Oleh: Ns. Muthmainnah, M.Kep
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Pengasuhan dalam tumbuh kembang anak menjadi tanggung jawab utama orang tua. Orang tua adalah garda terdepan dalam memberikan cinta, bimbingan, dan batasan kepada anak-anak. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dapat membentuk nilai-nilai, keterampilan, dan sikap anak yang akan menjadi bekal mereka melangkah ke dunia yang lebih besar di masa depan. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu kata ‘’pola’’ dan kata ‘’asuh’’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga, merawat dan mendidik, membimbing, membantu, melatih dan sebagainya. Kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dan dukungan
Umumnya orang tua dalam mengasuh anak-anaknya tidak memiliki landasan pengetahuan dan tidak terkonsep dengan matang, sehingga pengasuhan yang diberikan semata-mata berupa coba-coba (trial and error) atau hanya meneruskan pola pengasuhan yang telah diterapkan turun-temurun dari generasi sebelumnya. Kesuksesan dan keberhasilan anak di kemudian hari sangat ditentukan oleh pola asuh yang mereka dapatkan dari orang tua mereka. Ketika orang tua mampu menerapkan pola asuh yang sesuai maka anak mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitarnya, sehingga akan berkontribusi untuk keberhasilan anak dalam kehidupannya.
Tujuan pengasuhan adalah untuk mendidik anak agar anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau agar anak diterima oleh masyarakat. Sedangkan fungsi pengasuhan adalah untuk memberikan kelekatan dan kasih sayang antara anak dan orang tuanya atau sebaliknya, adanya penerimaan dan tuntutan dari orang tua dan melihat bagaimana orang tua menerapkan disiplin kepada anak. Gaya atau pola pengasuhan anak adalah pendekatan dan perilaku yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik, membimbing, dan merawat anak-anak mereka. Gaya pengasuhan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kepribadian orang tua, temperamen anak, budaya keluarga, usia, pendidikan orang tua, situasi ekonomi keluarga, serta karir orang tua di luar rumah. Penggunaan gaya pengasuhan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan kepribadian anak.
Salah satu teori terkenal tentang gaya pengasuhan anak dikembangkan oleh Diana Baumrind. Baumrind meneliti pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dan kompetensi sosial pada anak mereka. Ia menciptakan teori gaya pengasuhan dasar yang berbeda berdasarkan dua dimensi: responsivitas (responsiveness) dan tuntutan (demandingness). Adapun pola gaya pengasuhan tersebut adalah pola asuh otoritatif, otoriter, dan permisif. Selanjutnya Maccoby & Martin memperluasnya menjadi empat pola asuh dengan menambahkan pola asuh pembiaran (neglectful).
Pola Asuh Otoriter yaitu pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Pola asuh tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dalam komunikasi bersifat satu arah, dan tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti apa yang dirasakan anaknya. Dalam pola asuh otoriter, anak-anak memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka, namun tetap ada batasan yang harus diikuti. Hal ini membantu anak-anak berkembang menjadi individu yang berpengetahuan, mandiri, dan bertanggung jawab.
Pola asuh otoritatif ini memiliki dimensi keseimbangan antara tuntutan yang tinggi dan responsivitas yang tinggi. Responsivitas tinggi artinya orang tua mendengarkan anak-anak mereka, memahami perasaan mereka, dan memberikan dukungan emosional. Tapi disamping itu orang tua juga memiliki aturan yang jelas, tetapi juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan mereka.
Pola Asuh Permisif yaitu pola asuh yang memberikan pengawasan yang sangat longgar. Keluarga cenderung tidak menegur atau memperingati anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Namun pada tipe ini biasanya orang tua bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh pengabaian, umumnya orang tua memberikan waktu dan perhatian yang sangat minim kepada anak-anaknya. Waktu yang dimiliki orang tua atau keluarga banyak yang digunakan untuk kepentingan mereka sendiri.
Dari keempat jenis pola asuh yang telah dibahas di atas, pola asuh otoritatif diakui sebagai pendekatan yang dianggap paling ideal dalam pengasuhan anak dibandingkan dengan pola asuh lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya keseimbanganan antara tingginya permintaan orang tua yang dibarengi dengan tingginya respon yang diberikan orang tua terhadap anak. Dalam pola asuh ini, orang tua menjalankan peran yang kritis dalam membimbing, mendukung, dan membentuk perilaku anak. Dengan kata lain, mereka menjalankan peran otoritatif dalam keluarga