Dari Gulma Menjadi Berkah


Thitonia dikenal sebagai gulma invasif yang memiliki kemampuan tumbuh yang sangat cepat. Thitonia memiliki nama yang beragam seperti kipait, bunga bulan atau paitan, yang merupakan sejenis tumbuhan liar yang berbentuk perdu dan memiliki bunga seperti bunga matahari yg kelopaknya berwarna kuning dan inti bunga berwarna jingga. 

Bunga ini disebut juga Mexican sunflower atau bunga matahari Meksiko karena berasal dari Meksiko dan menyebar ke negara-negara tropika basah dan subtropika di Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Tithonia termasuk kedalam famili Asteraceae yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yg marginal atau kurang subur, sering ditemui di semak-semak, di pinggir jalan,l ereng-lereng tebing atau sebagai gulma di sekitar lahan pertanian. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang cukup luas, berkisar antara 2 – 1.000 m di atas permukaan laut.

Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pupuk kompos yang dapat mengantikan sebagain unsur dari pupuk anorganik dan mampu menyediakan ketersedian unsur hara tersebut bagi tanaman, penyubur tanah karena berdasarkan hasil penelitian bahwa  tithonia mengandung unsur nitrogen sebesar 4%, P atau fosfor sebesar 4.1% dan kalium atau K sebesar 0.59% sehingga dapat menggantikan pemakain pupuk NPK sebesar 25-50 persen. Dengan demikian, penggunaan tithonia akan menguntungkan petani karena jika dilihat dari segi mendapatkannya yang cukup mudah namun manfaatnya yang diberikan sangat besar. 

Penggunaan tithonia juga dapat menyuburkan tanah yang pada awalnya merupakan tanah yang tidak layak dipakai untuk membudidayakan tanaman. Penelitian mengungkapkan bahwa Pemberian kompos titonia pada lahan bekas tambang emas mampu meningkatkan sifat kimia tanah, pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 

Dosis terbaik terdapat pada pemberian kompos titonia 40 kg per bedengan. Selain itu, tithonia juga dapat digunakan sebagai penngkal alami untuk hama tanaman tertentu apabila ditanam dipingir dan dekat tanaman budidaya. Disamping itu semua juga dapat sebagai tanaman yang mampu mencegah erosi karena air hujan. Hal ini dikarenakan oleh kuat dan tangguhnya perakaran yang dimiliki oleh tithonia

Pemanfaatan tithonia sebagai kompos karena titonia dapat terdekomposisi dengan cepat atau mudah untuk  melapuk karena kandungan lignin yang rendah pada  titonia. Sepert yang kita ketahui bahan organik dengan kandungan rasio C/N yang rendah dapat mengalami proses dekomposisi yang lebih cepat. 

Rasio C/N yang baik tersebut berada pada kisaran kurang dari 20%. Nah, berdasarkan hasil penelitian bahwa rasio C/N Titonia adalah berkisar antara 7,12 sampai dengan 17,49.

Sumber bahan organic yang menjadi syarat dalam pembuatan kompos adalah harus tersedia dalam jumlah melimpah, murah atau tidak memiliki nilai ekonomi, mudah diambil, memiliki kandungan hara yang cukup, dan tidak menjadi sumber hama dan penyakit bagi tanaman. 

Dari beberpa hasil pene;litian, terbukti bahwa pupuk organik yang bersumber dari tithonia mampu memperbaiki sifat fisik tanah yaitu kerapatan jenis, porositas, stabilitas agregat dan kapasitas tahan air, mampu memperbaiki sifat kimia tanah termasuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah, kandungan N, P, K, Ca dan Mg di dalam tanah.

Tithonia tidak sekedar pupuk hijau biasa. Beberapa laporan menyebutkan bahwa tithonia mampu mengalahkan pupuk hijau dari keluarga legum yang kaya rhizobium bakteri penambat N. Selama ini keluarga legum disebut pupuk hijau terbaik.  

Namun ternyata pada perakaran titonia hidup jutaan cendawan dan bakteri pelarut kalium dan fospat. Sebut saja bakteri kelompok Azotobacter sp dan Azospirillum sp yang dapat melarutkan kalium dan fospat yang umumnya mengendap dalam tanah serta menambat nitrogen dari udara. 

Belakangan terungkap bakteri di zona perakaran titonia juga menghasilkan fitohormon seperti auksin, giberelin, dan sitokinin. Akar tithonia juga terinfeksi cendawan mikoriza yang mampu memperluas zona perakaran. Mikoriza ibarat penambang hara sehingga tanaman efektif dalam menyerap hara.

Pembuatan kompos yang menggunakan sumber bahan dari tithonia dapat dilakukan dengan mencacah halus tithonia lalu menimbangnya sebanyak 90 kg. Cacahan tersebut kemudian dicampur merata dengan dedak padi dengan rasio 3:1. Larutan fermentasi dibuat dengan melarutkan EM-4 dan gula pasir masing-masing sebanyak 50 ml dan 50 g ke dalam tiap 1 liter air aquades. Cacahan Titonia yang telah dicampur dedak kemudian disiram merata dengan larutan fermentasi lalu dimasukkan ke dalam wadah tempat pengomposan berupa drum yang kemudian ditutup rapat. Proses fermentasi anaerob ini dilakukan selama 2 minggu.

Penulis: Obel SP.MP 
Dosen Prodi Agroteknologi Fak Pertanian Unand