Penulis: Obel SP.MP
Dosen Prodi Agroteknologi Fak Pertanian Unand
Generasi Z atau sebagai gen Z (lahir antara
1996-2012) memiliki kecendrungan untuk mempunyai mental yang lemah. Terdapat
banyak orang, khususnya generasi-generasi sebelumnya yang memberi cap mental
sensitive. Cap ini terjadi lantaran perhatian dan kesadaran soal kesehatan
mental di masa lalu belum seperti sekarang. Saat ini, Gen Z dianggap lebih
sadar soal kesehatan mental sehingga negatifnya mereka tak jarang menjadikan
kesehatan mental untuk melindungi dirinya. Mental gen Z saat ini memang lebih
rentan depresi. Berbagai tantangan dan persaingan yang jauh lebih berat
dianggap jadi penyebab utama mental Gen Z disebut lemah.
Saat
ini, semakin terbukanya akses social media apalagi dikota-kota besar tidak
hanya di dunia diberbagai Negara, di Indonesia hal demikian sudah dapat kita
rasakan. Kondisi tersebut dapat menjadi salah satu pemicu meningkatnya kesadaran
akan kesehatan mental. Seperti yang kita ketahui bahwa Gen Z memang tumbuh dan dewasa
di era media sosial. Di satu sisi, hal ini memudahkan komunikasi dengan banyak
orang diberbagai lokasi dan mendekatkan yang jauh sekalipun. Namun, di sisi
lain, dampak negatifnya cukup signifikan bagi kesehatan mental mereka.Saking
bergantungnya pada media sosial, Gen Z sering terpaku pada pembaruan konstan di Instagram, Facebook, dan platform lain.
Mereka melihat betapa indahnya kehidupan orang lain melalui postingan foto atau
video. Ini adalah sumber depresi, kecemasan, kebencian diri bagi banyak orang
akhir-akhir ini. Media sosial juga membuat Gen Z mengalami overstimulasi.
Di dunia nyata, mereka telah sibuk dengan pekerjaan, tugas dan PR, tapi fokus
mereka juga terbagi pada media sosial. Hal ini dapat menghabiskan sebagian
besar sumber daya kognitif mereka, tidak menyisakan sedikit pun untuk fokus
pada orang lain dan bahkan diri sendiri.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,
menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami
gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari
15 tahun mengalami depresi. Selain itu berdasarkan Sistem Registrasi Sampel
yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun
sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri, serta
47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak
remaja dan usia produktif. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza Dr.Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah
kesehatan jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang
dengan gangguan jiwa. Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan
gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di
Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa.
Dilansir dari tulisan Dr. Lisa Damour,
seorang psikolog remaja, ada beberapaa hal yang dapat dilakukan perawatan diri
dan menjaga kesehatan mental, diantaranya yaitu .
1.
Menyadari bahwa
cemas itu wajar
Para
psikolog sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang
bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil
tindakan untuk melindungi diri’
2.
Mencari kondisi alternative sebagai pengalihan
ketika
kita berada dalam kondisi yang sangat sulit, akan sangat membantu untuk
mengenali masalah menjadi dua kategori: Hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan
hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Saat ini ada banyak hal yang
jatuh pada kategori kedua, dan itu tidak apa-apa. Tapi satu hal yang bisa
membantu kita untuk menghadapi situasi tersebut adalah dengan mencari
pengalihan untuk kita sendiri. Mengerjakan PR, menonton film kesukaan, atau
membaca novel sebelum tidur dapat menjadi solusi pelampiasan dan menemukan
keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Merancang cara komunikasi yang hangat
Bermedia
social dengan bijak menjadi cara komunikasi yang baik dalam menmukan
teman-teman sefrekuensi. Cara ini akan menuntun kamu untuk dapat mengekplore
kreativitasmu, namun disadari juga, harus bijak yah
4.
Fokus pada diri sendiri
Fokus
pada diri sendiri dan mencari cara untuk memanfaatkan waktu tambahan yang kamu
dapatkan adalah cara yang produktif untuk menjaga kesehatanmu.