Pada satu sisi,
el nino mampu memberikan manfaat langsung bagi nelayan-nelayan yang ada
disepanjang pesisir Indonesia, namun, berdasarkan kebanyakan fakta menunjukan
bahwa el nino memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
El nino akan menyebabkan kemarau panjang, hal ini tentunya akan mengganggu
berbagai sector. Salah satunya pada sector pertanian yang akan mengganggu
segala bentuk aktivitas budidaya yang dapat mempengaruhi produksi tanaman yang
diusahakan.
Terkait hal tersebut, seperti yang dilansir pada situs resmi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan kementerian Pertanian Indonesia tahun 2023, Berlangsungnya El nino beberapa pekan kedepan akan berpotensi mengganggu musim tanam dan mengubah pola cuaca yang biasanya terjadi. Perubahan ini dapat menyebabkan penundaan dalam penanaman tanaman, penurunan luas tanam, atau bahkan kegagalan panen. Untuk kondisi ini perlunya petani menyesuaikan jadwal tanam tanaman yang akan diusahakan terkait perubahan cuaca yang terjadi.
Disamping itu, tanaman
yang diusahakan juga berpotensi diserang oleh hama dan penyakit tertentu.
Adanya perubahan kondisi cuaca dapat menciptakan lingkungan yang lebih
menguntungkan bagi beberapa penyakit dan hama sehingga menyebabkan penyebaran
yang lebih cepat dan lebih luas yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil
panen yang diperoleh. Selanjutnya juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas kualitas tanaman dan tentunya akan mempengaruhi ketidakstabilan
produksi dan harga dipasaran.
Untuk itu, salah satu satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi atau menghadapi kondisi el nini adalah dengan memperkuat cadangan makanan pokok terutama beras karena kita Indonesia makanan pokonya notabene adalah beras atau nasi. Meskipun El nino mempengaruhi cuaca, musim tanam dan ketersedian air, kita masih bisa melakukan budidaya dalam memenuhi kebutuhan meskipun tidak dalam skala yang luas.
Bisa saja kita melakukan usaha bercocok tanam hanya memamnfaatkan pekarangan rumah. Seperti halnya bertanam padi dalam pot. Langkah ini dinilai cukup efektif untuk skala rumah tangga karena biaya dan pengerjaannya cukup praktis dibandingkan dengan budidaya normalnya. Untuk bertanam padi dalam pot bisa menggunakan metode SRI mengingat pada sistem ini kebutuhan air yang digunakan relative sedikit sehingga sangat relevan dengan kondisi El nino.
Selain
itu, berdasarkan hasil pengabdian kepada masyarakat dosen fakultas pertanian
Universitas Andalas 2020, Nalwida Rozen, Obel, Nugraha Ramadhan, Aswaldi anwar
dan Rachmad hersi menunjukkan hasil bahwa budidaya padi didalam pot diberikan
hasil yang cukup bagus, dalam satu pot/ember dapat menghasilkan 80-100 anakan.
Rata-rata satu pot/ember dapat menghasilkan 80 g gabah kering panen atau hasil
ini setara dengan 5 kg beras.
Adanya inovasi ini diharapkan setiap keluarga mampu menekan kekurangan pangan selama menghadapi EL nino yang tentunya kondisi tersebut dapat meminimalisir kemungkinan – kemungkinan yang terjadi jika dilakukan pada budidaya yang normal. Jika kita tidak mempersiapkan kebutuhan pangan ini tentunya akan mengalami paceklik pangan.
Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, ada 50-60% peluang terjadinya El
Nino di Indonesia pada fase kedua tahun 2023 ini yang puncaknya diyakini berlangsung pada bulan Agustus.
Untuk itu, masyakat harus bisa melakukan berbagai cara agar dapat bertahan
dalam kondisi El Nino yang pastinya akan sangat memepngaruhi terjadinya gagal
panen. Jika gagal panen, maka akan membuat kurangnya stok beras yang menyeluruh
diberbagai daerah sehingga akan berujung pada meningkatnya harga dan berbagai
persoalan lain akan bermunculan yang akan mengganggu kestabilan berbagai faktor
kehidupan.