Oleh: Ns. Mulyanti Roberto Muliantino, S.Kep., M.Kep
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab utama kematian baik global maupun nasional. Serangan jantung yang diakibatkan berkurangnya suplai darah ke coroner sehingga dalam waktu cepat dan segera harus dilakukan upaya penyelamatan, untuk mengembalikan aliran darah ke koroner. Tindakan utama yang sering direkomendasikan pada kasus serangan jantung adalah percutaneous coronary intervention (PCI) yang lebih sering dikenal masyarakat dengan pemasangan ring atau cincin jantung.
Pasca operasi pemasangan ring, pasien diharuskan imobilisasi untuk menghindari beberapa efek samping tindakan. Pasien yang baru dipasangkan ring jantung juga dibatasi dalam bergerak, Setelah prosedur, pasien harus dibatasi di tempat tidur selama 6 sampai 14 jam. Pembatasan dan tirah baring untuk waktu yang lama terasa sulit dan berat bagi banyak pasien.
Studi yang dikemukakan Rahayu et al (2023) menjelaskan bahwa pemberian posisi elevasi kepala atau perubahan sudut tempat tidur 30-60° dapat dilakukan untuk menurunkan keluhan nyeri punggung, karena tirah baring pasca PCI. Selain itu perubahan sudut tempat tidur 15-60° bisa diberikan pada pasien pasca PCI secara bertahap untuk mencegah komplikasi perdarahan dan hematoma.
Upaya ini perlu kepatuhan pasien dan dukungan keluarga, agar komplikasi pasca tindakan tidak terjadi. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kerjasama keluarga, mahasiswa praktek profesi Ners dari Fakultas Keperawatan melakukan edukasi terstruktur kepada 11 keluarga pasien dengan penyakit jantung koroner.
Kegiatan dilakukan pada stase Keperawatan Medikal Bedah, di ruang edukasi rawat inap jantung. Penyaji materi Salma Nur Rahma Dany, S.Kep menjelaskan bahwa “dalam prosedur Percutaneous Coronary Intervention, mirip dengan prosedur invasif lainnya, pasien mengalami komplikasi. Setelah prosedur, pasien harus dibatasi di tempat tidur selama 6 sampai 14 jam.
Setelah kateterisasi jantung selesai dilakukan, pasien akan merasakan nyeri di paha atau lengan tempat kateter dipasangkan sebagai salah satu efek samping dari pemasangan kateterisasi jantung. Selain itu, memar juga dapat timbul di sekitar atau dibawah sayatan yang dibuat untuk memasukkan kateter. Secara umum, seseorang yang menjalani tindakan ini dapat berjalan kembali setelah 6 jam atau kurang setelah pemasangan kateterisasi jantung. Pemulihan total mungkin membutuhkan waktu paling tidak selama seminggu. Pastikan untuk menjaga agar area tempat kateter dimasukkan tetap kering selama 1-2 hari”.
Kegiatan ini berlangsung pada hari Kamis tanggal 5 Oktober 2023. Edukasi digelar oleh 12 orang mahasiswa Profesi Ners FKep Unand dan didampingi oleh Dosen Pembimbing Ns. Mulyanti Roberto M, M.Kep serta Kepala Ruang Rawat Jantung Ns.Merry Yolanda, S,Kep.,MM. Selain itu pada keluarga juga dijelaskan jika pemasangan kateterisasi jantung dilakukan dipaha, maka aktivitas fisik yang dapat dilakukan hanya boleh berjalan dengan jarak dekat di permukaan yang datar.
Batasi berjalan naik dan turun selama 2 hingga 3 hari setelah tindakan. Pasien jangan melakukan pekerjaan yang berat selama 2 hari, atau hingga diperbolehkan oleh dokter. Jika kateterisasi dipasang pada bagian lengan, jangan mengangkat sesuatu yang lebih berat dari 4,5 kilogram, jangan melakukan dorongan, tarikan, atau memutar dengan lengan. Pantangan setelah pemasangan kateterisasi jantung selanjutnya adalah menyetir. Sebaiknya jangan menyetir hingga setidaknya seminggu setelah operasi pasang ring jantung. Sebelum kembali menyetir, pastikan pasien telah memiliki stamina yang baik.
Keluarga pasien tampak antusias dalam mengikuti kegiatan ini dan mereka aktif dalam diskusi dengan pemateri. Mereka mengutarakan bahwa kegiatan ini bermanfaat, dan efektif dalam meningkatkan pengetahuan keluarga terkait perawatan yang penting untuk pasien. Sehingga keluarga dapat memberikan dukungan penuh selama perawatan dan pemulihan pasien.