Search

Manfaatan Lahan Pekarangan Untuk Budi Daya Sayuran Secara Hidorponik



Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas          

Tujuan pemilihan tema ini kepada masyarakat adalah untuk mentransfer dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi budi daya sayuran dengan sistem hidroponik kepada masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya khususnya kepada ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Sutera. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan kepada kelompok ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Aur Duri Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat . 

Metode penyuluhan yang digunakan, yaitu metode komunikasi tatap muka, ceramah, diskusi, dan demonstrasi langsung kepada peserta kegiatan pengabdian. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok ibu-ibu rumah tangga pada kelurahan tersebut telah memahami tentang teknik budi daya sayuran dengan sistem hidroponik mulai dari persiapan media semai, persemaian benih, pencampuran nutrisi AB mix, penanaman, pemeliharaan, dan panen, serta pentingnya pemanfaatan lahan pekarangan secara kontinu agar dapat meningkatkan produksi sayuran sebagai sumber pangan dan pendapatan keluarga.


Kata kunci: budi daya, hidroponik, pekarangan, sayuran


I.  PENDAHULUAN
Buah dan sayur merupakan unsur yang penting bagi makanan sehat. Konsumsi buah dan sayur di Indonesia pada tahun 2016 kurang dari setengah konsumsi yang direkomendasikan. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 173/g/kapita/hari,dimana angka tersebut lebih kecil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan    sebesar 400 g/kapita/hari.

Jumlah konsumsi buah dan sayur penduduk di perkotaan pada tahun 2016 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan. Tren konsumsi buah dan sayur pada tahun 2012–2016 menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur di perkotaan meningkat sebesar 1,8%, sedangkan konsumsi buah dan sayur di pedesaan mengalami penurunan sebesar 10,7% (Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan Indonesia 2017).

Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan luas lahan yang relatif kecil tetapi jumlah penduduk pada kelurahan terbilang padat jika dibandingkan dengan desa/ kelurahan lainnya yang ada di Kecamatan Sutera. Saat ini menanam dengan sistem hidroponik adalah alternatif yang tepat untuk mendapatkan sayuran dan buah-buahan di lahan yang sempit atau terbatas. Hidroponik bisa dilakukan di lahan terbatas perkotaan (Rakhman et al. 2015).

Menurut Roidah (2014) bahwa sistem hidroponik memiliki banyak keuntungan di antaranya adalah tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas misalnya diatap, dapur atau garasi, selain itu perawatan tanaman pada sistem hidroponik lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol. Sistem      hidroponik cocok untuk dipraktikkan di Kelurahan Aur Duri Surantih mengingat semakin sempitnya lahan pertanian serta semakin banyak kebutuhan masyarakat akan pangan. 

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk budi daya sayuran dengan sistem hidroponik dilakukan sebagaupayamengatasi permasalahan sempitnya luas lahan yang dimiliki oleh suatu rumah tangga, sementara setiap rumah tangga memiliki ketergantungan ketersediaan sayuran sebagai sumber gizi keluarga kepada ketersediaan sayuran di pasar. Oleh karena itu, apabila sayuran tidak tersedia di pasar, maka tingkat konsumsi sayuran keluarga rendah. Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah pertama, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, kesadaran, serta memotivasimasyarakat khususnya kelompok ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan kosong/ pekarangan sebagai sumber pangan/ketahanan pangan dan pendapatan keluarga. Kedua, menerapkan beberapa teknik penanaman dan pemeliharaan secara sederhana yang dapat diimplementasikan secara mudah oleh masyarakat.

II.  TINJAUAN PUSTAKA
Buah dan sayur merupakan unsur yang penting bagi makanan sehat. Konsumsi buah dan sayur di Indonesia pada tahun 2016 kurang dari setengah konsumsi yang direkomendasikan. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 173/g/kapita/hari, di mana angka tersebut lebih kecil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan    sebesar 400 g/kapita/hari.

Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan untuk petumbuhan tanaman (Siswandi & Yuwono2015).

Menurut Roidah (2014) bahwa sistem hidroponik memiliki banyak keuntungan di antaranya adalah tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas misalnya di atap, dapur atau garasi, selain itu perawatan tanaman pada sistem hidroponik lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.

Sistem hidroponik cocok untuk dipraktikkan di Kelurahan Aur Duri Surantih mengingat semakin sempitnya lahan pertanian serta semakin banyak kebutuhan masyarakat akan pangan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk budi daya sayuran dengan sistem hidroponik dilakukan sebagai upaya mengatasi permasalahan sempitnya luas lahan yang dimiliki oleh suatu rumah tangga, sementara setiap rumah tangga memiliki ketergantungan ketersediaan sayuran sebagai sumber gizi keluarga kepada ketersediaan sayuran di pasar

 

 II METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Lokasi Kegiatan

Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan  kepada kelompok ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan aur duri surantih, Kecamatan sutera, Kabupaten pesisir selatan, Provinsi sumatera barat. Alat dan Bahan

Alat-alat yang harus disiapkan untuk budi daya sayuran dengan sistem hidroponik, yaitu pipa paralon dengan diameter 2 atau 3 inci, netpot berukuran kecil, rockwool, pompa aquarium, ember dengan ukuran 10 L, gelas ukur untuk ukuran 1 L, TDS meter (untuk mengukur kepekatan nutrisi di dalam air), selang dengan diameter 5 mm, pipa 1 inci, nampan semai dengan ukuran 22 x 18 x

3 cm, cutter, dan botol air minum dengan ukuran 1,5 L. Sementara itu, bahan-bahan yang digunakan adalah benih tanaman, nutrisi AB mix, air, dan kain flanel.

Metode Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengabdian dilaksanakan selama dua hari. Rangkaian kegiatan program ipteks bagi masyarakat ini terdiri atas pembelajaran teknik budi daya sayuran dengan sistem hidroponik dan pelatihan keterampilan persemaian, penanaman, dan pembuatan nutrisi hidroponik.

Pembelajaran teknik budi daya sayuran dengan sistem hidroponik kepada kelompok ibu-ibu rumah tangga yang terlibat dilaksanakan di rumah naungan kelompok ibu-ibu rumah tangga tersebut.

Penyampaian materi atau pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode komunikasi tatap muka secara langsung, ceramah, diskusi serta pemutaran slide atau video hidroponik.

Metode pelatihan budi daya sayuran dengan sistem hidroponik dilakukan dengan cara demonstrasi langsung dilapangan menggunakan alat peraga seperti benih sayuran, nampan plastik, rockwoll, netpot, nutrisi AB mix, dan lain-lain.

 

III.  KESIMPULAN
Dari rancangan kegiatan yang telah direncanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat menambah pengetahuan ibu- ibu rumah tangga tentang teknik budi daya sayuran dengan sistem hidroponik mulai dari persiapan media semai, persemaian benih, pencampuran nutrisi AB mix, penanaman, pemeliharaan, dan panen, serta pentingnya pemanfaatan lahan pekarangan secara kontinu agar dapat meningkatkan produksi sayuran sebagai sumber pangan dan pendapatan keluarga.

 

IV.         DAFTAR PUSTAKA
Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan Indonesia. 2017. Tren konsumsi dan produksi buah dan sayuran. Volume 8, November 2017.

Rakhman A, Lanya B, Rosadi RAB, Kadir MZ. 2015. Pertumbuhan tanaman sawi menggunakan sistem hidroponik dan akuaponik. Jurnal Teknik Pertanian Lampung 4(4): 245–254.

Roidah IS. 2014. Pemanfataan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. 1 (2): 43=50.

Siswandi, Yuwono T.2015. Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil selada (latuca sativa L). Hidroponik. Jurnal Agronomika. 09 (03): 257-264.