Limapuluh Kota,- Kata sebagian orang, anak muda hari yang disebut generasi milenial ini hanya ‘banyak gaya’. Hidup maunya foya-foya. Sehari-hari menjadi ‘kaum rebahan’, malas bergerak alias ‘mager’, tidak produktif, dan hidup bergantung pada apa yang diberikan atau diwariskan orang tua saja.
Itu kata siapa? Tidak semua anak muda begitu. Mendengar obrolan dari Yogi Nofrizal, pengusaha muda asal Sumatera Barat yang kini Owner Rantau Textile yang berpusat di Jakarta.
“Rebahan boleh-boleh saja. Rebahan memang mengasyikkan, nikmat, bahkan bisa membuat terlena. Namun rebahan ada porsinya. Karena kalau kita kebanyakan rebahan dan selalu mager bisa-bisa tidak produktif.” Ujar pemuda kelahiran Nagari Sungai Naniang, kabupaten Lima Puluh Kota yang biasa disapa Yogi ini.
Menurutnya, justru dimasa muda ini kita perlu ‘injak gas’ untuk berdaya, agar masa tuanya nanti bisa lebih santai dan menikmati hasilnya. Berdaya itu maksudnya berkemampuan melakukan sesuatu kegiatan yang bermanfaat. Bisa dalam artian belajar di sekolah, di kampus, berorganisasi, berwirausaha dan sebagainya.
Yogi semasa remaja bersekolah di Madrasah Aliyah Swasta MTI Tabek Gadang, medio tahun 2003 hingga 2010 sudah dicobai dan terbiasa dengan kehidupannya yang keras. Ia tidak hanya mengharapkan uang jajan dari orang tuanya yang sehari-hari bertani dan penetek niro di Mudiak. Menjadi garin surau (marbot) yang tugasnya menjaga surau ia jalani. Bahkan Yogi tidak malu-malu bila diminta membantu membersihkan rumah warga.
"Saya senang kerja apa saja, yang penting halal. Dulu pas sekolah, jika musim buah-buahan tiba, saya sering ikut toke buah untuk mengambil buah di batangnya, karena biasanya orang di sini menjual buah per batangnya, jadi sering itu toke minta tolong untuk saya memanjat pohon buat ambil buah, lalu nanti dikasih uang, Dari situ saya juga bisa dapatkan uang untuk tambahan jajan" ujarnya, tersenyum saja mengenang masa-masa itu.
Yogi sendiri sebelum jadi pengusaha tekstil, merupakan seorang sarjana Hukum Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Ia lulus dari UIN Imam Bonjol pada tahun 2015. Selama lima tahun jadi mahasiswa itu, Yogi berkecimpung di berbagai organisasi kemahasiswaan. Pernah menjadi pengurus Resimen Mahasiswa (Menwa) UIN Imam Bonjol, Pengurus HMI Cabang Padang, Pengurus Wilayah PBHI Sumatera Barat, fungsionaris PB HMI (2018-2020), dan hingga saat ini diamanahkan menjadi pengurus Tarbiyah-IPTI Sumatera Barat.
Saat di bangku kuliah pun, Yogi juga tetap mencari pekerjaan sampingan untuk meringankan orang tuanya. Yogi sempat aktif di salah satu lembaga bantuan hukum di Padang. Ia juga bekerja di salah satu lembaga survei.
Pada tahun 2017, Yogi mulai merantau ke Jakarta dengan menjadi sales tekstil di Tanah Abang. Meski pada saat itu kondisi perekonomian minus, ia dibantu seorang seniornya saat di kampus mau memberi tumpangan tempat tinggal dan mengajak untuk bekerja di Tanah Abang.
Namun, menjadi sales tekstil yang kerjanya mencari pelanggan baru tidak mudah. tidak semua orang percaya dengan sales baru. Mereka mungkin takut ditipu. Maka Yogi terpaksa memutar otak untuk bertahan di rantau. Ia mencoba menjual celana jeans reject dan dijual murah dari toko ke toko.
"Saya ambil celana jeans merk Oxygen yang barang reject lalu saya jual ke kawan-kawan di Tanah Abang dari toko ke toko," ujarnya.
Pekerjaan ini ditekuni Yogi selama 6 bulan. Kemudian dia kembali menjadi sales tekstil. Alhasil, berkat kegigihan dan ketekunannya, Yogi berhasil mengumpulkan modal untuk membuka usaha sendiri. Yogi menyewa toko dan mulai merintis bisnis tekstil di Jakarta. Ia memberi nama tokonya Rantau Textile.
Berkecimpung di dunia bisnis tidak membuatnya lupa akan asalnya. Kini, Yogi menginisiasi kegiatan sosial dengan mendirikan Yayasan Rantau Karya Batuah. Yayasan ini menjadi ladang amal untuk memberikan bantuan di bidang pendidikan, kebudayaan, dan sosial. Baru-baru ini ia pulang ke Tabek Gadang untuk menyalurkan beasiswa pendidikan kepada beberapa santri di MTI Tabek Gadang.
“Pengalaman susah-senang saya menempuh pendidikan tidak bisa saya lupakan. Inilah motivasi saya membina Yayasan Rantau Karya Batuah ini. Saya berharap kegiatannya dapat berkembang dan berdaya bagi masyarakat banyak. Salah satunya bergerak di bidang bantuan pendidikan,” ucapnya lirih.
Meski disibukkan dengan bisnisnya, adrenalin aktivisnya saat ini disalurkan dengan bergabung di organisasi sosial dengan menjadi pengurus DPP Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI) dan DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI). Di AMPI punya hubungan baik dengan sahabatnya Dito Ariotedjo yang kini menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga. Pada tahun 2022 ia mendapat kesempatan mengikuti Pemantapan Nilai Kebangsaan Lemhanas RI.
Untuk baktinya terhadap kampung halaman, dengan potensinya sekarang, Yogi mendukung kegiatan-kegiatan pemuda yang positif seperti di bidang keolahragaan. Ia mensponsori klub Bola Gasliko yang bertanding di liga 3 pada musim 2020. Selain mendukung Gasliko, ia mengadakan turnamen sepak bola Rantau Textile Cup selama tiga kali berturut-turut sejak 2021 hingga 2023 ini.
Setelah mempertimbangkan banyak saran dan masukan dari masyarakat, ia memantapkan hati untuk bisa berbakti dan berguna bagi orang banyak, dengan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, dengan tujuan DPRD Provinsi Sumatera Barat pada Pemilu 2024.
Pencalonan Yogi DPRD Provinsi Sumatera Barat di Dapil 5 (Kota Payakumbuh-Kabupaten Lima Puluh Kota) melalui Partai Golongan Karya (GOLKAR). Yogi menjelaskan, kalau sebagai pengusaha ia belum bisa melakukan banyak hal untuk masyarakat, namun jika diberi kesempatan berada di DPRD, ia siap berkolaborasi untuk penentuan pengambilan kebijakan.
“Kemantapan hati saya maju sebagai calon DPRD Sumbar ini, merupakan jalan perjuangan saya dari generasi muda agar aktif dan berperan sebagai penentu kebijakan di pemerintahan.” Dengan teguh ia menyampaikan.
Lanjutnya lagi, kolaborasi antara generasi muda dan generasi tua diperlukan sehingga pembangunan daerah akan lebih cepat. Saatnya generasi muda menunjukkan inovasi dan kreativitasnya.
“ini bukan berarti kita mengenyampingkan generasi tua, justru dengan adanya kolaborasi generasi muda dan tua bisa menjawab tantangan zaman, saatnya yang muda berdaya guna yang tua memberi petunjuk arah,” jelasnya memohon doa dan dukungan masyarakat Luhak Limo Puluah Koto. (*)