Wahyudi Thamrin

Pemuda Minang dan Idealisme



Oleh: Ismail Putra, S.E.
Founders Komunitas Hijau


Karantau bujang dahulu,

Dirumah paguno balun..

Sayang anak Balocuk-locuk i,

Sayang kampuang batinggo-tinggoan..

Itulah penggalan pepatah/pantun di Ranah Minang yang menjadi alasan bagi sebahagian besar pemuda Minang pergi merantau meninggalkan kampung dan keluarga.

Sepakan sudah pulang ke kampung, hilir mudik, datang ke surau, singgah ke lapau(warung), duduk berkumpul cengkrama dengan teman semasa kecil sebuah kerinduan serta kebahagian yang tak ternilai, sungguh senang batin merasakannya. dan sudah waktunya balik lagi ke tanah perantauan melanjutkan perjalanan yg semakin hari semakin menyenangkan.

Tak jarang, kadang di tanah rantau tak selalu seindah apa yang di bayangkan, tak jarang makanan pokok Indomie direndam air panas saja sudah biasa, tak mengapa "manggaleh" di pinggir jalan suatu tradisi perantau Minang, jauh dari gengsi dan bisa berbaur dengan siapa saja, tak pandang Suku, Agama, apalagi warna kulit. tapi ilmu harus dicari.

Ada bahasa yang menarik dan menggelitik hati kita "bahwa orang Minang lebih maju dari pada orang China" karena di mana ada ruko orang China di kota, pasti ada orang Padang/Minang "manggaleh" didepannya. Bukti orang Padang lebih "maju" dari orang cina. seperti itulah Jiwa muda itu bertarung melawan kehidupan, tak jarang hujan panas, diusir karena berjualan di depan ruko orang dan dipinggir jalan.

Jarang sekali bagi pemuda minang untuk menangis, mengeluh, meminta apalagi mengadukan nasib ke kampung halaman. Berpantang bagi pemuda Minang cuma menghabiskan "nasi diperiuk", gagal di satu tempat hijrah ke tempatlah lain, pantang untuk berbalik pulang.

Semakin jauh dan banyak tanah Rantau di pijak, semakin banyak kenal orang, semakin banyak pengalaman dan insyaAllah akan semakin besar peluang membuka pintu rezeky, begitulah nasihat orang tua.

Pemuda Minang haus akan pendidikan, banyak perantau yang mampu mengejar pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi tanpa diketahui keluarga harus berjuang dengan suka dan dukanya.

Anak muda Minang sejatinya memang pejuang, teguh berpendirian, pantang di remehkan atau di ukur dengan materi, harga diri tak boleh tergadaikan apalagi di ukur sama uang, begitulah pemuda Minang. Patut dibanggakan.

Namun begitu pemuda Minang sangat bangga akan kampung halamannya, apapun pasti dia perbuat untuk membangun kampung yang dicintanya. Karna sudah tertanam dalam jiwa anak Minang, sejauah-jauah marantau, Pulangnyo ka kampuang jua..

Untuk kita pemuda Minang ingat pesan datuk Tan Malaka "Idealisme adalah Kemewahan terakhir yang hanya dimiliki Pemuda". Jangan gadaikan itu!.