Wahyudi Thamrin

Pacu Jawi Luak Limopuluah, Tradisi Unik Mengadu Kecepatan Sapi Dan Joki Dalam Lumpur



SalingkaLuak,- Pacu Jawi atau kalau dibahasa Indonesiakan Pacu Sapi. Karena Jawi dalam bahasa Minang sama dengan Sapi di Bahasa Indonesia. Kegiatan pacu jawi ini di Sumatera Barat hanya ada di Luak Tanah Data dan Luak Limopuluah. Dua daerah ini memiliki khas masing masing alek pacu jawi.

Luak Limopuluah (Payakumbuh & Limapuluh Kota) memiliki keunikan tersendiri pacu jawinya. Alek ini memang memperlihatkan kemampuan sapi/jawi yang diiringi seorang joki dalam berlari menuju garis finish. Sekali lepas ada sampai lebih 10 ekor sapi berpacu. Yang paling dahulu mencapai garis finish maka itulah yang keluar sebagai pemenang. Tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku pada alek pacu jawi ini. Seperti tidak melanggar aturan di garis start. Joki tidak terjatuh alias tercecer. Walau jatuh tapi masih berpegang pada tali sampai finish tidak dianggap gugur.

Asal mula pacu jawi diLuak Limopuluah tidak diketahui pastinya kapan bermula. Acara ini selalu dihelat setiap habis panen menjelang musim tanam. Sebelum benih sawah panjang dihelatlah alek pacu jawi ini. Dan kegiatan ini diadakan bergantian di setiap nagari.

Pacu jawi di Luak Limopuluah memakai sistem satu jawi satu joki. Jawi diberi pasangan layaknya akan menyisir sawah sudah dibajak, (sikek orang namakan) yang mana tali pasangan badan sapi dari pucuk aur atau bambu dan pegangan joki sikek bajak ( biasanya digunakan untuk mehaluskan lumpur sawah usai dibajak). Pegangan ini tidak boleh lepas sampai masuk finis, Jika lepas dinyatakan gugur walau sapinya pertama kali masuk garis finish.



Dulu menurut tetua pacu jawi Luak Limopuluah ada sekitar 10 Nagari yang rutin ikut dalam kegiatan ini. Seperti Koto Nan Gadang, Tiaka, Payobasuang, Taram, Bukik Limbuku, Batu Balang, Koto Tuo, Sarilamak, Lubuak Batingkok dan Harau. Kalau saat ini nagari tersebut ada di Kecamatan Payakumbuh Utara, Payakumbuh timur Kota Payakumbuh dan Kecamatan Harau kabupaten Limapuluh Kota.

Masing masing kenagarian memiliki panitia dan bendera nagari. Sebelum alek dimulai panitia kenagarianlah yang akan mendaftarkan jawi yang akan diikutkan berpacu. Pacu jawi juga ada kelas kelasnya. Kelas 3 bagi jawi baru ikut lomba, kelas 2 yang sudah 2 atau 3 kali lomba, kelas 1 yang sudah sering lomba atau sudah sering juara di kelas 2. Kelas utama rimbun dan boko. Kelas rimbun diadakan dihari pertama (hari senin) dan kelas boko di hari kedua (selasa). Kelas ini diikuti sapi/jawi yang sudah biasa turun di kelas 1. Kelas boko menjadi kelas bergengsi dalam pacuan tersebut.

Hadiah hadiah diperebutkan dalam alek pacu jawi ini tidaklah sebesar tuah aleknya. Kelas 3 sampai kelas 1 hadiah seadanya. Boko dan Rimbun baru hadiah kambing. Dan hadiah biasanya didapat panitia dari para donatur donatur lokal. Saat ini sering dimanfaatkan para politisi untuk berkampanye dengan mensponsori acara pacu jawi ini.

Seiring perjalanan waktu, peserta pacu jawi mulai mengalami penyusutan nagari yang mengikutkan jawi jawinya berlomba. Bisa jadi kurang peminat atau kurang pengelolaan acara atau lainnya, wallahualam. Sampai saat ini yang masih eksis di ajang alek pacu jawi ini nagari Koto Nan Gadang, Tiaka, Payobasuang dari Kota Payakumbuh, Taram, Bukik Limbuku, Batu Balang dan Koto Tuo dari kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota.

Beberapa waktu lalu sempat vakum kegiatan ini dalam kurun waktu lebih kurang 5 tahun. Kemudian kembali dihidupkan lagi.

Alek pacu jawi selalu diadakan pada hari Senin Dan Selasa. kenapa hari tersebut jadi hari tetap pacu jawi di Luak Limopuluah? Usut punya usut ternyata menyesuaikan dengan hari pasar di Payakumbuh. Hari Minggu merupakan hari pasar Utama di Luak Limopuluah. Pasar ternakpun dihari tersebut juga. Pasar ternak Payakumbuh menjadi sentra penjualan ternak masyarakat Luak Limopuluah dari dahulu. Sampai saat ini sepengetahuan penulis sudah ada 3 kali pindahnya pasar ternak tersebut. Dari Labuah Baru sekarang kelurahan Koto Kociak Kubu Tapak Rajo Payakumbuh Utara ke Balai Nan duo Koto Nan ampek Payakumbuh Barat,sekarang sudah di Koto panjang payobasuang Payakumbuh Timur.

Kembali kecerita pacu jawi, Selain menjadi tradisi atau budaya juga penyemangat para peternak sapi/jawi. Sebuah kebanggan jawinya bisa menang pacuan boko (kelas utama) disetiap pacuan. Sapi sapi yang di ikutkan dalam pacuan tidak ada sapi jantan. Semua sapi betina yang ikut berlomba.

Keunikan pacu jawi di daerah ini sangat banyak mengundang minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Apalagi mereka disuguhkan dengan atraksi benar benar berpacu. Adu cepat lari sapi diiringi seorang Joki. Untuk bisa jadi joki tidaklah hal mudah. Butuh stamina kuat berlari dalam sawah berlumpur mengiringi larinya sapi masing masing.

Beberapa orang penggemar dan pelaku kegiatan alek pacu jawi ini berharap kepada pemerintah Kota Payakumbuh maupun Limapuluh Kota untuk mendapat perhatian terutama dari dinas pariwisata. Agar alek pacu jawi ini tidak punah ditelan waktu dan perkembangan zaman.