Wahyudi Thamrin

Antara Bencana dan Duka


Bencana memang kita tak tahu kapan datangnya. Entahkah siang, malam ataupun dipagi hari. Datang secara tiba-tiba melenyapkan segala yang ada dihadapannya baik harta maupun nyawa tidaklah berharga seketika itu. Pasrah,,ya memang hanya pasrah Ketika bencana itu datang menyapa. Isak tangis kehilangan anggota keluarga yang dicinta menyatu padu menjadi suasana yang memilukan. Kepada siapa musti disalahkan? Kita sebagai manusia hanya perlu merenung dan mengkoreksi diri kesalahan apa yang membuat alam menjadi murka.

Begitulah yang terjadi diawal bulan puasa ditahun 2024 ini, beberapa hari menjelang memeasuki bulan puasa dengan penuh suka cita berubah menjadi duka yang dan cerita pilu. Tiba-tiba disore hari yang hujan bisa dibilang tidaklah terlalu deras dan waktu yang tidak terlalu lama menjadikan mengamuknya beberapa Sungai yang ada di kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Sebut saja mulai dari perbatasan Padang dan Pesisir Selatan, beberapa lokasi terjadi longsor yang mengakibatkan jalan terputus, terbawa arusnya beberapa mobil yang menyebabkan kehilangan nyawa, hancurnya rumah hingga terputusnya beberapa jembatan penghubung. Pilu memang, disepanjang jalan kita menyaksikan raut muka yang kebingungan, kehilangan dan kepasrahan.

Selepas dari cerita tersebut, pilu mendalam juga terjadi dibeberapa Nagari dengan versinya berbeda. Berdasarkan penuturan langsung warga disana, ada beberapa keluarga yang kehilangan nyawa tertimbun longsor dan terbawa arus banjir bandang. Sudah hidup puluhan tahun dan sudah memutihnya uban dikepala baru sekali ini mengalami langsung banjir seperti itu. Disepanjang bantaran Sungai berserakan batang kayu yang besarnya melebihi drum. Kayu-kayu tersebut memperparah banyanya rumah-rumah yang roboh dan hanyut dibawa banjir.  Rumah yang baru dibangun hilang tiada berbekas, tidak hanya bangunnya namun tanahnya juga ikut raib menjadi bantaran Sungai.  Sawah-sawah berubah menjadi hamparan batu yang tanahnya sudah habis terkikis oleh air. Bulan puasa dijalani dengan sendu oleh masyarakat Pesisir Selatan

Sekarang, berita memilukan datang lagi dari Padang Panjang, Bukit Tinggi dan Agam. Longsor dan banjir menimpa warga disana pada waktu malam hari. Tiba-tiba banjir banjir datang dengan begitu derasnya. Menghanyutkan apa saja yang ada. Dikabarkan, jalan Padang Bukittinggi terputus totgal karena banjir memutuskan badan jalan dan tidak bisa dilalui lagi. Tidak hanya itu, banyak rumah yang hanyut, truk dan mobil yang terseret hingga adanya korban nyawa. Mengapa ini terjadi? Apa yang salah? Akankah seperti ini terus ? sungguh memilukan  dan entah bagaimana kita harus menjawabnya.

Melansir dari situs BNPB, banjir bandang dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

1. Curah hujan tinggi 

Dengan tingginya curah hujan yang terjadi, maka akan berdampak pada meningkatnya debit dan volume air yang ada di daratan. Dan apabila air tersebut tidak secara sempurna segera diserap tanah atau dialirkan ke sungai, maka akan berbahaya dan bisa menjadi penyebab terjadinya banjir bandang.

2. Penebangan hutan secara liar

Hal ini juga sudah menjadi hal yang cukup penting diperhatikan. Mengingat pohon memiliki fungsi dalam meresap air yang jatuh ke tanah. Apabila air hujan tersebut tidak dapat diserap dengan sempurna, maka akan meningkatkan risiko banjir bandang, terutama jika pusat dari banjir tersebut ada di perbukitan. Selain banjir yang besar, ketika pohon ditebang secara liar, maka akan menimbulkan risiko terjadinya longsor. Hal ini karena salah satu faktor dari longsor adalah tidak mampunya tanah menahan beban dari air yang terus menerus menerpa. Hal ini akan semakin parah jika lokasinya berada di sekitar tebing yang cukup curam.

3. Membuang sampah sembarangan

Penyebab terjadinya banjir bandang yang satu ini tidak perlu diragukan lagi. Kebiasaan buruk dalam membuang sampah sembarangan sudah pasti akan memberi dampak buruk bagi lingkungan. Ketika sampah-sampah tersangkut, maka aliran sungai akan berhenti dan volumenya akan semakin besar. Saat volume semakin besar, maka akan berpotensi dalam menimbulkan efek berupa tekanan yang sangat besar.

4. Membangun bangunan di daerah resapan air

Ketika banyak sekali bangunan penduduk di daerah yang seharusnya menjadi lokasi resapan air, maka akan berpotensi menimbulkan aliran air yang besar dan sangat kencang ketika hujan deras tiba. Kondisi tersebut dapat seakan-akan membuat lokasi pemukiman dan jalan-jalan yang seharusnya menjadi resapan air seakan-akan sebuah selokan, yang justeru mempercepat laju aliran air hujan tersebut, dan yang pasti dalam volume yang besar.

5. Faktor tinggi rendahnya daratan

Faktor tinggi rendahnya daratan juga menjadi faktor yang sangat besar dalam menjadi penyebab terjadinya banjir bandang. Mengingat, ketika air turun dari dataran yang lebih tinggi tentunya akan semakin laju ketika menuju kebawah. Hal ini yang harus diwaspadai, karena kuatnya arus air tersebut bahkan bisa menghancurkan tembok-tembok rumah.

Penulis: Obel SP.MP 
Dosen Prodi Agroteknologi Fak Pertanian Unand