Wahyudi Thamrin

MUKJIZAT ITU BERNAMA AL QUR’AN


Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh

A.    Allah Senantiasa  Menjaga Kemurnian Al-Quran

Al-Quran merupakan kitab yang terjaga kemurniannya sampai hari kiamat. Sehingga, tidak akan pernah lagi diragukan lagi kemurnian dan kebenarannya sampai kapan pun. Bahkan, sekadar meniru saja tidak ada orang yang mampu melakukannya, sekalipun pakar bahasa Arab dan ahli sastra sekalipun. 

 

Inilah bukti sejarah pemeliharaan Al-Quran:

1.        Ayat-ayat Al-Quran diwahyukan secara berangsur sehingga mudah untuk dihafalkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Al-Quran selalu dihafal, dibaca dan diwajibkan membacanya dalam shalat. Satu ayat dihafal oleh ribuan orang sehingga banyak yang hafal ayat-ayat Al-Quran.

2.        Wahyu yang turun juga ditulis oleh para sahabat Rasulullah SAW di batu-batu, tanah-tanah yang keras, kulit binatang, pelepah kurma, daun-daun, tulang unta atau kambing atas petunjuk Rasulullah SAW. Hanya wahyu yang boleh ditulis, hadis-hadis, pidato-pidato atau pelajaran-pelajaran dari mulut Rasulullah SAW dilarang ditulis. Yang banyak menuliskan ayat-ayat Al-Quran adalah Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, dan Mu’awiyah

3.        Dalam perang Badar, para tawanan yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang namun pandai baca tulis diwajibkan mengajarkan baca tulis sebagai tebusan sehingga semakin banyak para sahabat yang pandai menulis ayat-ayat Al-Quran.

4.        Sekali setahun malaikat Jibril mengadakan ulangan dengan menyuruh Rasulullah Saw memperdengarkan Al-Quran yang telah diwahyukan. Bahkan di tahun beliau wafat, ulangan dilakukan sebanyak 2 kali. Rasulullah Saw juga selalu melakukan ulangan terhadap para sahabat untuk membacakan Al-Quran di depan beliau untuk membetulkan hafalan-hafalan atau bacaan-bacaan mereka. Ketika Rasulullah SAW wafat, seluruh ayat-ayat Al-Quran telah dihafal oleh ribuan orang dan telah dituliskan semua ayatayatnya dengan susunan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW

5.        Pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar banyak umat Islam yang masih lemah imannya tidak mau membayar zakat, murtad, bahkan ada yang mengaku sebagai nabi sehingga banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang gugur, sehingga Umar bin Khatab mengusulkan pengumpulan ayat-ayat AlQuran dalam sebuah kumpulan lembaran (mushaf).

6.        Khalifah Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf. Kendati Zaid bin Tsabit sendiri adalah penulis wahyu yang diterima Rasulullah Saw dan hafal Al-Quran, namun beliau sangat teliti dalam melaksanakan tugas itu. Disusunlah ayatayat Al-Quran berdasarkan urutan yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Tulisan-tulisan yang masih tertera di daun, pelepah kurma, batu-batu, tanah-tanah yang keras, tulangtulang unta dan kambing dijadikan sebagai sumber. Dicocokan juga hafalan-hafalan Al-Quran para sahabat dengan hafalan-hafalannya sehingga mushaf yang dihasilkan benar-benar sangat terjamin kemurniannya.

7.        Mushaf tersebut kemudian disimpan oleh khalifah Abu Bakar, kemudian beralih ke Umar bin Khatab setelah beliau wafat. Setelah khalifah Umar wafat, mushaf tersebut beralih ke Hafsah, putri Umar bin Khatab yang disimpannya hingga Usman bin Afan menjadi khalifah.

8.        Pada masa pemerintahan khalifah Usman, umat Islam tersebar di tempat-tempat yang jauh dari Madinah. Mereka banyak yang hafal Al-Quran dan ada yang memiliki naskahnaskah Al-Quran namun dengan susunan yang tidak lengkap atau tidak sama dengan mushaf yang disimpan oleh Hafsah.

9.        Pada masa Rasulullah Saw para penghafal Al-Quran memang diberi kebebasan untuk melafalkan Al-Quran sesuai dialek masing-masing agar mudah dihafalkan. Akibatnya, setelah Rasulullah SAW wafat dan umat Islam tersebar di banyak tempat terjadi perselisihan dalam melafalkan bacaan Al-Quran. Perselisihan tersebut dikhawatirkan mengarah kepada perpecahan maka khalifah Usman memerintahkan agar mushaf Al-Quran yang disusun pada masa khalifah Abu Bakar dan disimpan oleh Hafsah supaya disalin.

10.    Khalifah Usman membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu Sa’id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin. Penulisan salinan berpedoman pada mereka yang hafal Al-Quran. Kalau ada perselisihan dialek maka dialek yang digunakan adalah dialek quraish sebab Al-Quran diturunkan dalam dialek Quraish.

11.    Mushaf Al-Quran disalin menjadi 5 buku dan disebut Al Mushaf. Mushaf Al-Quran yang dipinjam dikembalikan ke Hafsah dan salinannya disebar ke 4 kota yakni Mekkah, Syria, Basrah, Kufah dan 1 mushaf tetap berada di Madinah sebagai Mushaf Al Imam. Mushaf-mushaf tersebut disalin lagi di 4 kota dan di mana-mana, sedangkan naskah-naskah yang tersebar dan tidak lengkap dikumpulkan dan dimusnahkan. 

 

Demikianlah bukti-bukti kemurnian Al-Quran, yang menunjukkan kepada kita bahwa Al-Quran benar-benar terpelihara sejak diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Saw. melalui malaikat Jibril, kemudian disampaikan kepada umat ini hingga hari kiamat.

 

Dengan penuh kagum Dr. Thariq Suwaidan mengatakan, Tidak ada satu pun kitab samawi yang dihafalkan di dalam dada sedemikian rupa serta mendapat perhatian dalam penulisan dan keakuratannya sebagaimana kitab suci Al-Quran. Hal itu sebenarnya tidaklah mengherankan karena Allah SWT sendiri yang menjaga keterjagaannya hingga hari kiamat tiba. “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al-Quran), dan sesungguhnya Kami pula yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)

 

B.     Allah Mudahkan dalam Menghafal dan Memahami Al-Quran

Di antara bukti sejarah kemurnian dan keterjagaan Al-Quran, yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, salah satu  bukti nyata saat ini adalah Al-Quran senantiasa dihafal dan dibaca sampai khatam oleh umat Islam secara berulang-ulang hingga tak terhitung jumlahnya. Imam Nawawi pernah berkata, “Diceritakan kepada kami tentang Imam Abdullah bin Idris AlKufi bahwa ketika ia hendak meninggal, putrinya menangis. Lantas ia berkata, ‘Janganlah menangis putriku! Sebab aku telah mengkhatamkan Al-Quran di rumah ini sebanyak empat ribu kali’.

 

Inilah bukti kemukjizatan Al-Quran. Tidak membosankan ketika dibaca dan bahkan dihafalkannya. Dan di antara keajaibannya, Allah memudahkan dalam mengingat dan menghafalkannya. “Sesungguhnya Kami telah memudahkan AlQuran untuk diingat, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar [54]: 17).

 

Al-Quran, bukan hanya bisa dihafal oleh orang dewasa, tapi bisa juga dihafal oleh seorang bocah dan bahkan lansia. Dan, bahkan orang yang dianggap memiliki kekurangan dari segi fisik atau mental pun dapat menghafalkannya.

Oleh karena itu, jika mengatakan bahwa menghafal AlQuran itu sulit, adalah alasan yang hanya dibuat sendiri, sehingga menjadi “dinding” yang membatasi diri kita dan Al-Quran. Bukankah Allah sendiri yang sudah menjaminnya? Dan bukankah sejarah dari zaman dulu hingga kini membuktikan bahwa para penghafal Al-Quran kian bertambah?