Pemerintah Lima Puluh Kota Komitmen Peringati Peristiwa Sejarah PDRI

 

Lima Puluh Kota – Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota menegaskan komitmennya untuk memperingati tujuh rangkaian peristiwa sejarah penting yang terjadi selama masa perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Kabupaten Lima Puluh Kota. Komitmen ini telah dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 41 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan peringatan Hari Bela Negara dan seluruh rangkaian peristiwa tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Bupati Lima Puluh Kota yang diwakili oleh Kepala Badan Kesbangpol, Elsiwa Fajri, dalam upacara peringatan Koto Tuo Lautan Api di Nagari Koto Tuo, Kecamatan Harau, Senin (10/06/2024).

Elsiwa Fajri menyatakan bahwa peristiwa heroik Koto Tuo Lautan Api seyogyanya menjadi momentum bagi masyarakat untuk meneruskan nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan.

“Dalam konteks pembangunan sekarang, nilai juang Koto Tuo Lautan Api yang menginspirasi masih relevan dan perlu dijiwai oleh berbagai komponen masyarakat dan negara,” ucap Elsiwa.

Elsiwa menambahkan bahwa semangat perjuangan para pahlawan dalam mempersatukan bangsa harus tetap dipelihara dan dipertahankan dengan mewujudkan jiwa pembangunan yang tangguh.

“Kemerdekaan sebagai warisan para pahlawan hendaknya kita isi dengan jiwa pembangunan dan semangat kebersamaan,” tambahnya.

Sebagai pengingat, konfrontasi berdarah dalam masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berlangsung sejak 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, pasca jatuhnya Ibukota Negara Republik Indonesia, berlangsung di Lima Puluh Kota.

Salah satu peristiwa penting terjadi 75 tahun silam, pada 10 Juni 1949, ketika tentara Belanda membumihanguskan Koto Tuo sehingga dijuluki Koto Tuo Lautan Api. Dalam waktu tiga jam, dari pukul 10.00 hingga 13.00 WIB, sedikitnya 113 rumah masyarakat hangus dibakar oleh tentara Belanda.

Koto Tuo Lautan Api adalah salah satu dari tujuh peristiwa heroik semasa PDRI. Peristiwa lainnya termasuk konsolidasi komando Sumatera oleh Kolonel Hidayat yang mengutus anak buahnya untuk menyiapkan pusat pertahanan di Kototinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, pada 19 Desember 1948. Kemudian pengumuman kabinet PDRI di Halaban pada 22 Desember 1948.

Selanjutnya, serangan Belanda terhadap markas Gubernur Militer di Nagari Kototinggi, perlawanan masyarakat Jorong Ikan Banyak di Kanagarian Pandam Godang di Titian Dalam pada 10 Januari 1949, yang menyebabkan gugurnya 9 syuhada. Kemudian, penyerangan Belanda terhadap pemimpin yang tengah rapat di Lurah Kincia Situjuah Batua pada 15 Januari 1949 yang menyebabkan gugurnya 69 pahlawan. Perundingan antara utusan pembawa mandat Pemerintah RI dengan pemimpin PDRI di Padang Japang pada 6 Juli 1949, dan rapat umum pimpinan PDRI dengan masyarakat di Koto Kociak, dimana Mr. Sjafruddin Prawiranegara dibawa ke Yogyakarta pada 7 Juli 1949.

Turut hadir dalam peringatan ini antara lain Asisten Administrasi Umum Azuhdi Perama Putra, Camat Harau Jeki Mardonal, Forkopimca, Pj Wali Nagari Koto Tuo Elfi Yandri, Babinsa, Babinkantibmas, Niniak Mamak, Bundo Kandung, serta tokoh masyarakat.

Dengan peringatan ini, diharapkan semangat perjuangan dan kebersamaan yang diwariskan oleh para pahlawan dapat terus dihayati dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks pembangunan daerah yang tangguh dan berkelanjutan. (fs)