Payakumbuh, 124 tahun lalu pertama kali Mak Itam menjejakan roda roda besinya di Kota Payakumbuh. 15 September 1896 Stasiun Payakumbuh yang sekarang berada di Parit Rantang Payakumbuh Barat diresmikan pemakaiannya oleh Belanda masa itu.
Stasiun kereta api yang ada di kota Payakumbuh mulai dibangun pada tahun 1873 dan selesai 1896. Cukup lama juga waktu untuk pembangunan jalur dan stasiun kereta api yang menghubungkan Kota Payakumbuh dengan Kota Bukittinggi masa itu.
Perkereta apian di Payakumbuh atau Ranah Minang masa itu dikelola perusahaan swasta Belanda yang bernama Staat Spoorwegen Ter Sumatera's Weskust (SSS).
Dalam wilayah Payakumbuh masa itu (Afdeling Limapuluh Kota) ada 3 stasiun. Yaitu di Batuhampar, Piladang dan Payakumbuh. Stasiun Batuhampar memiliki kode 320b-24, stasiun Piladang 320b-25 dan stasiun Payakumbuh 320b-26.
Pada 19 Juni 1921 jalur kereta api Payakumbuh menuju Limbanang yang membentang sekitar 20 kilometer itu mulai dioperasikan. Stasiun yang dilalui kereta api Payakumbuh - Limbanang memiliki kode 325. Ada Beberapa stasiun menuju Limbanang. Yaitu Stasiun Lampasi 325-3, Stasiun Simalanggang 325-4, stasiun Taeh 325-5, Stasiun Guguak 325-6, Stasiun Dangung Dangung 325-7, Stasiun Talago 325-8 dan Stasiun Limbanang 325-9.
Daerah atau nagari yang dilalui kereta api dari Payakumbuh menuju Limbanang yaitu: Payakumbuh, Lampasi, Simalanggang,Taeh, Guguak, Danguang danguang, Talago,Limbanang dan Terakhir di Suliki.
Pada awal pembangunan jalur kereta api Payakumbuh ini berfungsi selain sarana transportasi manusia juga untuk mengangkut hasil pertanian ke teluk bayur masa itu. Hasil bumi afdeling Limapuluh Kota masa itu yang berjaya adalah Tembakau, kopi dan gambir.
Tembakau Limapuluh Kota pada pertengahan abad ke 19 tersohor sampai ke Eropa. Sementara kopi merupakan tanaman unggulan Belanda masa itu yang diwajibkan tanam bagi masyarakat yang daerahnya dinilai cocok untuk tanaman jenis ini.
Dipenghujung abad 19 kandungan emas di Manggani mulai ditemukan. Hal ini jadi pemicu pembangunan kereta api menuju Limbanang selain untuk membawa hasil panen tembakau dari Baruah Gunuang dan Guntuang ke Payakumbuh.
Sayang perjalanan kereta api dari Payakumbuh menuju Limbanang hanya berlansung sekitar 12 tahun. Sabtu 30 September 1933 jadi hari terakhir Mak Itam julukan kereta api masa itu menambang sampai ke Limbanang. Dan hanya sampai ke stasiun Payakumbuh saja sampai tahun 1973.
Pada tahun 1973 PJKA yang menjadi perusahaan pengelola perkereta apian di Indonesia pasca Kemerdekaan menutup rute Bukittinggi Payakumbuh.
Saat ini kereta api di Kota Payakumbuh tinggal kenangan. Stasiunpun sudah berubah bentuk Sudah jadi areal pertokoan.
Sumber: COLLECTIE_TROPENMUSEUM,
Catatan Bapak Nalfira Sutan Pamenan
wikipedia
dan beberapa sumber lainnya