, hal ini berarti harga sebuah barang yang ada di Amerika Serikat apabila dikalikan dengan Rp 10.000 maka harus sama nilainya dengan barang yang sama di Indonesia. Namun kenyataannya, nilai (harga) barang tersebut di Indonesia bisa lebih kecil atau malah lebih besar dari nilai (harga) yang seharusnya secara teoritis. 


#SyaifulAnwar #Unand #Payakumbuh