Limapuluh Kota --- Biomassa adalah material organik yang berasal dari tumbuhan, seperti kayu, ranting, dan batang pohon, jenis rerumputan, hingga yang bersifat residual yang bersifat homogen. Residu biomassa pada umumnya bersumber dari material sisa pertanian dan perkebunan. Contohnya adalah bongkol jagung, jerami, cangkang sawit dan cangkang kemiri.
Residu biomassa juga bersifat heterogen, artinya lebih dari satu material. Contoh sisa makanan, sayuran dan dedaunan yang banyak bersumber dari rumah tangga dan pasar.
Untuk biomassa yang homogen, masyarakat bisa langsung memanfaatkannya sebagai bahan baku energi. Sedangkan biomassa yang heterogen diperlukan pemrosesan homogenisasi. Salah satu carsnya dengan metoda teknologi olah sampah dari sumbernya (TOSS).
Inovasi sumber energi biomassa yang merupakan salah satu energi terbarukan didemonstrasikan sebagai bahan bakar tungku saat memasak rendang dalam Festival Rendang Kreasi yang berbahan Non-Daging dari Nagari yang digelar di Ruang Terbuka Hijau Mahkota Berlian, Jumat (5/7).
Iven tersebut digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan memeriahkan Pekan Budaya Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2024.
Bahan bakar dari sampah/biomassa yang digunakan untuk memasak rendang tersebut merupakan hasil kolaborasi TP PKK Limapuluh Kota, LKKS, Himpunan Pengusaha Randang Minangkabau (HIPERMI), UNAND, COMESTOARRA, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta CV. Permata Global.
Acara tersebut dihadiri Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo, Ketua TP-PKK Kabupaten Limapuluh Kota Nevi Safaruddin, Direktur CV. Permata Global Fefi Amelia bersama Direktur Comestoarra Bentarra Noesantara Arif Nurhidaya dan Kepala Laboratorium Udara Unand Fajar Goembira, Ketua dan pengurus HIPERMI, perwakilan Pemprov Sumbar, dan tamu undangan lainnya.
Ibu-ibu yang memasak rendang menggunakan tungku biomassa tersebut tampak takjub dengan dapat dimanfaatkannya limbah sampah menjadi bahan bakar itu untuk memasak rendang. Secara, untuk memasaknya diperlukan waktu berjam-jam.
"Biasanya kita masak rendang pakai kompor gas atau kayu di tungku, kini kita mencoba pakai bahan bakar biomassa, ternyata bisa dipakai dan berfungsi dengan baik," ujarnya.
Sementara itu, Direktur CV. Permata Global Fefi Amelia mengatakan kehadiran produk biomassa ini bukan hanya menjadi jalan keluar bagi persoalan energi kedepan, namun melirik sumbernya dari sampah organik yang tidak terbatas serta sangat banyak sekali dan mudah didapat, diharapkan dapat menjadi solusi problem utama yang dihadapi daerah saat ini dalam mengelola sampah.
"Kita akan terus mengkampanyekan kalau sampah itu tidak untuk dibuang, tapi dikelola dan diolah menjadi barang berguna contohnya seperti biomassa ini. Produksi biomassa sendiri sangat mudah dengan menggunakan biodrying set yang saat ini gencar kami demonstrasikan di kalangan kelompok-kelompok masyarakat," ujarnya didampingi Tim Rangers Permata Global.
Senada, Ketua TP-PKK Kabupaten Limapuluh Kota Nevi Safaruddin mengatakan telah melihat salah satu solusi terbaik untuk problem sampah saat ini, yakni diolah dengan biodrying set dan menghasilkan biomassa untuk bahan bakar sumber energi terbarukan.
"Kita sangat mengapresiasi hasil kolaborasi seluruh pihak bersama akademisi dalam menemukan solusi persoalan sampah yang hampir membuat kita patah arang. Semoga kedepan penggunaan produk multifungsi ini bisa diterapkan hingga ke pelosok nagari," pungkasnya. (FS)