Oleh : Syaiful Anwar
Dosen
FE Unand Kampus II Payakumbuh
Waktu malam telah membantu untuk konsentrasi penuh.
Maka, sangat dimungkinkan dalam tahajud akan dapat meraih kekhusyukan. Namun
demikian, sekadar menambahkan, berikut ini kami berikan tips sederhana untuk
meraih khusyu dalam shalat, termasuk dalam shalat tahajud.
A.
Hindarilah Takbir
Orang-orang Dusta
Takbiratul ihram adalah
kunci masuk kepada Raja dan pararaja, penunjuk jalan keperluan makhluk kepada
Penciptanya, dan sebagai pengakuan akan kebesaran Tuhan dan kehinaan yaitu
melalui kalimat Allahu Akbar. Maksud
dari kalimat ini adalah Allah Mahabesar dari segala sesuatu. Dengan kalimat
ini, dengan serta-merta dunia mengecil dan terus mengecil hingga kembali kepada
asal dan hakikatnya, dan dunia menurut pandangan kita saat itu sama dengan
pandangan Allah terhadapnya, yaitu tidak sebanding dengan sayap nyamuk pun.
Hayatilah
makna ini dengan sepenuh hati kita disetiap takbir. Bila kita lupa berdiri
kemudian ruku', kita akan tergugah dengan suara Allahu Akbar sebagai peringatan kepada kita akan keharusan jujur
terhadap diri kita dan keharusan keselarasan hati kita dengan apa yang
diucapkan oleh lisan kita. Apabila kita lalai dalam sujud kita kemudian kita
bangun darinya, suara Allahu Akbar kembali
menggugah kita untuk membangunkan kita supaya membesarkannya, keluar dari lisan
kita ke telinga kita dan telinga kita ke hati kita.
Tidakkah
kita merasa malu bila memulai hari dengan berdusta kepada Allah? Kita masuk ke
dalam shalat dan memulainya dengan Allahu
Akbar, sedangkan kita dusta dalam pengakuan. Selanjutnya kita membaca doa ifititah shalat, ‟Aku hadapkan wajahku
kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi...,‟ tetapi sesudahnya kita dikendalikan
oleh syahwat, kiblat adalah kesenangan kita, lalai adalah kendaraan, tuhan
adalah hawa nafsu. Wahai saudaraku, apabila kita ingin khusyu‟ , mulailah
shalat kita dengan sebenar-benarnya dan enyahkanlah tabir orang-orang yang
dusta, lemparkanlah ke muka setan dan ucapkanlah dengan kuat kalimat Allahu Akbar.
B. Shalatlah Seperti Orang
yang Berpamitan
Nabi Saw. bersabda kepada Abu Ayyub,
إِذَا
قٍُ ْجَ فِِْ صَلاَحِمَ فَصَوِّ صَلاَةَ مُ دَِّعٍ
“Apabila kamu berdiri
saat shalat, shalatlah kamu seperti shalat orang yang berpamitan.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Nabi
Saw. hendak berpesan kepada Abu Ayyub dan orang-orang yang akan datang
sesudahnya: Kerjakanlah shalatmu, sedangkan kamu merasakan maut membayangimu
dan napas malaikat maut bersahutsahutan dengan napasmu yang hampir saja mencabut
rohmu begitu kamu selesai mengucapkan salam.
Mengingat
pentingnya pesan ini, Nabi Saw. mengulanginya, tetapi kali ini ditujukan kepada
sahabat Anas r.a. Nabi Saw. bersabda kepadanya:
أذُْنُرِ الٍْ َ تَْ فِِْ صَلاَحِمَ، فإَِنَّ الرجَُّوَ إِذَا
ذَنَرَ الٍْ َ تَْ فِِْ صَلاَحِّ ِ لَْ رَِيٌّ أنَْ حُْسِْ ََ صَلاَحَ
ُّ
“Ingatlah kematian saat
kamu shalat karena sesungguhnya apabila seseorang mengingat mati ketika ia
shalat, dia benar-benar akan mengerjakannya dengan baik.” (HR.
Ad-Dailami)
C.
Lakukan Bacaan dengan
Tartil
Hal ini merupakan perintah Allah kepada Nabi-Nya
melalui firman-Nya:
”Dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.” (QS.
Al-Muzammil [73]: 4)
Karena
itu, bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw. jelas dan gamblang huruf-hurufnya. Bacaan
tartil ini dapat lebih memacu untuk bertafakkur dan khusyu‟. Berbeda halnya
dengan bacaan yang dilakukan dengan cepat dan tergesa-gesa.
D.
Merenungkan Makna dan
Bereaksi
Barangsiapa
yang ingin sampai ke pantai kekhusyu‟an, dia harus mengarungi lautan renungan (tadabbur) dan menyelamti ke dalam sungai
air mata. Tangisan hati adalah merenungkan makna bacaan yang mewariskan rasa
takut kepada Allah. Tangisan hati pasti melahirkan tangisan mata. Untuk itu,
apabila kita diberi rezeki rasa takut ini, bergembiralah karena hampir sampai
ke tujuan kita.
Salah
satu cara agar mampu merenungkan makna ayat yang dibaca adalah dengan
mengulang-ulang, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Sesungguhnya, beliau pernah melakukan qiyamullail
hanya dengan membaca satu ayat yang diulang-ulangnya sampai fajar terbit,
yaitu firman Allah SWT:
إنِْ تُعَذِّبهُْهْ فإَ
ينِهُهْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لهَُهْ فَإًِيمَ أًَتَْ
امعَْزِيزُ الَْْكِيهُ ١١٨
”Jika Engkau menyiksa
mereka, maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Maidah [5]: 118)
E.
Realisasikan Makna Shalat
Tiap-tiap
kegiatan yang berkenaan dengan shalat melambangkan makna dan mempunyai tujuan
serta isyarat.
§ Wudhu
berarti keikutsertaan langit bersama kita dan mencurahkan percikan airnya
kepada kita dengan pengertian kesucian, ketinggian, dan keluhuran. Wudhu juga
berarti melenyapkan kotoran debu dosa. Karenanya, wudhu mempunyai makna
kesucian lahir dan batin secara bersamaan. Air yang digunakan adalah untuk
menyiram pohon kekhusyu‟an.
§ Menghadap
kiblat melambangkan pengertian berpaling dari selain-Nya. Demikian pula halnya
dengan hati, hati tidak menghadap kepada Allah kecuali dengan berpaling dari
selain-Nya.
§ Berdiri
melambangkan berhenti di hadapan Allah tanpa penghalang dan penerjemah. Ini
sebagai latihan untuk pemberhentian yang lebih berat kelak di hari semua
manusia di hadapkan kepada-Nya (hari kiamat).
§ Sujud
melambangkan kerendahdirian kita. Ini karena anggota tubuhnya yang paling mulia
(dahi) diletakkan pada sesuatu yang paling hina yaitu tanah. Ini melambangkan
rendah diri dan merasa hina di hadapan Allah.