Wahyudi Thamrin

Pestisida Nabati Dari Tanaman Serai


Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas

Pestisida nabati merupakan pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang berasal dari bagian tanaman seperti buah, daun, akar, dan batang tumbuhan. Penggunaan tumbuhan sebagai pestisida nabati ini diharapkan dapat menekan populasi hama yang menyerang tanaman. Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida nabati adalah serai (Cymbopogon nardus). Tumbuhan serai dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa sitronela. 

Senyawa sitronela memiliki sifat racun yang dapat menyebabkan kematian pada pada OPT karena dapat menyebabkan serangga kehilangan cairan yang terus menerus. Selain itu, tumbuhan serai juga memiliki sifat anti jamur, anti bakteri, anti virus, dan anti nematoda yang dapat, mengusir, membunuh dan menghambat aktivitas hama yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. 

Senyawa dari tumbuhan serai dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama keong, karena dapat meracuni perut keong ketika memakan tanaman yang disemprot dengan pestisida nabati serai, bahkan bisa menyebabkan kematian pada hama keong. Selain itu, serai bersifat ramah lingkungan, sistemik, tidak beracun, kompatibel dengan metode pengendalian lainnya (seperti agen biologis), mudah terurai, dan memiliki berbagai aktivitas biologis.

Serai banyak dijumpai di beberapa negara tropis di Asia, Amerika Tengah dan Afrika. Di Indonesia tanaman serai sudah lama dibudidayakan. Di daerah Jawa serai banyak ditemukan pada daerah dataran rendah pada ketinggian tempat berkisar 60-140 meter. 

Biasanya, serai ditanam untuk produksi minyak atsiri, tetapi secara ekonomi, serai dijual di pasar lokal dan biasanya digunakan sebagai bumbu masakan. Tanaman serai memiliki penyebutan yang beraneka ragam di setiap daerahnya untuk daerah jawa dikenal dengan sebutan “serai”, daerah Sumatra dikenal dengan istilah “sorai atau sanger-sanger”, sedangkan di daerah Kalimantan dikenal dengan istilah “belangkak, selai atau senggalau”.

Mari kita kenal lebih rinci lagi mengenai serai pada tulisan di bawah ini. 

A.    Tumbuhan Serai sebagai Tanaman Sela

Serai (Cymbopogon nardus L.) yang termasuk dalam famili Graminae yang banyak ditanam sebagai salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Tanaman ini dapat hidup dengan baik di daerah beriklim panas maupun basah, sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), namun berproduksi optimum pada 250 mdpl, dengan intensitas cahaya berkisar antara 75-100%. Selain itu, serai wangi dapat beradaptasi dengan baik sehingga dapat tumbuh di tempat yang kurang subur bahkan di daerah yang tandus. Cara berkembangbiaknya yaitu dengan anakan atau akarnya yang bertunas.

Pada perkebunan, serai saat ini banyak ditanam sebagai tanaman sela pada tanaman kakao. Penanaman serai sebagai tanaman sela pada perkebunan kakao bertujuan untuk memanfaatkan lahan di antara tanaman kakao, sehingga dapat menambah pendapatan petani. Tanaman serai dapat ditanam pada semua lahan, baik lahan datar maupun yang topografinya miring. Pada lahan datar serai dapat ditanam dengan jarak tanam 100 X 100 cm di antara tanaman kakao dengan jarak tanam 2,5 x 3 m.

Tanaman serai wangi dapat juga digunakan sebagai tanaman konservasi pada lahan yang topografinya miring dengan jarak tanam 800 x 800 cm. Penanaman serai di antara tanaman kakao dengan tingkat kemiringan >30% dapat meningkatkan panen biji kakao >40%/ha/tahun dan menurunkan kerusakan tanaman kakao oleh hama hingga 25%.

B.    Morfologi Tumbuhan Serai

Serai merupakan tanaman dari suku Poaceae yang sering disebut deangan suku rumput-rumputan, yang habitusnya terna perennial. Tanaman serai memiliki akar yang besar, jenisnya akar serabut yang berimpang pendek. Batangnya tumbuh tegak lurus di atas tanah, bergerombol, berumbi serta lunak dan berongga. Batangnya terdiri dari pelepah umbi hingga pucuk dan berwarna putih kekuningan, namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. 

Bukan hanya itu, batang tanaman serai juga bersifat kaku dan mudah patah. Tumbuhan serai memiliki daun berwarna hijau dan tidak bertangkai, kesat, panjang, runcing dan bentuk seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Tanaman serai memiliki daun dengan tepi yang kasar dan tajam. Daun tanaman serai memiliki daun yang tersusun sejajar, dengan letak daun pada batang tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus.

C.    Klasifikasi Tumbuhan Serai (Cymbopogon nardus L.)

Adapun klasifikasi tanaman serai sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Trachebionta

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon nardus (L.) Rendle

Jual Tanaman Serai Wangi - Kota Batu - Tanamanbuahtin | Tokopedia

Gambar 1. Tumbuhan Serai (Cymbopogan nardus (L.)

D.    Syarat Tumbuh

Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan serai adalah tinggi tempat dari permukaan laut, iklim dan kesuburan tanah.

1). Tinggi tempat

Tumbuhan serai dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 1.200 mdpl, dengan ketinggian optimum pada 250 mdpl. Ketinggian tempat ini akan berpengaruh pada kualitas dan kandungan minyak yang dihasilkan. Selain itu, berbeda varietas serainya, maka akan berbeda pula ketinggian tempat yang sesuai untuk serai tumbuh. Varietas unggul G1 cocok tumbuh pada ketinggian tempat 0-150 mdpl. Kemudian varietas unggul G2 cocok tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 mdpl. Varietas unggul G3 cocok tumbuh pada ketinggian tempat 600-1.200 mdpl, dan varietas unggul G4 cocok tumbuh pada ketinggian 300-1.200 mdpl.

2). Iklim

Iklim lembab serta intensitas cahaya yang cukup akan menghasilkan pertumbuhan daun yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan minyak. Dalam pertumbuhannya, tumbuhan serai membutuhkan curah hujan yang teratur yaitu dengan rata-rata 2.500-4.000 mm/tahun dengan penyebaran 100-200 mm/bulan, bulan basah lebih dari 6 bulan dan bulan kering kurang dari 3 bulan, dengan suhu optimum antara 24-28°C, serta kelembaban di atas 75%. Serai sangat cocok ditanam pada tempat terbuka atau tidak terlindungi dengan kisaran intensitas cahaya antara 75-100%. Jika serai ditanam pada tempat yang tingkat naungannya cukup tinggi akan menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang sampai ke tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dan daun yang kurang sempurna, daun kelihatan lebih kecil, tipis dan juga jumlah anakan sedikit.

3). Tanah

Serai akan tumbuh optimal jika ditanam pada tanah yang subur, gembur, kaya akan humus serta tidak tergenang air. Tanah subur di daerah pegunungan dimana curah hujan turun secara teratur, merupakan tanah yang paling cocok untuk tumbuhnya serai. Dalam menghasilkan daun dan minyak dalam jumlah yang tinggi didukung dengan ketersedian bahan organik, terutama yang banyak mengandung hara N dan K serta penggunaan jarak tanam optimum.

Beberapa Faktor Penghambat Pengembangan Pestisida Nabati


Pembaca setia, walaupun pestisida nabati dianggap ramah lingkungan dan biayanya relatif murah, namun ada beberapa faktor penghambat dalam pengembangan pestisida nabati termasuk tumbuhan serai. Beberapa faktor penghambat dalam pengembangan pestisida nabati tersebut yaitu :

a.     Kegiatan penelitian pestisida nabati belum terpadu (penelitian terputus-putus sehingga informasi yang dihasilkan belum dapat dijadikan dasar bagi pengembangan selanjutnya),

b.    Biaya untuk mengembangkan pestisida nabati relatif mahal (meliputi pemilihan jasad sasaran, pemilihan jenis bahan aktif, penyediaan bahan baku, ekstraksi, pemurnian, pembuatan formulasi, paten, registrasi, pabrikasi dan pemasaran),

c.     Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida sintetis (banyak petani yang beranggapan bahwa penggunaan pestisida sintetis dapat menjamin keselamatan hasil tanamannya sehingga tetap diaplikasikan meskipun tanaman tidak diserang hama),

d.    Penguasaan teknologi pembuatan pestisida nabati masih rendah (mulai penyediaan bahan baku sampai produksi dan tanaman penghasil pestisida nabati belum dibudidayakan petani), dan

e.     Target pasar di dominasi pestisida sintetis karena mudah dipakai dan mudah didapat serta hasilnya segera terlihat.

Strategi Pengembangan Pestisida Nabati

Berdasarkan beberapa faktor penghambat di atas, maka perlu dilakukan strategi pengembangan pestisida nabati sebagai berikut :

1)    Bahan baku pestisida nabati harus disiapkan sehingga tidak bergantung pada alam, dan mulai dibudidayakan dan dimasyarakatkan agar petani mau menanam bahan baku pestisida.

2)    Teknik pengolahan yang mudah dan murah agar pestisida nabati dapat disediakan sendiri oleh petani.

3)    Pemahaman masyarakat terhadap pestisida nabati harus ditingkatkan agar tidak bergantung pada pestisida sintetis.

4)    Pestisida nabati distribusikan dan dipasarkan ke daerah sehingga petani mudah memperolehnya pada saat memerlukannya.

5)    Mengatasi kelemahan pestisida nabati selain memperoleh temuan baru juga melalui penelitian dan pengembangan.

6)    Pengembangan indikator keberlanjutan, antara lain dapat dilihat dari: keuntungan petani, penurunan pasokan pestisida kimia sintetis, dan rendahnya residu pestisida kimia pada tanaman, tanah.

Demikianlah sahabat pembaca tercinta, artikel mengenal tumbuhan serai sebagai pestisida nabati. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita semua. Salam pertanian #SPS.