Bertambahnya jumlah
parpol pada Pileg 2024 praktis menciptakan eskalasi persaingan yang semakin
sengit diantara parpol. Setiap parpol akan berjuang keras memanen simpati dan
dukungan sebanyak mungkin dari masyarakat pemilih. Parpol yang berada di
parlemen tak hanya berupaya mempertahankan elektoralnya agar lolos
parliamentary threshold (PT) tetapi juga akan berusaha menaikkan perolehan
kursinya.
Bagaimana
dengan parpol yang berada di luar parlemen dan berstatus parpol baru? Semangat
dan motivasinya tak jauh berbeda dengan parpol yang ada di parlemen. Sebisa
mungkin mereka ingin mengganggu dominasi dan kemapanan elektoral parpol yang
berada di Senayan.
Atas dasar itu,
setiap parpol akan semaksimal mungkin menyiapkan berbagai pendekatan, menyusun
strategi hingga logistik yang memadai untuk memasuki arena kompetisi. Salah
satu yang menjadi fokus perhatian besar parpol adalah mempersiapkan calon
legislatif (caleg) yang berkualitas.
Fase ini begitu
strategis bagi parpol sebab para caleglah yang dipersiapkan menjadi mesin
pendulang suara pada Pileg 2024. Mengapa keberadaan caleg begitu berpengaruh?
Sebab preferensi utama pemilih saat ini cenderung melihat ke figur caleg
dibanding parpolnya.
Keberhasilan
parpol dalam menentukan komposisi caleg yang tepat di setiap daerah pemilihan (dapil)
akan berbanding lurus dengan target capaian di Pileg 2024. Sebaliknya, ketika
parpol salah langkah dalam mendorong caleg-calegnya di medan pertarungan, maka
tentu akan mengakibatkan kerugian bagi parpol. Masa depan parpol pada pileg
2024 sangat ditentukan oleh daya juang caleg-calegnya. Semakin kompetitif dan
massif mereka bergerak berburu dukungan pemilih maka dimungkinkan membawa
kegembiraan bagi parpol.
Pergerakan Berbasis
Data
Dalam memenangkan
pertarungan di Pileg mendatang, bekal parpol tak cukup hanya menyiapkan caleg
yang berkualitas. Dibutuhkan suatu instrumen untuk meraih kesuksesan. Maka
kemudian diperlukan panduan untuk memulai pergerakan dalam berburu dukungan
elektoral. Parpol dan caleg harus memahami bagaimana memulai pergerakan dengan
baik, di mana saja wilayah intervensi pergerakan, mengkalkulasi penargetan
suara yang akurat hingga meraih dukungan pemilih yang signifikan.
Untuk mencapai
hal itu, semuanya membutuhkan data sebagai panduan. Data merupakan kekuatan
utama dalam merancang pergerakan. Dengan basis data, caleg mengetahui medan
pertarungan yang sesungguhnya, mengerti arah pergerakan dan memahami cara
bermain di arena kontestasi.
Namun tanpa
data yang memadai maka pergerakan caleg ibarat berburu dukungan di hutan
belantara. Tak tahu arah jalan yang sesungguhnya. Membabat apapun yang ada
dihadapannya untuk menemukan rute pergerakan. Tanpa data, caleg hanya akan
bergerak sporadis. Bekerja secara membabi buta. Energi caleg jadi tidak
efisien. Caleg hanya akan menjadi korban dari kata-kata yang sumbernya tidak jelas.
Caleg tergiring dalam mode kebingungan. Tanpa data, caleg bisa mengalami
kekalahan.
Lalu data seperti
apa yang dibutuhkan oleh parpol dan caleg? Bicara data memang komprehensif. Meliputi
banyak hal. Tapi data primer seperti hasil pileg 2019 yang lalu merupakan hal
yang wajib untuk dimiliki seorang kontestan.
Data bahkan
sering menjadi masalah mendasar dalam menatap kontestasi politik. Data masih
dipandang sebagai sesuatu yang kurang memiliki urgensi. Sebenarnya masalah data
merupakan hal yang klasik. Sebagai contoh, biasanya caleg berstatus petahana
dan caleg yang pernah mengalami pertarungan acapkali mengabaikan data hasil pertarungan
sebelumnya. Padahal data tersebut, bisa digunakan untuk membantu dirinya
merawat konstituen dan bisa mempermudah kerja-kerja elektoral pada pertarungan
yang akan datang.
Para caleg
mesti dibarengi dengan data lapangan yang memadai, bekerja dengan data untuk
membangun strategi yang baik. Sehingga performa tim pemenangan bisa lebih
efektif dan terarah. Caleg yang menguasai data, mampu mengelola dan
memanfaatkan data secara tepat dalam pergerakannya akan membuka peluang yang
lebih besar dalam meraih kesuksesan.
Apakah para
caleg sudah membekali diri dengan data? temukan dan bergeraklah.
Oleh: Nursandy
Syam