Oleh: Dr. Silvia Permata Sari S.P., M.P.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
Kubis (Brasisicae oleraceae) atau kol, kubis adalah salah satu komoditas favorit petani di dataran tinggi yang merupakan tanaman sayur semusim. Kubis masih memiliki genus yang sama dengan brokoli, kembang kol, dan kubis brussel. Namun, sama dengan jenis tanaman budidaya lainnya, budidaya tanaman kubis juga kerap menghadapi berbagai kendala seperti tanaman terserang hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit pada tanaman kubis bisa menurunkan kualitas hasil panen kubis, bahkan pada populasi tinggi hama tersebut dapat menyebabkan petani gagal panen. Karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kubis.
Ada beberapa jenis hama dan penyakit pada tanaman kubis dan setiap jenisnya memiliki cara pengendalian yang berbeda. Berikut ini beberapa jenis hama dan penyakit pada tanaman kubis lengkap dengan cara pengendaliannya:
1. Hama Keong atau Siput Darat (Achatina fulica). Ciri-cirinya: hama siput darat (Achatina fulica) adalah memiliki warna hitam mengkilap, bagian tubuh berlendir dan cangkang yang keras, biasanya bersembunyi di bawah daun, bawang, atau di tanah yang lembab. Gejalanya menyerang daun dan batang, bahkan akan memakan semua bagian tanaman yang banyak mengandung air sehingga mengakibatkan daun bergerigi dan pertumbuhannya terhambat. Adapun cara pengendaliannya bisa alami dengan mengumpulkan keong dan musnahkan (membunuhnya), sedangkan teknik pengendalian secara kimia bisa dilakukan dengan aplikasi pestisida kimia dari golongan Moluskisida (sasarannya siput/keong).
2. Kutu daun Myzus persicae. Ciri-cirinya: berukuran sangat kecil, hidup berkelompok di bawah permukaan daun atau daun pucuk. Kutu daun memiliki 2 bentuk, yaitu bersayap dan tidak bersayap. Gejalanya: menyerang daun hingga menimbulkan gejala daun keriput, berwarna kekuningan, menggulung dan pertumbuhan terhambat. Cara pengendaliannya: rotasi tanaman, sanitasi (membersihkan lahan), tumpang sari, dan terakhir semprot dengan insektisida merek Amect 18 EC, Bionic 400 EC, Calebtin 18 EC, Cyperin 250 EC, atau Cypermax 100 EC.
3. Ulat daun Plutella xylostella. Ciri-cirinya: memiliki ukuran sangat kecil, berkisar 5-10 mm, berwarna hijau. Jika merasa terganggu, hama ulat daun Plutella xylostella tersebut akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benangnya (seperti tergantung). Gejala tanaman yang terserang hama ulat daun ini: daun tanaman sawi menjadi berlubang dan hanya menyisakan bagian urat-urat daunnya saja, sehingga pertumbuhan sawi menjagu terganggu. Umumnya hama ini suka menyerang daun muda dan daun tua. Cara pengendaliannya: terapkan pola tanam tumpang sari, atur jarak tanam, pergiliran tanaman, dan aplikasi insektisida kimia berbahan aktif seperti Abamectin, Alfa-sepermetrin, Asefat, Asetamiprid, dan Bacillus thuringiensis.
4. Ulat tanah (Agrotis ipsilon). Umumnya hama Agrotis ipsilon menyerang sawi pada malam hari dan bersembunyi di dalam tanah pada siang hari. Ciri-ciri hama ulat tanah Agrotis ipsilon tersebut adalah berwarna hitam dan coklat. Gejala serangannya pada tanaman sawi adalah perakaran tanaman sawi putus dan terpotong, tanaman sawi menjadi layu, menguning dan mati. Cara pengendalian hama ulat tanah Agrotis ipsilon ini dengan melakukan pembersihan lahan (sanitasi), tanam refugia, rotasi tanam, dan terapkan pola tanam tumpang sari.
5. Ulat Krop Kubis (Crocidolomia binotalis). Ciri-cirinya: hama ulat ini berwarna kelabu saat baru menetas, lalu berubah menjadi hijau muda dengan kepala berwarna hitam, dan memiliki tiga garis putih kekuningan dan dua garis di samping. Hama ulat ini memiliki panjang sekitar 18 mm. Gejalanya kerusakan yang disebabkan hama ini yaitu daun berlobang, bahkan memakannya hingga habis, dan meninggalkan kotorannya pada daun yang masih tersisa. Cara pengendaliannya: tumpang sari, atur jarak tanam, pergiliran tanaman, dan aplikasi insektisida kimia seperti Agrimec 18 EC, Amcomec 18 EC, dan Demolish 18 Ec.
6. Ulat Jengkal Kubis (Plusia chalcites). Ciri-cirinya: berwarna hijau, dengan panjang 15-20mm. Hama ulat ini memiliki ciri khas yaitu berjalan menjengkal dari satu tempat ke tempat lain. Gejalanya: menyerang daun hingga daun berlubang. Serangan larva ulat ini dapat membuat daun bercak-bercak putih pada daun dan menyisakan tulang daun. Cara pengendaliannya: rotasi tanaman, sanitasi (membersihkan lahan), tumpang sari, dan terakhir semprot dengan insektisida merek Thuricide HP, Nugor 400 EC, dan Cyperin 250 EC.
7.Kumbang Anjing (Phyllotreta vittate). Ciri-cirinya: berwarna coklat kehitaman dengan sayap bergaris kuning, memiliki panjang larva sekitar 3-4 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l-3 cm di tanah. Pupanya berada pada kedalaman tanah sekitar 5 cm. Daur hidup hama kumbang anjing tersebut berkisar antara 3-4 minggu. Gejala serangan hama ini: daun kubis yang terserang hama kumbang anjing ini akan berlubang-lubang kecil.
Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan. Cara pengendaliannya: mempersiapkan persemaian agar kondisi pupuk dan air tercukupi, olah tanah, sanitasi (pembersihan lahan dari gulma), pestisida nabati, rotasi tanaman. Pengolahan tanah dapat membunuh telur dan pupa hama kumbang anjing yang ada di dalam tanah. Pada fase awal, penyiraman dilakukan tiap hari, terutama untuk penanaman musim kemarau yang bertujuan untuk menjaga agar pertanaman tidak mengalami kekeringan. Dilakukan aplikasi insektisida kimia sintetik jika pengendalian lain tidak bisa mengurangi intensitas serangan hama kumbang anjing.
Oke sahabat pembaca, itulah sharing ilmu mengenai hama kubis dan cara pengendaliannya. Semoga menambah khasanah pengetahuan sahabat pembaca semua.
#SPS#DosenPertanianOrganik#CalonProfesorMudaAmin.