Wahyudi Thamrin

Rita Yulia Motivasi Keluarga Dan Pasien Gagal Ginjal Kronis

Payakumbuh,SalingkaLuak.Com,- Suasana sejuk terasa dalam gedung serba guna Rawang, Payakumbuh Utara. Puluhan orang khidmat mendengarkan untaian kalimat tentang mengenal diri sendiri, dari Rita Yulia, S.Ag, M.Pd.

Diluar cuaca mendung masih menyelimuti Kota Payakumbuh, rintik kecil pun mulai berjatuhan dari langit. Hawa sejuk terasa benar di kulit. Nyaman dan tenang. Pagi, Minggu (5/3/2023).

Sang motivator itu, membuat hadirin berlinang air mata, kata-katanya menyentuh hati. Ia melakukan pendekatan spritual. Membangkitkan motivasi diri, agar semangat menjalani hidup. Karena kehidupan sudah diatur oleh yang maha kuasa.

Baca Juga: KORMI Tanah datar Gelar Festival Cak Bur

Rita Yulia sengaja didatangkan oleh unit Hemodialisa RSUD dr Adnaan WD untuk menyampaikan materi tentang motivasi diri dihadapan puluhan pasien dan keluarga dalam rangka peringatan hari ginjal sedunia.

"Seminar tentang motivasi diri, sengaja kita selenggarakan, melibatkan pasien dan keluarganya. Bertujuan untuk membangkitkan semangat diri pasien, dalam menjalani pengobatan," kata Ns.Gemmelia, S.Kep, selaku ketua pelaksana.

Gemmelia saat ini menjabat kepala unit hemodialisa di RSUD dr Adnaan WD menambahkan, "sebanyak 65 orang pasien rutin cuci darah, didampingi satu orang keluarga, sekaligus petugas kita undang menghadiri kegiatan ini," tambahnya.

Disela-sela kegiatan, Gemmelia menceritakan bahwa, "pasien yang menjalani cuci darah merasa dirinya tidak berarti lagi, seakan mati segera. Mereka  menarik diri. Untuk itu, pendekatan psikologis dan spritual coba kita terapkan," ungkapnya.

Baca Juga: Jerry Massie, Tunda Pemilu Terus Bergulir, Siapa Otaknya?

Ditempat yang sama, media ini berkesempatan mewawancarai Yultriman, alias Man (59). Wali jorong pasar Manggilang, Kecamatan Pangkalan, Limapuluhkota. Istrinya Fatimah, (52) telah menjalani cuci darah selama 5 tahun.

 "Saya dan istri dari Manggilang, sengaja hadir di acara ini," katanya membuka perkenalan.

Pengakuan Man, istrinya telah menjalani cuci darah sejak April, 2018. Sekitar 6 bulan di RSUP dr M Djamil Padang. Dan, sisanya berobat di RSUD dr  Adnaan WD, hingga saat ini. 

"Hampir 5 tahun Saya menemani istri cuci darah di Padang dan di Payakumbuh, " ujarnya.

Selama istri berobat, Man selalu setia mendampingi. "Saya mengantar istri ke RSUD dr Adnaan WD sebanyak dua kali dalam seminggu. Total sembilan kali dalam sebulan. Delapan kali untuk cuci darah, dan satu kali untuk kontrol ke poli," tambahnya.

Kendati telah 5 tahun dijalani, Man tidak terlihat mengeluh. Kesetiaanya mengantar dan menemani istri berobat, dipuji oleh Irfan dan Ikhsan, perawat yang bertugas di unit hemodialisa RSUD dr Adnaan WD. 

"Pak Man jorong sudah bagian dari keluarga kami. Ia selalu setia menemani ibuk," kata Irfan, dianggukan oleh Ikhsan.

Menurut Man, kurang lebih 5 jam dibutuhkan cuci darah. Waktu yang tidak sedikit, membuat ia banyak berinteraksi dengan perawat dan dokter, serta pasien lainnya. Sehingga ia dan istrinya, tidak lagi merasa asing di unit hemodialisa.

Man, paham betul akan kesehatan istrinya. Dirumah ia menjaga Fatimah dengan telaten. Ia mengatakan, "kadang istri Saya marah, dibilang Saya nyinyir. Bahkan di cap sebagai dokter, karena Saya melarang makan sembarangan," imbuhnya.

Suatu ketika istrinya pernah, lemas tak bertenaga. Karena makan pantangan, yakni  makan pisang. Sebab pisang mengandung kalium tinggi yang bisa memperberat kerja ginjal. Selain itu, minuman juga harus terjaga baik. Tidak boleh lebih atau kurang.

Man, tak sungkan menelpon Gemmelia, atau dr. Dila, serta petugas lainnya. Manakala di rumah ia menemui kendala. Terkadang, istri tak mau mendengarkan sarannya, maka ia minta petugas Hemodialisa yang memberi saran lewat telepon. 

Kisah Man, secuil dari kisah yang lainnya. Banyak cerita suka duka pasien cuci darah. Sebagaimana diceritakan dr. Elsa Sri Fadila, selaku dokter jaga selalu setia mengawasi pasien cuci darah. Juga sedang ada di acara seminar.

"Terkadang kita juga belajar kepada pasien arti kesetiaan. Banyak pasangan suami istri, memberikan contoh baik selama menjalani pengobatan dan merawat pasangannya. Ia selalu setia, sabar, dan semangat mendampingi pasangannya," kata dr.Dila.

Dokter Dila pun menceritakan pengalamannya, seorang pasien lelaki, masih muda, tapi penuh semangat mengarungi kehidupan kendati didiagnosa gagal ginjal kronis. Pasiennya itu tetap produktif, sebagai penyiar radio, juga penulis buku novel. Namun media ini, tidak berkesempatan bertemu. Karena pasien dimaksud berhalangan hadir.

Dokter Dila menambahkan, " pasien Saya itu memiliki sikap luar biasa. Ia pernah mengucapkan sebuah kalimat, yang juga membuat Saya terkesan.Yakni, semua yang kita miliki adalah titipan Allah, termasuk ginjal ini. Ketika Allah berkehendak mengambil titipannya. Maka kita harus ikhlas. Alangkah bersyukurnya kita. Saat Allah mengambil titipannya perlahan-lahan, dibanding dengan orang yang Allah ambil titipannya mendadak. Kita masih ada kesempatan bertobat, memperbaiki diri, mendekat kepada Allah,"  kira-kira demikian kalimatnya ditirukan dr.Dila.

Semangat itu pulalah yang ingin ditularkan kepada pasien lainnya melalui kegiatan seminar yang digagas oleh unit Hemodialisa dibawah tanggung jawab dr.Erza, Sp.PD. Jelas tujuannya melakukan pendekatan psikologis maupun spritual kepada pasien dan keluarga. Dengan harapan semangat terbangun menjalani kehidupan baru. 

Diakhir seminar, M.Husin, (56) purnawirawan TNI, mewakili pasien dan keluarga yang hadir, menyampaikan rasa terima kasihnya di atas podium. "Saya kira, petugas medis dulu lah yang masuk surga. Kenapa demikian, dengan setia perawat dan dokter mendampingi kita. Entah dia sudah sarapan atau belum, tapi mereka setia memberi pelayanan pada kita, mendampingi kita pasiennya. Untuk itu, Saya ucapkan terima kasih tak terhingga kepada mereka," ucapnya. (Anton Wijaya)