Wahyudi Thamrin

AGAR KHUSU’ DALAM TAHAJJUD

 


Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

Waktu malam telah membantu untuk konsentrasi penuh. Maka, sangat dimungkinkan dalam tahajud akan dapat meraih kekhusyukan. Namun demikian, sekadar menambahkan, berikut ini kami berikan tips sederhana untuk meraih khusyu dalam shalat, termasuk dalam shalat tahajud.

A.    Hindarilah Takbir Orang-orang Dusta

Takbiratul ihram adalah kunci masuk kepada Raja dan pararaja, penunjuk jalan keperluan makhluk kepada Penciptanya, dan sebagai pengakuan akan kebesaran Tuhan dan kehinaan yaitu melalui kalimat Allahu Akbar. Maksud dari kalimat ini adalah Allah Mahabesar dari segala sesuatu. Dengan kalimat ini, dengan serta-merta dunia mengecil dan terus mengecil hingga kembali kepada asal dan hakikatnya, dan dunia menurut pandangan kita saat itu sama dengan pandangan Allah terhadapnya, yaitu tidak sebanding dengan sayap nyamuk pun.

 

Hayatilah makna ini dengan sepenuh hati kita disetiap takbir. Bila kita lupa berdiri kemudian ruku', kita akan tergugah dengan suara Allahu Akbar sebagai peringatan kepada kita akan keharusan jujur terhadap diri kita dan keharusan keselarasan hati kita dengan apa yang diucapkan oleh lisan kita. Apabila kita lalai dalam sujud kita kemudian kita bangun darinya, suara Allahu Akbar kembali menggugah kita untuk membangunkan kita supaya membesarkannya, keluar dari lisan kita ke telinga kita dan telinga kita ke hati kita. 

 

Tidakkah kita merasa malu bila memulai hari dengan berdusta kepada Allah? Kita masuk ke dalam shalat dan memulainya dengan Allahu Akbar, sedangkan kita dusta dalam pengakuan. Selanjutnya kita membaca doa ifititah shalat, ‟Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi...,‟ tetapi sesudahnya kita dikendalikan oleh syahwat, kiblat adalah kesenangan kita, lalai adalah kendaraan, tuhan adalah hawa nafsu. Wahai saudaraku, apabila kita ingin khusyu‟ , mulailah shalat kita dengan sebenar-benarnya dan enyahkanlah tabir orang-orang yang dusta, lemparkanlah ke muka setan dan ucapkanlah dengan kuat kalimat Allahu Akbar.

B.     Shalatlah Seperti Orang yang Berpamitan

Nabi Saw. bersabda kepada Abu Ayyub,

إِذَا قٍُ ْجَ فِِْ صَلاَحِمَ فَصَوِّ صَلاَةَ مُ دَِّعٍ 

“Apabila kamu berdiri saat shalat, shalatlah kamu seperti shalat orang yang berpamitan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

 

Nabi Saw. hendak berpesan kepada Abu Ayyub dan orang-orang yang akan datang sesudahnya: Kerjakanlah shalatmu, sedangkan kamu merasakan maut membayangimu dan napas malaikat maut bersahutsahutan dengan napasmu yang hampir saja mencabut rohmu begitu kamu selesai mengucapkan salam. 

 

Mengingat pentingnya pesan ini, Nabi Saw. mengulanginya, tetapi kali ini ditujukan kepada sahabat Anas r.a. Nabi Saw. bersabda kepadanya:

أذُْنُرِ الٍْ َ تَْ فِِْ صَلاَحِمَ، فإَِنَّ الرجَُّوَ إِذَا ذَنَرَ الٍْ َ تَْ فِِْ صَلاَحِّ ِ لَْ رَِيٌّ أنَْ حُْسِْ ََ صَلاَحَ ُّ 

“Ingatlah kematian saat kamu shalat karena sesungguhnya apabila seseorang mengingat mati ketika ia shalat, dia benar-benar akan mengerjakannya dengan baik.” (HR. Ad-Dailami)

 

C.    Lakukan Bacaan dengan Tartil

Hal ini merupakan perintah Allah kepada Nabi-Nya melalui firman-Nya:

”Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 4)

 

Karena itu, bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw. jelas dan gamblang huruf-hurufnya. Bacaan tartil ini dapat lebih memacu untuk bertafakkur dan khusyu‟. Berbeda halnya dengan bacaan yang dilakukan dengan cepat dan tergesa-gesa.

D.    Merenungkan Makna dan Bereaksi

Barangsiapa yang ingin sampai ke pantai kekhusyu‟an, dia harus mengarungi lautan renungan (tadabbur) dan menyelamti ke dalam sungai air mata. Tangisan hati adalah merenungkan makna bacaan yang mewariskan rasa takut kepada Allah. Tangisan hati pasti melahirkan tangisan mata. Untuk itu, apabila kita diberi rezeki rasa takut ini, bergembiralah karena hampir sampai ke tujuan kita.

 

Salah satu cara agar mampu merenungkan makna ayat yang dibaca adalah dengan mengulang-ulang, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Sesungguhnya, beliau pernah melakukan qiyamullail hanya dengan membaca satu ayat yang diulang-ulangnya sampai fajar terbit, yaitu firman Allah SWT:

إنِْ تُعَذِّبهُْهْ فإَ ينِهُهْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لهَُهْ فَإًِيمَ أًَتَْ امعَْزِيزُ الَْْكِيهُ ١١٨

 

”Jika Engkau menyiksa mereka, maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah [5]: 118)

 

E.     Realisasikan Makna Shalat

Tiap-tiap kegiatan yang berkenaan dengan shalat melambangkan makna dan mempunyai tujuan serta isyarat.

§  Wudhu berarti keikutsertaan langit bersama kita dan mencurahkan percikan airnya kepada kita dengan pengertian kesucian, ketinggian, dan keluhuran. Wudhu juga berarti melenyapkan kotoran debu dosa. Karenanya, wudhu mempunyai makna kesucian lahir dan batin secara bersamaan. Air yang digunakan adalah untuk menyiram pohon kekhusyu‟an.

§  Menghadap kiblat melambangkan pengertian berpaling dari selain-Nya. Demikian pula halnya dengan hati, hati tidak menghadap kepada Allah kecuali dengan berpaling dari selain-Nya.

§  Berdiri melambangkan berhenti di hadapan Allah tanpa penghalang dan penerjemah. Ini sebagai latihan untuk pemberhentian yang lebih berat kelak di hari semua manusia di hadapkan kepada-Nya (hari kiamat).

 

§  Sujud melambangkan kerendahdirian kita. Ini karena anggota tubuhnya yang paling mulia (dahi) diletakkan pada sesuatu yang paling hina yaitu tanah. Ini melambangkan rendah diri dan merasa hina di hadapan Allah.

 Baca Juga: WUJUD TAHAJJUD