Dalam upaya meningkatkan kesehatan dan imunitas anak di tengah pandemi, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) menjadi agenda krusial yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Program ini tidak hanya membantu mencegah berbagai penyakit menular, tetapi juga membentuk kekebalan kelompok yang kuat di kalangan anak-anak sekolah.
BIAS adalah program nasional yang
dilaksanakan dua kali setahun, yaitu pada bulan Agustus dan November. Pada
bulan Agustus, imunisasi yang diberikan meliputi Campak, Rubela, dan Human
Papiloma Virus (HPV). Sedangkan pada bulan November, fokusnya adalah imunisasi
Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Difteri (Td).
Menurut data Kementerian Kesehatan,
cakupan BIAS pada tahun 2022 telah mencapai 90 persen. Meski begitu, masih ada
tantangan dalam meningkatkan capaian imunisasi Tetanus Difteri lanjutan yang
masih di bawah 90 persen. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah pusat,
daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama sangat dibutuhkan.
Imunisasi untuk
anak-anak sekolah penting untuk melindungi mereka dari berbagai penyakit dan
mencegah penyebaran penyakit ini ke orang lain. Vaksin biasanya diberikan
secara intramuskular, oral, atau intranasal, dan mereka membantu mengembangkan
kekebalan dengan meniru infeksi tanpa menyebabkan penyakit. Individu yang
divaksinasi cenderung tidak tertular penyakit, mengurangi kemungkinan orang
lain jatuh sakit juga (Stutzman LPN, 2019).
Penelitian telah
menunjukkan bahwa imunisasi dua dosis rutin untuk varicella dapat mengurangi
keparahan penyakit, meskipun efektivitas vaksin di lingkungan sekolah
pembibitan mungkin rendah (Sakaue et al., 2021). Kebijakan imunisasi yang lebih
ketat memiliki efek positif pada tingkat pendaftaran keseluruhan untuk anak-anak
usia sekolah, terutama di sekolah umum (Zier & Bradford, 2020).
Pemberian vaksin
berbasis sekolah telah berhasil mencegah morbiditas dan mortalitas di antara
anak-anak usia sekolah, remaja, dan orang dewasa di negara berpenghasilan
rendah dan menengah(LaMontagne et al., 2018). Undang-undang imunisasi sekolah
wajib telah berperan dalam mencapai cakupan vaksin tingkat tinggi dan
mempertahankan kekebalan kawanan, berkontribusi pada penurunan kejadian
penyakit. Individu yang divaksinasi cenderung tidak tertular dan menyebarkan
penyakit, yang membantu melindungi mereka yang tidak dapat divaksinasi, seperti
bayi dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah (Rutherford & Schechter, 2017).
Dalam menghadapi
tantangan kesehatan global ini, kita semua memiliki peran. Mari kita lakukan
bagian kita dengan menjaga kesehatan anak-anak kita dan mendorong orang lain
untuk melakukan hal yang sama. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bukan hanya
tentang memberikan vaksin, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang lebih sehat
dan kuat untuk masa depan.
Daftar Pustaka
LaMontagne, D. S., Cernuschi, T., Yakubu, A.,
Bloem, P., Watson-Jones, D., & Kim, J. J. (2018). School-Based Delivery
of Vaccines to 5-to 19-Year Olds.
Rutherford, G. W., & Schechter, R. (2017). The Vaccine Wars: What
Can Be Learned from California’s Experiences with Mandatory Immunisation of
School Children? Socijalna Ekologija: Časopis Za Ekološku Misao i
Sociologijska Istraživanja Okoline, 26(1–2), 23–35.
Sakaue, T., Sugawara, T., Sugisita, Y., Kurita, J., Nohara, M., &
Ohkusa, Y. (2021). Varicella outbreak at a nursery school under routine
immunization. MedRxiv, 2021–05.
Stutzman LPN, C. D. (2019). The Importance of Immunizations in
School-Aged Children.
Zier, E. R., & Bradford, W. D. (2020). To attend or not to attend?
The effect of school-immunization exemption policies on enrollment rates for
prekindergarten, kindergarten and elementary aged youth. Vaccine, 38(11),
2578–2584.