Oleh Ns.
Muthmainnah, M.Kep
Dosen
Fakultas Keperawatan Unand
Stunting merupakan suatu kondisi tinggi badan anak lebih pendek
dibanding tinggi badan anak lain pada umurnya (yang seusia). Stunting juga
dapat di definisikan sebagai kondisi gagal tumbuh yang dialami anak balita
(bawah lima tahun) disebabkan kekurangan gizi kronis sehingga tinggi atau
panjang badan anak menjadi lebih pendek dibanding anak seusianya. Menurut
Kementerian Kesehatan Indonesia (2018), balita yang menderita stunting memiliki
kondisi dimana dia dinyatakan memiliki tinggi atau panjang tubuhnya lebih
pendek dibandingkan dengan umurnya dan tidak sesuai dengan standar yang telah
di tetap oleh World Health Organization
(WHO).
Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (2017), seorang balita yang mengalami Stunting adalah balita yang
mengalami masalah pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis, membuat anak
tersebut terlalu pendek untuk usianya. Malnutrisi mempengaruhi anak sejak di
dalam rahim hingga 1.000 hari pertama setelah kelahiran, tetapi kondisi
Stunting baru akan terlihat setelah anak berusia 2 tahun.Stunting merupakan
kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak akibat kekurangan gizi kronis,
membuat mereka lebih pendek dari rata-rata usianya. Masalah kekurangan gizi
kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama,
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan
anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Balita pendek
adalah balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umum bila dibandingkan dengan standar baku WHO.
Ciri-ciri stunting pada anak yaitu: anak sering mengalami
keterlambatan dalam perkembangan seksual, anak usia 8-10 tahun lebih tenang dan
jarang melakukan kontak mata, perawakan pendek, Wajah anak yang mengalami
stunting sering terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Stunting juga dapat
memengaruhi pertumbuhan gigi yang lambat, Performa buruk pada tes perhatian dan
pembelajaran serta daya ingat yang buruk.
Beberapa faktor risiko yang terjadi pada balita yang stunting, adalah berat badan bayi lahir rendah, usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, Ibu dengan paritas (persalinan) banyak cenderung akan memiliki anak yang mengalami stunting. Hal ini disebabkan oleh keluarga yang memiliki banyak anak terutama dengan kondisi ekonomi kurang tidak akan dapat memberikan perhatian dan makanan yang cukup pada seluruh anak-anaknya, asupan gizi tidak tercukupi dan riwayat penyakit infeksi, anemia pada ibu, pertumbuhan janin terhambat, hipertensi serta kesehatan mental ibu dan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.