Padang,- Tuberkulosis, yang juga dikenal sebagai TB, adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi ancaman serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru. Kesembuhan dari TB sangat bergantung pada kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Pada tanggal 26 Oktober 2023, sebuah penyuluhan kesehatan digelar di Ruang Rawat Inap Penyakit Paru RS M Djamil untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kepatuhan dalam pengobatan TB.
Acara ini dimulai pada pukul 11.30 WIB dan dihadiri oleh 10 orang keluarga pasien yang sangat antusias dan aktif dalam mengikuti acara. Meski mengalami keterlambatan 30 menit dari jadwal yang direncanakan, acara tetap berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Dosen pembimbing, Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep, turut serta dalam acara ini untuk memastikan penyampaian informasi yang akurat dan bermanfaat. Acara dibuka oleh moderator Febria Nurul Aini, S.Kep, yang berhasil membangun interaksi antara pelaksana dan peserta. Suasana yang hangat dan interaktif menjadikan acara ini tidak hanya sebagai sarana edukasi, tetapi juga sebagai wadah diskusi.
Penyuluhan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Rere Jessica, S.Kep. Materi yang disampaikan mencakup pengertian TB Paru, penyebab, tanda dan gejala, faktor risiko, konsep kepatuhan minum obat, akibat dari minum obat secara tidak teratur, efek samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT), dan cara penggunaan masker. Meskipun ada sedikit gangguan suara dari pekerjaan renovasi di sekitar lokasi, penyaji tetap dapat menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dimengerti.
Setelah penyampaian materi, sesi tanya jawab dibuka untuk menjawab kegundahan para peserta. Tiga pertanyaan diajukan oleh peserta mengenai jenis-jenis masker yang bisa digunakan, penyebab seseorang menderita TBC, dan durasi waktu penggunaan masker. CI klinik dan Pembimbing Akademik turut memberikan kata-kata penutup untuk mempertegas maksud dan tujuan penyuluhan. Mereka menekankan pentingnya kepatuhan dalam pengobatan TB untuk mencapai kesembuhan.
Salah satu poin yang sangat ditekankan dalam penyuluhan ini adalah mengenai kepatuhan minum obat. Secara umum, kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana rejimen dosis yang diresepkan untuk diikuti oleh pasien, yang terdiri dari jumlah hari dalam pengobatan dan mencakup jumlah hari yang ditentukan serta jumlah dosis yang diambil. Kepatuhan minum obat adalah suatu aktivitas yang teratur dari penderita TB Paru dalam mengkonsumsi obat dengan tujuan sembuh untuk menghentikan rantai penularan. Ini merupakan konsumsi obat yang sesuai resep oleh dokter dengan waktu dan penggunaan dosis yang tepat untuk pengobatan yang efektif. Hal ini berpengaruh akan kesembuhan pasien apabila penderita patuh akan pengobatan yang teratur dengan terapi keperawatan yang spesifik dan edukasi kesehatan yang berpengaruh dalam cara berpikir sehingga penderita patuh minum obat.
Cara minum obat juga dijelaskan secara detail dalam penyuluhan. Obat TB harus diminum secara teratur sampai pasien dinyatakan sembuh. Lama pengobatan biasanya berlangsung 6-8 bulan. Selama 2 tahun pertama, obat sekaligus diminum setiap hari. Pada 4 bulan berikutnya, obat diminum seminggu 3 kali. Obat boleh diminum satu persatu, dan harus habis dalam waktu 2 jam. Sebaiknya obat diminum sebelum makan pagi atau sebelum tidur.
Akibat dari minum obat secara tidak teratur juga disampaikan sebagai peringatan. Penyakit ini akan lebih sukar untuk diobati dan ada kemungkinan akan kebal terhadap obat TBC. Kuman TBC dalam tubuh akan tumbuh dan berkembang biak lebih banyak. Hal ini juga menghabiskan biaya lebih besar, karena diperkirakan obat yang lebih ampuh dan lebih banyak jenisnya diperlukan. Selain itu, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Efek samping dari Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) juga menjadi perhatian serius. Permasalahan yang muncul
akibat efek samping penggunaan OAT merupakan permasalahan yang sangat serius
yang menjadi morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh tuberculosis. Efek
samping ini bisa berupa penumpukan zat-zat berbahaya di dalam hepar. Hal ini
memicu munculnya dilema untuk pengobatan TB dan pemberantasan bakteri TB,
karena mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan. Penghentian pengobatan
karena efek samping dapat menyebabkan resistensi obat terhadap bakteri dan
menambah beban penyakit serta beban pasien itu sendiri.
Salah satu tingkat keberhasilan pengobatan TBC adalah keberadaan penderita dalam minum obat. Kebanyakan penderita tidak patuh dalam pengobatan disebabkan efek samping yang timbul, penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama, dan juga kurang kesadaran akan penyakit. Pemantauan efek samping dan edukasi kepada pasien mengenai informasi tentang efek samping yang timbul setelah mengkonsumsi OAT perlu dilakukan demi keberhasilan pengobatan. Efek samping yang berat mengakibatkan pasien putus obat dan akan berdampak pada tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan.
Di akhir acara, peserta tampak puas dan merasa mendapatkan pengetahuan baru yang bermanfaat. Pesan yang paling menonjol dalam acara ini adalah bahwa kepatuhan dalam pengobatan TBC sangatlah penting untuk mencapai kesembuhan. Kepatuhan dalam minum obat, memahami efek samping, dan melakukan tindakan preventif adalah langkah-langkah yang harus diambil oleh penderita TB dan keluarganya. Kita semua perlu mendukung pasien TBC untuk tetap patuh dalam pengobatan dan memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarga, masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
Penulis: Boby Febri Krisdianto