Dangau, Mungkin bagi orang minang tidaklah sulit memahami yang namanya kata dangau. Sebuah gubuk ditengah tengah lahan pertanian tempat peristirahatan kala lelah mendera. Juga tempat menyimpan segala peralatan buat bertani. Tidak jarang jadi tempat bermalam kala panen mulai datang.
Dangau hanyalah bangunan seadanya peneduh dari hujan dan panas. Namun bisa multi fungsi ibarat sebagai sebuah rumah tinggal. Dilengkapi dengan dapur, dan ruangan tempat santai. Serta disekitar dangau biasanya selalu dilengkapi dengan Luak atau sumur tempat ,mandi,mencuci atau berwudhu maupun untuk memasak.
Dangau sudah identik dengan kehidupan masyarakat Ranah Minang terutama yang bagian Darek. Jika sudah memulai akan bercocok tanam dangau akan dibenahi atau dibuat yang baru.
Bagi peladang atau petani sawah dangau ini banyak dihuni untuk memantau perkembangan tanaman. Terutama ketika masa panen akan datang. Siang malam ditunggui diladang atau sawah demi mencegah gangguan dari binatang liar, seperti burung,babi hutan ataupun binatang lainnya. Sehingga sebuah dangau harus memiliki kelengkapan seperti sebuah rumah.
Bisa jadi dengan kondisi kelengkapan seperti ini membuat dangau menjadi rumah alternatif bagi lelaki minang kala galau mendera. Disaat tidak dirumah bini atau dirumah kemenakan maka dangaulah jadi tempat tumpangan badan.
Tidak bisa di tiadakan juga fungsi dangau bagi lelaki minang dari tempo doeloe sebagai tempat pelarian hati nan galau. Kenapa begitu? Laki laki minang hidup ibarat menumpang. Bujangan tidur di Surau atau langgar. Setelah menikah tinggal dirumah istri. Siang dirumah kemenakan malamnya pulang kerumah anak.
Sehingga lahir istilah lelaki minang dirumah istri ibarat abu diateh tunggua (abu diatas tunggul bekas penebangan kayu). Yang manakala ditiup angin atau diterpa hujan bisa hilang tidak berbekas. Kemana badan dibawa. Syukur syukur muda rajin ke masjid atau surau atau langgar. Kalau muda bergelimang hidup didunia parewa ? ujungnya menempati dangau peladangan tanah pusaka.
Kalau fisik masih kuat bisalah menolong kemenakan bercocok tanam memelihara harta pusaka. Kalau tidak hanya berharap belas kasih dunsanak yang ada. miris, tapi realita dan banyak bersua.
Bisa jadi ini awal mula keluar pameo minang, "Anak dipangku Kemenakan dibimbing" Ketika untuang abih kasiah bacarai, pinang baliak ka tampuaknyo siriah baliak ka gagangnyo, rumah tuo anak kemenakan sasaran badan dibawa pulang. Untung mujur nasib baik menerpa badan, selama dirumah bini tidak banyak ulah atau sesuai lahir batin dalam menjalani kehidupan hingga hanya berpisah dengan istilah Carai Tambilang, Sampai ajal hidup indah bersama anak bini dan inilah harapan kita semua.
Sesuai fungsi laki laki sebagai pemimpin, baik dalam keluarga maupun dalam kaum kerabat
Sekarang istilah dangau bahkan bangunan dangau sudah tidak lagi berfungsi seperti cerita diatas. Lelaki minang yang sudah menikah sudah banyak tidak tinggal di rumah mertua atau di tempat istri. Hal ini seiring dengan beragam profesi yang dilakoni sepanjang hari. Juga dengan adanya jasa penyedia perumahan yang bisa di cicil sudah banyak yang memboyong anak bini tinggal di rumah pembelian hasil pencaharian setelah menikah. Guguang bao tabang sudah banyak dilihat.
Pajacombo 17 Mei 2020
Urang Dangau Tigo Koto Dibaruah Ranah Limopuluah