Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
Meningkatnya peternakan burung walet memberikan dampak negatif yaitu banyak kotoran burung walet dan masyarakat sekitar tidak memanfaatkannya, melainkan dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah. Padahal limbah kotorannya tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanaman atau yang dikenal dengan istilah guano, yaitu: pupuk organik yang berasal dari kotoran burung walet.
Berdasarkan sejarahnya, Guano pertama kali dikenal di Peru sekitar tahun 1850-1880, kata Guano berasal dari bahasa Spanyol ‘wanu’ yang artinya kotoran (faces dan urine) dari jenis burung laut (walet), kelelawar, dan anjing laut. Sekarang, produk guano lebih didominasi dari kotoran burung laut (walet) dan kelelawar saja. Kelelawar dan burung laut (walet) memakan serangga atau biji-bijian. Proses pengeluaran kotoran/faces dan urine dari hewan tersebut di sekitar sarangnya, kemudian kotoran tersebut dimakan kembali oleh kumbang atau mikroba lainnya hingga terbentuk pupuk guano organik.
Kotoran burung walet sudah terbukti dalam bidang pertanian sebagai pupuk alami yang sangat efektif untuk berbagai macam tanaman. Kotoran burung walet tersebut mengandung unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang. Kotoran walet juga mengandung berbagai mikroorganisme biotik dan bakteri yang dapat bertindak sebagai fungisida dan anti bakteri alami hingga 40% karena memiliki daya kapasitas tukar kation yang cukup tinggi, maka kotoran burung walet sangat efektif untuk memperbaiki dan memperkaya struktur tanah apabila digunakan sebagai pupuk. Selain itu, guano juga mengandung semua mineral makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hasil penelitian mengatakan bahwa kotoran burung walet mengandung C-Organik 50.46%, N/total 11.24%, dan C/N rasio 4.49 dengan pH 7.97, Fosfor 1.59%, Kalium 2.17%, Kalsium 0.30%, Magnesium 0.01%. Kandungan yang dimiliki oleh kotoran walet tersebut mampu menambah unsur hara dalam tanah dan memenuhi nutrisi bagi tanaman. Penggunaan pupuk guano pada setiap peningkatan taraf pupuk P secara nyata mampu meningkatkan kandungan P-tersedia tanah. Selain itu, Guano yang berada lama dalam jaringan tanah dapat meningkatkan produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih lama dibandingkan pada pupuk kimia buatan.
Proses Pembuatan Guano (Pupuk dari Kotoran Burung Walet)
Pupuk dari limbah kotoran burung walet atau dikenal dengan istilah Guano ini bisa dalam bentuk padat (kompos) maupun bentuk cair (pupuk organik cair). Untuk mendapatkan manfaatnya sebagai pupuk organik, kotoran walet harus diproses menjadi bokashi terlebih dahulu. Proses tersebut dapat berlangsung relatif lama yaitu sekitar 2-3 bulan. Untuk mengatasi lamanya proses pengomposan, maka proses tersebut perlu dipercepat dengan menggunakan dekomposer. Dekomposer yang digunakan adalah Effective Microorganisme 4 (EM4), yang merupakan kultur mikroba yang terdiri dari campuran bakteri fibrolitik pengurai bahan sintetis, senyawa kompleks dan pencuci pestisida. Fermentasi dengan EM4 hanya memerlukan waktu 4-7 hari untuk merombak limbah organik menjadi pupuk organik.
Adapun proses pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan kotoran burung walet (Guano) adalah sebagai berikut :
a) Dimulai dengan mengumpulkan kotorannya terlebih dahulu di dalam ember kecil, kemudian memasukkannya ke dalam ember besar yang sudah terisi air bersih, diaduk bahan hingga tercampur rata.
b) Kemudian diambil serat-serat yang tampak saat pengadukan, serat ini biasanya berasal dari sisa sarangnya, aduk-aduk terus larutan hingga muncul buih dan kotoran semakin larut dalam air dan tidak ada lagi bahan yang mengapung.
c) Jika larutan sudah tidak berbau dan ketika di pegang terasa licin, maka itu tandanya pupuk cair dari kotoran burung walet hampir siap dipakai.
d) Kemudian membuat larutan cairan molase dengan menambahkan gula pasir ke dalam akuades dengan perbandingan 1:1 (1 kg gula pasir dan 1 liter akuades). Cairan molase berfungsi sebagai sumber energi/nutrisi bagi bakteri.
e) Kemudian campurkan dengan perbandingan 1 L EM4 + 1 L molase + 50 L air kemudian di campur rata dengan 20 kg bahan pupuk cair
f) Semua bahan dimasukkan ke dalam botol/jerigen diaduk rata dan ditutup rapat kemudian difermentasikan. Pupuk organik yang telah matang memiliki bau yang khas, yaitu bau asam atau bau harum fermentasi.
g) Kemudian setelah ± 14 hari, pupuk organik cair tersebut diambil. Kemudian saring menggunakan kain atau saringan, dan siap diaplikasikan.
Contoh Aplikasi Pupuk Guano Pada Tanaman Yang Telah Terbukti
Beberapa hasil penelitian tentang aplikasi Guano (pupuk dari kotoran burung walet) sebagai berikut :
1) Masrohim (2019), penggunaan pupuk guano berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanman 8 MST, produksi persampel (gram) setelah panen, produksi perplot (gram) setelah panen dan berat 100 biji kering (gram) setelah panen pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.).
2) Kasmawati et al. (2022), pemberian kompos kotoran kelelawar (guano) dan NPK Mg meningkatkan semua parameter. Pemberian Kompos kotoran kelelawar (guano) dan NPK Mg memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit varietas Dumpy di Main nursery. Dosis terbaik terdapat pada pemberian 1500 g guano dan 60 g NPK Mg/polybag.
3) Made et al. (2023), pemberian pupuk guano sebagai pupuk dasar dengan dosis pupuk guano sebesar 15 ton/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai hingga 30.22%.
4) Sari et al. (2022), pemberian POC guano berpengaruh nyata terhadap panjang akar, bobot brangkasan basah, dan bobot brangkasan kering tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Bobot terberat diperoleh pada pemberian pupuk organik cair Guano 4 ml/l air.
Sahabat pembaca tercinta, demikianlah edisi berbagi ilmu tentang “apakah guano bisa jadi pupuk”? Semoga bisa menambah ilmu pengetahuan sahabat semua. Salam Pertanian. #SPS#Dosen PertanianOrganik#CalonProfMudaAmin.
Daftar Pustaka
Kasmawati, Zulfadly S, Auzar S. 2022. Aplikasi kompos kotoran kelelawar (guano) dan NPK Mg terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main nursery pada ultisol. Jurnal Agrohita. 7 (2). 416-423
Made U., Syamsiar, Astuti, R.P. 2023. Pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) pada pemberian berbagai dosis pupuk guano dan konsentrasi POC.
Masrohim, A. 2019. Respon pemberian pupuk Guano dan POC eceng gon11 (3). dok terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi. 1 (1). 58 hal.
Sari, I., Santoso, B.B., Yakop, U.M, dan Rahayu S. 2022. Pengaruh pemberian pupuk organik cair guano dan zat pengatur tumbuh “hantu” terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) asal biji (True shallot seed). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek. 1 (3): 257-266. https://doi.org/10.29303/jima.v1i3.1728.