Jakarta,
4/7/2020 - Beberapa waktu lalu Kementerian Pertanian (Kementan) resmi
meluncurkan inovasi antivirus berbasis eucalyptus. Produk antivirus
buatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan)
Kementan ini bahkan telah berhasil mendapatkan hak paten.
Selain
mematenkan produk tersebut, Kementan juga menggandeng PT Eagle Indo
Pharma untuk pengembangan dan produksinya. Penandatanganan perjanjian
Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus antara perwakilan
Balitbangtan dan PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) dilaksanakan di Bogor
pada pertengahan Mei 2020.
Kepala
Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan langkah ini ditujukan sebagai
bagian dari ikhtiar pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menyikapi
pandemi Covid-19 yang tengah mewabah. Langkah ini juga diharapkan dapat
menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menghargai dan mendukung
karya anak bangsa.
Baca Juga: 2 Embung Tidak Berfungsi, Warga Rawang Gunuang Malelo Harapkan Pemkab Segera Perbaiki
"Para
peneliti di Balitbangtan ini juga bagian dari anak bangsa. Mereka
berupaya keras menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsanya.
Semoga hal ini mampu menjadi penemuan baik yang berguna bagi kita
semua," jelas Fadjry.
Eucalyptus
selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, kemudian
menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang
nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut. Menurut Fadjry
minyak atsiri eucalyptus citridora dapat menginaktivasi virus avian
influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan
betacoronavirus sehingga mempunyai kemampuan antivirus.
Penemuan
tersebut sebelumnya melalui uji molecular docking dan uji in vitro di
Laboratorium Balitbangtan. Ia menjelaskan laboratorium tempat penelitian
eucalyptus dilakukan di laboratorium keselamatan biologi level 3 atau
biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner.
Kementan pun sudah melakukan penelitan sejak 30 tahun lalu dan tak asing
dalam menguji golongan virus corona seperti influenza, beta corona, dan
gamma corona.
"Setelah
kita uji ternyata Eucalyptus sp. yang kita uji bisa membunuh 80-100
persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona model yang
digunakan. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke
penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus,"
bebernya.
Dalam
berbagai studi dikatakan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi
akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Dalam riset Balingbangtan
dengan konsentrasi 1 persen sudah cukup membunuh virus 80-100%.
Bahan
aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai
antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main
protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam
penghambatan replikasi virus corona.
Penelitian
menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga
menghambat replikasi virus. Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8
cineol dari eucalyptus yang disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan
transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran
pernapasan.
Terkait
dengan banyaknya keraguan terhadap antivirus ini, Fadjry mengatakan
hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus
corona, begitupun di Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian dan
Lembaga (K/L) terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk
mencegah serta menangani virus corona (Covid-19) yang masih mewabah di
Indonesia.
"Ini
bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji
efektivitas, secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan,
paling tidak ini bagian dari upaya kita. Minyak eucalyptus ini juga
sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada
masalah. Sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus atau minyak
kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya, tetapi masih satu famili hanya
beda genus di taksonomi," paparnya.(rel)