Wahyudi Thamrin

Lembah Harau, Tunda Bayar Dan THL Jadi Sorotan Fraksi Partai Gerindra Limapuluh Kota

Limapuluh Kota,- Dalam beberapa waktu belakangan ini Limapuluh Kota ramai jadi topik berita dan pembicaraan publik. Seperti Lembah Harau, kasus tunda bayar sampai beredarnya pesan berantai pemberhentian Tenaga Harian Lepas (THL) di pemkab Limapuluh Kota. 

Tiga topik hangat di Limapuluh Kota ini jadin sorotan para anggota DPRD Limapuluh Kota terutama dari fraksi Partai Gerindra. Seperti disampaikan juru bicaranya, Khairul Apit, dalam pandangan umum fraksi pada sidang paripurna DPRD terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Kepala Daerah Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2022 yang berlangsung, Jum’at (17/3/2023) kemaren.  dDengan lantang wakil rakyat dari daerah pemilihan Suliki., Gunuang Omeh dan Bukit Barisan ini menyorot rendahnya PAD dari objek wisata Lembah Harau.  

Baca Juga: Fraksi PAN Soroti Janji Politik SAFARI

Menurut Khairul Apit, kawasan wisata Lembah Harau merupakan obyek wisata yang tidak pernah sepi dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing. Akan tetapi, PAD yang ditimbulkan oleh Lembah Harau sangat rendah. Fraksi Gerindra menilai bahwa, target PAD Lembah Harau harus dikaji ulang, karena sampai saat ini sangat besar terjadi kebocoran dari pengelolaan objek wisata tersebut dan Fraksi Gerindra meminta Pemerintah Daerah melalui OPD terkait untuk uji coba petik selama 2 bulan dengan melibatkan unsur TNI dan POLRI.

Selain mempersoalkan rendahnya PAD dari objek wisata Lembah Harau, Khairul Apit juga menyorot soal sumber PAD dari pajak hotel dan restaurant yang tidak dikelola dengan baik. 

Khusus sumber PAD dari pajak hotel dan restauran ini, Fraksi Partai Gerindra menilai Pemda terkesan tidak serius dalam mengelola potensi tersebut. Dari sekian banyak homestay yang sudah beroperasi, belum terkelola dengan baik. Artinya, belum ada yang dapat untuk meningkatkan PAD, karena menyangkut regulasi atau perizinan, ungkap Khairul Apit.

Khairul Apit juga menyorot tentang nasib para petani yang sangat memprihatinkan akhir-akhir ini. Kondisi ini hampir dialami oleh seluruh petani di Kabupaten Limapuluh Kota. 

Menurut Khairul Apit, hal tersebut terjadi karena meningkat tajamnya harga kebutuhan tani terutama pupuk dan pestisida, hampir70 % lahan pertanian Jesigo atau jeruk Siam Gunuang Omeh terancam terlantar akibat kenaikan harga kebutuhan petani, ditambah lesunya pada harga jual produk.

Baca Juga: Fraksi Demokrat, Jangan Biarkan Resi Gudang Gambir Menjadi Sarang Hantu

Khairul Apit tak hanya merisaukan nasib petani, namun dia juga merisaukan nasib pegawai honor yang bekerja di ruang lingkup Pemerintah Daerah. 

Dengan mengurangi jumlah serta menunda pembayaran honor mereka, adalah sikap tak baik. Ada beberapa jiwa yang selalu berharap pada setiap pegawai honor tersebut, mereka sudah ada yang beristri dan memiliki anak dan bahkan orang tuanya terkadang juga ikut menjadi tanggung jawab mereka, papar Khairul Apit. 

Terkait soal nasib pegawai honor ini, Khairul Apit mengajak penyelenggara Pemerintah Daerah untuk mengguna rumus logika terhadap nominal yang dianggarkan untuk pegawai honor, jika dibandingkan dengan beban tugas yang mereka pikul sungguh tak masuk diakal.

Mereka piket 24 jam tanpa ada tambahan uang makan. Kalau tak sanggup mereka disuruh untuk mundur, ini adalah kejahatan kemanusiaan dan dimana nurani diletakkan, kecam Khairul Apit.

Diungkapkan Khairul Apit, terhadap Tenaga Harian Lepas (THL) yang bekerja di lingkungan Pemda Kabupaten Limapuluh Kota, saat ini dalam kondisi gundah gelana dengan info yang sudah beredar luas di media sosial atau media online terkait berita tentang PHK massal yang akan terjadi di Kabupaten Limapuluh Kota. 

Hal tersebut terjadi karena akibat dari tunda bayar terhadap pekerjaan dan pembangunan fisik serta anggaran OPD yang belum lunas terbayarkan. Terkait masalah THL ini, Fraksi Gerindra meminta kepada Bupati untuk menyikapi hal tersebut secara bijaksana, karena THL yang ada di lingkungan Pemda Kabupaten Limapuluh Kota pada umumnya sudah menggantungkan hidupnya dengan honor bulanan yang mereka terima, akan tetapi di bulan ini mereka semua akan dirumahkan. Apakah hal tersebut bisa dikatakan sebagai penzaliman terhadap Tenaga Harian Lepas tersebut? ujar Khairul Apit.

Baca Juga: Pemuda Minang dan Idealisme

Khairul Apit juga menyorot adanya beberapa program yang telah selesai dikerjakan oleh rekanan, bahkan telah diserah terimakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang tak bisa dibayarkan atau tunda bayar. Nilainya pun juga sangat fantastis dan berdampak luas serta berpengaruh pada program tahun 2023 yang telah dirancang dan dipersiapkan sedemikian rupa. 

Fraksi Gerindra bertanya, bukankah pembahasan APBD dilakukan bersama setelah gambaran atau neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota disampaikan pada DPRD?. Dan kenapa secara tiba-tiba, kita dikejutkan dengan berita tentang devisit anggaran?, ungkap Khairul Apit.

Dikatakan Khairul Apit,  Fraksi Partai Gerindra juga tergelitik atas sikap Pemerintah Daerah atas keluarnya PMK No 212 tahun 2023 yang sangat membuat Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota kerepotan. Apakah akibat salah dalam memahami dan salah dalam menyikapi PMK tersebut? Sebab bila dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya yang masih berada dalam provinsi Sumatera Barat, dimana seperti tak seriuh yang terjadi di Kabupaten Limapuluh Kota. Ada apa? Bahkan, Limapuluh Kota berpotensi terancam mengalami kevakuman pelayanan selepas beberapa bulan ke depan, ujar Khairul Apit. 

Khairul Apit menyampaikan kekhawatiranya, mungkin akan lebih banyak lagi muncul masalah baru yang tak terduga bila mana carut marut ini tak kita selesaikan dengan cara bersama. Termasuk 14 tuntutan mahasiswa yang kemarin berorasi di halaman kantor bupati yang memberikan deadline 3 bulan kedepan. 

Baca Juga: Curah Hujan Ekstrim, Ini Teknologi Adaptasi Yang Bisa Dilakukan Petani

Bilamana tak ada progres dari Pemerintah Daerah, mereka akan kembali dalam jumlah yang jauh lebih besar, bahkan mungkin mereka juga akan mampir ke DPRD Limapuluh kota dengan menyisipkan misi-misi tertentu, ulas Khairul Apit. 

Menyikapi berbagai polemik yang muncul belakangan ini, bahkan mengancam akan menguras energi daerah sehingga sangat

memungkinkan terjadinya kemunduran dalam berbagai hal, maka Fraksi Partai Gerindra menyarankan kepada Bupati agar dapat membangun komunikasi yang komprehensif dengan semua pihak termasuk dengan media cetak dan elektronik.