Oleh:
Dr. Silvia Permata
Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
Akhir-akhir ini, kesadaran masyarakat akan hidup sehat semakin meningkat. Pola pikir tentang: kesehatan tubuh kita sangat tergantung dari apa yang kita makan semakin tinggi. Dengan mengosumsi makanan yang aman dan sehat, akan dihasilkan tubuh yang sehat juga. Dalam menjaga hidup tetap sehat, sebagian orang mengonsumsi pangan yang dibudidayakan secara organik. Produk pangan yang dihasilkan dari budidayakan secara organik diyakini lebih sehat dan memiliki rasa yang lebih manis atau lezat. Hal itu karena produk pangan tersebut tidak mengandung residu kimia yang beracun.
Pestisida kimia merupakan zat beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini disebabkan pestisida sintetik mengandung bahan kimia dan dapat menyebarkan radikal bebas. Bahan kimia seperti fungisida (sasarannya: jamur), herbisida (sasarannya: gulma), dan insektisida (sasarannya: serangga) sering kali digunakan dalam pertanian konvensional (non-organik) yang residunya bisa saja tertinggal pada tanaman. Sedangjan radikal bebas dari pestisida dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, seperti mutasi gen dan gangguan susunan syaraf pusat. Selain itu, residu bahan kimia beracun yang tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini, dan munculnya penyait degeneratif.
Produk pangan konvensional yang
menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia biasanya meninggalkan residu. Dalam
sebuah artikel penelitian yang ditulis oleh Marbun pada tahun 2015, residu
dinyatakan paling banyak terdapat dalam sayuran adalah pada penggunaan
pestisida organofosfat, pestisida jenis ini sangat digemari oleh petani karena
memiliki daya basmi yang kuat yang biasanya digunakan pada sayuran tomat dan
wortel.
Dalam penelitian tersebut, dijelaskan
bahwa rata-rata penggunaan pestisida pada sayuran meninggalkan residu 0,5
mg/kg, namun demikian bila dikonsumsi secara terus-menerus akan mengakibatkan
penumpukan residu pada tubuh yang tentu saja berbahaya bagi kesehatan. Menurut
WHO (World Health Organization), selama beberapa tahun terakhir banyak
bermunculan penyakit akibat keracunan bahan kimia yang digunakan dalam budi
daya pertanian konvensional (seperti pestisida kimia dan pupuk kimia). Hal ini
disebabkan pestisida kimia yang disemprotkan ke tanaman akan masuk dan meresap
ke dalam sel-sel tumbuhan, termasuk ke bagian akar, batang, daun, dan buah.
Jika daun dan buah dimakan manusia, racun atau residu bahan kimia beracun
tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia.
Bahkan beberapa hasil penelitian mengatakan
bahwa pestisida kimia merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit kanker,
dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, racun kimia klorin yang
terdapat pada pestisida sintetik dapat menyebabkan penyakit kanker payudara.
Zat kimia tersebut juga mampu menumpuk lama di dalam tubuh manusia, hewan, dan
tumbuhan sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak seimbang. Dari hasil
berbagai penelitian, juga diketahui bahwa konsentrasi metabolit pestisida
sintetik pada anak-anak yang mengonsumsi pangan non-organik lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi metabolit pestisida anak-anak yang mengonsumsi tanaman
organik. Faktor kesehatan sangat diutamakan dalam budidaya tanaman secara
organik, karena secara langsung berhubungan dengan kesehatan tanaman maupun
kesehatan manusia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di
laboratorium diperoleh tanaman dari hasil budidaya secara organik mengandung
58% zat polifenoloid. Zat polifenoloid adalah salah satu antioksidan yang
berguna untuk mencegah penyakit kanker. Selain itu, berbagai penelitian
mengenai residu pestisida sintetik juga sudah dilakukan di beberapa negara Asia
terhadap pekerja wanita yang bekerja di perkebunan dan berhubungan langsung
dengan pestisida, seperti para pekerja yang ada di Malaysia. Hampir setiap hari
mereka mengaplikasikan pestisida paraquat, methamidophos, dan monocrotophos di
lahan perkebunan. Akibatnya para pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan
yang kronis dan akut, seperti gatal-gatal, sesak nafas, sakit dada, nyeri otot,
mata rabun, pusing, mual, dan sakit kanker. Penelitian juga dilakukan di
Amerika terhadap para pekerja wanita yang tinggal di daerah yang aplikasi
pestisidanya tergolong tinggi. Hasilnya para pekerja wanita tersebut memiliki
resiko dua kali lebih tinggi melahirkan bayi dalam keadaan cacat dibandingkan
dengan wanita yang tinggal di daerah yang tidak menggunakan pestisida sintetik.