Sekilas Tentang Tanaman Katuk


Penulis: Obel SP.MP
Dosen Prodi Agroteknologi Fak Pertanian Unand

Tanaman katuk merupakan salah satu tanaman yang berbentuk perdu yang tumbuh secara menahun, berkesan ramping sehingga sering ditanam beberapa batang sekaligus sebagai tanaman pagar yang tingginya sekitar 1–2 m. Biasanya kita akan sangat sulit membedakan antara daun katuk dengan daun kelor karena bentuk keduanya yang hampir mirip yang memiliki ukuran kecil dan berwarna hijau serta bentuk tangkai yang kecil. Namun batang tanaman katuk tumbuh tegak, saat masih muda berwarna hijau, setelah tua menjadi kelabu keputihan, berkayu, dan memiliki percabangan yang jarang. Penampilan khas dari daun katuk adalah bentuk corak berwarna keperakan pada permukaan atas yang terletak di tengah, menyebar, atau campuran dari keduanya.

Tanaman yang Bernama latin Sauropus androgynus ini, dapat tumbuh baik pada daerah-daerah dengan ketinggian 1.300 m dpl. Semak tahunan ini memiliki adaptasi tropika dan subtropika serta produktif sepanjang tahun walaupun tanaman c enderung agak dorman pada cuaca dingin. Toleran terhadap panas, kelembababan, sensitive terhadap dingin dan tanah salin. pH optimal 6. Menyukai tanah lempung liat. Bila melihat persebarannya, daun katuk tumbuh di kondisi yang lembap dan banyak ditemukan di daerah tropis Asia Selatan. Selain Indonesia, daun katuk juga dapat tumbuh di India, China, Malaysia, Filipina, termasuk Vietnam. Di Indonesia, daun katuk dapat tumbuh bila mendapat asupan air yang cukup dengan suhu lingkungan 21-23 derajat Celsius. Faktor lain yang membuat tumbuhan tersebut bisa hidup di Indonesia adalah tingkat kelembapan lingkungan 50-80 persen ditambah curah hujan antara 750-2.500 mm/tahun.

Katuk dapat diperbanyak dengan biji atau stek. Biji dan stek katuk tidak dapat bertahan lama, sehingga harus segera ditanam setelah dikumpulkan. Biji dapat bertahan selama 3-4 bulan jika disimpan ditempat kering dan sejuk. Bahkan saat masih dalam kondisi baik, persen perkecambahan hanya mencapai 50%. Perbanyakan dengan stek dilakukan dengan memotong batang dengan panjang 20-30 cm dari batang yang tua dengan 2-3 buku. Kemudian buang cabang dan daun, dan pastikan bagian bawah stek berjarak sekitar 3 cm dari buku. Tanam stek dengan kedalaman 4-6 cm dengan hanya 1 buku yg berada diatas tanah. Tanaman dapat dipanen pertama kali 55-70 hari setelah tanam. Untuk menjaga produksi pucuk muda, dilakukan pemangkasan, katuk dipertahankan tingginya 1-2 m. Panen dapat dilakukan satu bulan sekali.

Meski kerap disamakan dengan daun kelor, daun katuk menyimpan manfaat lain yang membuat tumbuhan ini baik untuk dikonsumsi. Manfaat Daun katuk telah dikenal sejak zaman dahulu sebagai tanaman dengan manfaat kesehatan yang luar biasa. Biasanya digunakan oleh para ibu yang ingin meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Selain itu, daun katuk juga telah menjadi sumber nutrisi dan obat tradisional di berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tanaman daun ini memiliki kandungan zat gizi yang tinggi dan memiliki banyak senyawa fitokimia seperti saponin, flavonoid, tanin, dan isoflavonoid yang menyerupai estrogen. Senyawa-senyawa ini memberikan berbagai manfaat kesehatan bagi tubuh.

Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa khasiat daun katuk bagi Kesehatan diantaranya yaitu :

1.      Meningkatkan Produksi ASI

Selain bermanfaat untuk ibu hamil, kandungan sterol yang punya sifat estrogen dalam katuk juga bermanfaat untuk memberikan efek hormonal, yang memicu produksi ASI. Dengan begitu, daun katuk bisa membantu melancarkan ASI bagi ibu yang sedang menyusui.

2.      Meningkatkan Antioksidan pada Tubuh

Tanaman ini memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi. Beberapa di antaranya yang terdeteksi tinggi dari sayuran ini adalah polifenol dan senyawa ionik. Saat tubuh mendapatkan kandungan antioksidan yang cukup, perlindungan sel tubuh dari kerusakan dan peradangan akibat radikal bebas bisa terjadi.

3.      Mempercepat proses penyembuhan luka

Tidak hanya menangkal radikal bebas, daun katuk memiliki manfaat sebagai makanan untuk penyembuhan luka. Vitamin C pada daun katuk dapat membantu pembentukan kolagen, yakni protein penting pembangunan kulit. Ketika Anda terluka, bagian kulit paling luar paling sering mengalami kerusakan.

4.      Mengatasi dan mencegah peradangan Sayur katuk mengandungan vitamin C dan karotenoid bersifat antioksidan. Kandungan tersebut membuat sayur ini dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan dan peradangan akibat radikal bebas.

5.      Menurunkan Gula Darah

Seseorang yang memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis memiliki risiko tinggi terhadap diabetes, diakibatkan peningkatan gula darah. Daun katuk dipercaya memiliki zat yang dapat menurunkan risiko mengalami diabetes, sehingga kadar gula di dalam tubuh dapat terjaga diambang normal.

6.      Mencegah Obesitas

Seperti pada sayuran hijau secara umum, daun katuk juga mengandung beberapa zat yang dapat mencegah obesitas. Beberapa diantaranya adalah flavonoid dan serat, kandungan yang dapat membuat perasaan kenyang lebih lama. Dengan begitu, makan tidak berlebihan.

7.      Melancarkan pencernaan

Kandungan serat yang tinggi dalam sayur ini juga baik untuk melancarkan pencernaan. Kandungan tersebut juga bisa menjaga bakteri baik dalam usus yang berperan sebagai prebiotik. Serat dalam katuk juga bisa membantu penyerapan air, mempercepat pergerakan feses melalui usus, dan mencegah sembelit.

8.      Meningkatkan Hormon

Bagi pasangan yang belum dikaruniai keturunan, daun katuk ternyata dipercaya bermanfaat untuk meningkatkan hormon. Terutama bagi pria, mengkonsumsi daun katuk setiap hari (tanpa berlebihan), akan mempercepat peningkatan kualitas dan kuantitas sperma.

9.      Mencegah osteoporosis

Osteoporosis pada wanita umumnya terjadi karena meningkatkan jumlah sel osteoklas, yakni sel melarutkan dan menghancurkan sel tulang yang rusak. Terlalu banyak osteoklas bisa mengurangi kepadatan tulang.  Ekstrak daun katuk bermanfaat katuk bermanfaat untuk mencegah osteoporosis karena tanaman herbal ini memiliki kandungan senyawa isoflavon. Senyawa isoflavon ini memiliki efek yang mirip dengan hormon estrogen dalam membantu mencegah berkurangnya massa tulang.