Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Seperti halnya budidaya tanaman secara konvensional, kendala utama yang dihadapi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Dalam sistem budidaya konvensional, serangan hama dan penyakit dikendalikan dengan aplikasi pestisida kimia yang akhirnya menimbulkan residu kimia dan kerusakan lingkungan. Sementara dalam sistem budidaya organik penggunaan pupuk dan pestisida kimia dikurangi atau bahkan tidak digunakan.
Umumnya pupuk yang diguankan dalam pertanian organik adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, sapi, kerbau dan ternak lainnya. Mikroba pembenah tanah juga dapat diberikan pada lahan yang akan ditanam untuk mempercepat proses peningkatan kesehatan tanah dan tanaman. Adapun mikroba yang digunakan tersebut contohnya Trichoderma sp., Gliocladium sp., Azosperillum sp., Azotobacter sp., Bradyrhizobium, dan Rhizobium.
Faktor kesehatan tanah sangat diutamakan dalam budidaya tanaman organik karena secara langsung berhubungan dengan kesehatan tanaman. Tanaman yang sehat akan toleran bahkan tahan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya optimal. Sebaliknya, tanaman yang tumbuh pada tanah yang kurus dan kekurangan unsur hara akan mudah terserang hama dan penyakit. Namun perlu diketahui bahwa pemupukan yang berlebihan pun dapat menyebabkan tanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Berikut ini beberapa hal penting yang sangat perlu diperhatikan dalam perlindungan tanaman secara organik, yaitu sebagai berikut:
1) Menciptakan agroekosistem pertanaman yang tidak menguntungkan bagi kehidupan hama dan penyakit tanaman.
2) Menanam dengan pola tanam tumpang sari, yaitu menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan yang sama. Hal ini dilakukan untuk menciptakan ekosistem yang dapat menekan timbulnya hama dan penyakit tanaman. Contohnya jagung ditanam bersama kacang tanah, bawang dengan kentang, kacang-kacangan dengan mentimun.
3) Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) tanpa bahan kimia (pestisida dan pupuk kimia).
4) Meningkatkan kesuburan tanah dengan memberikan masukan bahan organik yang dapat menjadi unsur hara dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme bermanfaat yang ada di dalam tanah.
Di tengah kecemasan bahay pestisida dan pencemaran lingkungan, sistem budidaya tanaman secara organik merupakan salah satu solusinya. Budidaya tanaman secara organik dapat menghasilkan pangan sehat yang bebas residu pestisida kimia, sekaligus juga aman terhadap lingkungan.
Pangan sehat atau yang dikenal dengan istilah pangan organik merupakan produk pertanian yang dibudidayakan (ditumbuhkan) secara organik. Dalam sistem penanamannya, pangan organik bebas dari unsur-unsur kimia seperti pupuk kimia, pestisida kimia, dan hormon pertumbuhan. Pupuk yang digunakan dalam pertanian organik itu berasal dari alam seperti kompos dan kotoran hewan. Sementara pestisida yang digunakan dalam pertanian organik yaitu biopestisida dan musuh alami (predator dan parasitoid). Dengan arti kata, semua proses produksi dilakukan secara alami mulai dari penanaman hingga pengolahan hasil panennya.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk memulai budidaya tanaman secara organik adalah: tidak menggunakan benih atau bibit hasil rekayasa genetik, tidak menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan kesuburan tanah tetapi menggunakan mikroba tanah, tidak menggunakan pestisida kimia, tidak menggunakan hormon tumbuh dan bahan adaptif kimia dalam pakan ternak.
Sistem pertanian organik merupakan sistem pertanian masa depan. Sistem Pertanian Organik akan menjadi trend dan akan terus berkembang nantinya seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan sehat dan bahaya pestisida kimia. Hal ini disebabkan pertanian organik dapat menghasilkan produk pangan yang lebih sehat bagi konsumen (manusia) dan aman terhadap lingkungan. #Salam Pertanian, Silvia Permata Sari.