Payakumbuh,-Munculnya TikTok Shop di Indonesia membuat ramainya produk impor dijual dengan harga murah dan menganggu penjualan produk dari UMKM Tanah Air. Beberapa waktu lalu, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki tak setuju platform asal China, TikTok menjalankan bisnis media sosial dan e-commerce secara bersamaan. Bahkan situasi ini sampai membuka wacana ditutupnya TikTok Shop di Indonesia karena ramainya produk impor yang dijual murah.
Kota Payakumbuh dan kabupaten Lima puluh kota punya beragam produk UMKM yang potensial untuk berkembang. Seperti rendang, keripik, tenun, songket, batik gambir, dan beragam produk makanan dan cendera mata lainnya. Sementara perubahan pola perdagangan hari ini di mana media sosial seperti tiktok live mengambil alih perdagangan langsung (direct selling). Pasar, toko-toko menjadi sepi dari pengunjung.
Menanggapi kondisi itu salah satu wirausahawan muda asal Payakumbuh yang memiliki usaha tekstil di Tanah Abang, Yogi Nofrizal, mengungkapkan bahwa pada satu sisi Tiktok telah memberikan dampak positif untuk masyarakat berjualan online. Tetapi di balik itu, dampak negatifnya, produk impor bisa masuk dengan mudah dan harga murah.
“Ekosistem jualannya kan di Indonesia. Seharusnya Tiktok memberikan ruang untuk produk UMKM lokal berkembang. Dengan produk impor dijual murah, sama saja Indonesia hanya jadi pasarnya saja. Tetapi produknya impor. Hal itu akan membuat produk lokal dari industri UMKM akan terjepit" ungkap Yogi Nofrizal ketika dihubungi (26/9/2023).
Yogi Nofrizal menjelaskan bahwa para pelaku UMKM haus siap dengan persaingan di martketplace (online), karena sangat mudah terjadi persaingan harga yang tidak sehat. Sebelum masuk ke dunia online para pelaku UMKM harus diberikan pembekalan dulu dengan pengetahuan terkait cara berjualan online yang baik dan benar, karena jika tidak seperti itu mereka akan terpaksa melalukan secara otodidak sehingga hasil yang diinginkan tidak maksimal. Sehingga kesannya hanya sekedar ikut dan tidak memberi dampak signifikan terhadap produk dan ekonomi para pelaku UMKM.
“Pembekalan pengetahuan ini harusnya dilakukan para pemangku kebijakan di daerah. Ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan pebisnis yang telah berpengalaman dan berhasil. Kemudian pelaku UMKM, juga harus bisa menggandeng praktisi serta pimpinan media sosial dan marketplace yang terkait. Karena tanpa melakukan itu, kita tahu bahwa di pasar online ada algoritma yang bekerja diatur oleh mereka, kalau pelaku UMKM tidak mengerti ini akan sulit untuk bisa maksimal pemasaran produknya,” terang Yogi yang usahanya juga dipasarkan melalui media sosial.
Namun Yogi juga mengingatkan bahwa, membiarkan pelaku UMKM masuk ke pasar bebas di marketplae tanpa ada regulasi yang melindungi mereka juga berisiko. Pemodal besar dalam rantai pasar akan menyingkirkan pengusaha kecil. Secara umum pemerintah daerah harus bertangguh jawab penuh menjaganya, baik dengan cara membuat kebijakan bagaimana sebuah produk UMKM tidak mudah ditiru oleh daerah lain, serta menjaga standar produk daerah untuk bisa bersaing dan dikenal dinasional. Terakhir bagi kita masyarakat harus bangga dan ikut membantu mempromosikan produk UMKM.
"Perubahan itu memang tidak bisa dihindari, tetapi jika itu semua terjadi tanpa didukung oleh regulasi maka perebutan pasarnya bakal merugikan UMKM lokal. Pemerintah harus berpihak dengan regulasi agar UMKM-UMKM lokal selamat.” tutup Yogi Nofrizal, yang saat ini menjadi calon anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, dari Partai Golkar, nomor urut 3. (*)