Wahyudi Thamrin

Risiko Eating disorder di Kalangan Mahasiswa

Eating disorder atau gangguan makan merupakan kondisi serius yang dapat berdampak terhadap kesehatan fisiologis dan psikologis individu. Keadaan eating disorder sering kali tidak terdeteksi dan bersifat asimptomatik, sementara prevalensi eating disorder cukup tinggi terutama di kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan komunitas yang paling rentan terhadap gangguan ini karena berbagai lingkungan yang mereka alami.

Sebuah penelitian terkait eating disorder yang berfokus untuk mengidentifikasi prevalensi dan distribusi risiko eating disorder di kalangan mahasiswa keperawatan, serta implikasi kesehatan yang mungkin timbul dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Keperawatan Universitas Andalas pada tahun 2023. Studi kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang menggunakan instrumen Eating Attitude Test-26 (EAT-26) mengidentifikasi risiko eating disorder pada 117 responden menggunakan stratified random sampling, yang memastikan representasi yang tepat dari subkelompok dalam populasi mahasiswa keperawatan.

Dalam studi ini menemukan bahwa dari 237 responden, sebanyak 117 mahasiswa (49,4%) memiliki risiko eating disorder, sementara 120 mahasiswa (50,6%) tidak berisiko. Kelompok yang paling berisiko adalah mahasiswa pada kelompok usia remaja akhir (39,7%) dan mahasiswa perempuan (46%). Hasil ini menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden memiliki risiko mengalami eating disorder. Kondisi ini menjadi warning mengingat dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh eating disorder terhadap kesehatan mahasiswa, baik dari segi fisik maupun psikologis.

Eating disorder dapat menyebabkan terjadinya gangguan pencernaan, malnutrisi, penurunan kepadatan tulang yang berakibat resiko osteoporosis, kekurangan hormon insulin, retensi cairan, perlambatan laju metabolisme, penurunan denyut jantung, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, penurunan konsentrasi dan perubahan fungsi kognitif serta stress psikologis (Sumber: Noe et al. (2019) dan Nutley et al. (2020)).

Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi risiko eating disorder  di kalangan mahasiswa cukup tinggi. Hampir separuh dari responden memiliki risiko mengalami gangguan makan, dengan kelompok usia remaja akhir dan perempuan sebagai kelompok yang paling rentan. Tingginya prevalensi risiko eating disorder  di kalangan mahasiswa menunjukkan perlunya perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan dan layanan kesehatan. Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap tingginya risiko eating disorder di kalangan mahasiswa adalah citra tubuh, pengaruh lingkungan social dan tekanan akademis.

Diperlukan upaya preventif yang melibatkan edukasi dan pendekatan persuasif untuk mengurangi risiko eating disorder di kalangan mahasiswa. Institusi pendidikan dan layanan kesehatan harus bekerja sama untuk menyediakan program-program yang dapat membantu mahasiswa memahami dan mengatasi masalah eating disorder  sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain mengadakan seminar dan workshop tentang eating disorder  dan pentingnya pola makan sehat, menyediakan layanan konseling bagi mahasiswa yang mengalami tekanan akademis dan social serta melakukan skrining rutin untuk mendeteksi dini risiko eating disorder. Upaya lain yang juga penting yaitu mengadakan kampanye kesadaran tentang bahaya eating disorder  dan pentingnya menjaga kesehatan mental. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan risiko eating disorder  di kalangan mahasiswa keperawatan dapat dikurangi, sehingga mereka dapat mencapai potensi maksimal dalam studi dan kehidupan pribadi mereka.


Penulis: Ns.Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Artikel selengkapnya dapat diakses pada DOI: http://dx.doi.org/10.33757/jik.v8i1.771